Berita UMKM

Cerita Mbah Inah Warga Musi Rawas Tetap Setia Produksi Tiwul, Makanan dari Singkong Pengganti Nasi

Tiwul adalah makanan khas Jawa yang berbahan utama singkong. yang kemudian dijemur dan ditumbuk hingga halus dan dikukus sampai matang.

|
Penulis: Eko Mustiawan | Editor: Shinta Dwi Anggraini
SRIPOKU/EKO MUSTIAWAN
Mbah Inah salah seorang warga Desa M Sitiharjo Kecamatan Tugumulyo, Musi Rawas saat menjemur bahan utama pembuatan nasi tiwul. 

TRIBUNSUMSEL.COM, MUSI RAWAS -- Tiwul adalah makanan khas Jawa yang berbahan utama singkong. yang kemudian dijemur dan ditumbuk hingga halus dan dikukus sampai matang.

Biasanya, tiwul dijadikan sebagai pengganti nasi, dan cocok untuk disantap dengan sayuran pendamping lainnya, seperti sayur santan maupun hanya dengan urap kelapa parut.

Hanya saja, untuk saat ini sudah tidak banyak lagi masyarakat yang memproduksi Tiwul, termasuk di Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumsel. 

Mungkin, hanya ada satu di Kabupaten Musi Rawas, yang masyarakat masih memproduksi Tiwul, yakni di Desa M Sitiharjo Kecamatan Tugumulyo, Kabupaten Musi Rawas.

Di desa tersebut, dimana masyarakat masih banyak yang memproduksi berbagai macam makanan yang berbahan singkong, seperti kerupuk ubi, opak termasuk juga Tiwul.

Mbah Inah salah seorang warga Desa M Sitiharjo Kecamatan Tugumulyo yang sampai saat ini masih memproduksi Tiwul.

Biasanya, Tiwul produksi Mbah Inah hanya untuk dikonsumsi pribadi, namun terkadang dia juga menerima pesanan dari warga luar Desa.

Mbah Inah mengaku, tak setiap hari memproduksi Tiwul, melainkan pada saat ada pesanan saja. 

"Kalau ada pesanan baru buat, tapi kadang-kadang juga buat kalau lagi pas pengen makan tiwul," kata Mbah Inah, Jumat (02/08/2024).

Biasanya lanjut Mbah Inah, pesanannya yang datang juga tidak begitu banyak, dan dari masyarakat di luar Desa M Sitiharjo.

"Paling-paling pesanan itu 25 kilogram atau 50 kilogram. Jadi tidak tentu, kadang juga tidak ada pesanan," ucapnya.

Untuk membuat Tiwul, Mbah Inah mengaku tak kesulitan mendapatkan bahan pokoknya. Sebab, hampir sebagian besar lahan persawahan di Desa M Sitiharjo, ditanami singkong.

"Kalau singkong banyak di sini, karena lahan sawah tidak bisa tanam padi, jadi sebagian besar ditanami singkong. Jadi tidak heran, kalau banyak warga di Desa M Sitiharjo ini yang buat olahan berbahan singkong," ungkapnya.

Termasuk dirinya masih kata Mbah Inah, selain memproduksi nasi Tiwul, dirinya juga memproduksi opak.

"Kalau untuk harga Tiwul itu Rp15.000 per kilogramnya, kalau opak Rp10.000 per kilogramnya," jelasnya.

Dijelaskan Mbah Inah, pembuatan Tiwul sendiri tak begitu rumit dan tak mengunakan bahan yang sudah ditemui, hanya menggunakan bahan utama singkong 

"Singkong yang digunakan jenis singkong putih. Mula-mula singkong dikupas dan dibersihkan," ucapnya.

Setelah itu, singkong di jemur hingga kering. Untuk pengeringan ini, bisa membutuhkan waktu hingga seminggu atau dua minggu, tergantung dengan terik mataharinya.

"Setelah mendapat tekstur yang kenyal, kemudian di kukus sampai mendapat tekstur yang kenyal. Setelah itu ditumbuk hingga setengah halus," tegasnya.

Menurut Mbah Inah, Tiwul cocok disantap dengan sayur pendamping seperti santan, ataupun sayur lainnya.

"Cocok disantap dengan apapun, sesuai selera masing-masing," tutupnya. 

 

Baca artikel menarik lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved