Pilkada Muratara 2024

Pilkada Muratara 2024 Disebut Tak Menarik, Para Cakada Tak Memiliki Visi dan Misi yang Jelas

Dari sekian banyak nama-nama bakal calon kepala daerah (cakada) yang bermunculan saat ini sebagian besar adalah aktor lama di kancah politik lokal. 

Penulis: Rahmat Aizullah | Editor: Slamet Teguh
Dokumen Pribadi
Pemerhati politik, Agus Maryanto - Pilkada Muratara 2024 Disebut Tak Menarik, Para Cakada Tak Miliki Visi dan Misi yang Jelas. 

Laporan Wartawan TribunSumsel.com, Rahmat Aizullah 

TRIBUNSUMSEL.COM, MURATARA - Pemerhati politik, Agus Maryanto melihat kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) tahun 2024 kurang menarik. 

Dari sekian banyak nama-nama bakal calon kepala daerah (cakada) yang bermunculan saat ini sebagian besar adalah aktor lama di kancah politik lokal. 

"Apa kebaruan visi dan program yang sesuai dengan kebutuhan rakyat?" kata Agus Maryanto kepada TribunSumsel.com, Kamis (13/6/2024).

Dia melihat untuk saat ini belum ada bakal cakada pendatang baru memiliki visi yang jelas dan realistis.

Bahkan, kata dia, petahana yang digadang-gadang maju lagi juga belum terdengar tawaran programnya di masyarakat.

"Motivasi politik yang terlihat adalah soal suka dan tidak suka," katanya. 

Baca juga: Pilkada Muratara 2024 Adem Ayem, Baru 4 Parpol Berpotensi Dukung Devi Suhartoni dan Firsa Lakoni

Baca juga: Firsa Lakoni Optimis Diusung NasDem di Pilkada Muratara 2024, Bakal Berpasangan Dengan Efriyansyah

Dia mengingatkan, politik yang didasari pada syahwat amarah tidak akan menghasilkan pemimpin yang baik.

"Gerakan-gerakan yang dilakukan nantinya pasti akan banyak black campaign-nya," ujar mantan Ketua KPU Muratara dua periode ini. 

Jika kekhawatiran itu benar-benar terjadi, kata Agus, berarti demokrasi mengalami kemunduran literasi dan visi mengokohkan pembangunan kabupaten.

Dalam hal ini, menurut Agus, partai politik (parpol) lah yang paling bertanggung jawab.

Karena parpol dianggap gagal dalam melakukan rekrutmen kepemimpinan.

"Artinya parpol tidak bisa menjadi penggerak politik yang visioner demi kemajuan daerah," katanya. 

Agus menambahkan, dampak yang paling terasa dari model-model koalisi yang demikian adalah hilangnya kepentingan rakyat sebagai basis utama pelaksanaan Pilkada langsung.

"Sebab hal itu tenggelam oleh kepentingan elit, hanya urusan otak-atik gathuk dalam mengusung pasangan calon," katanya.
 
 
 

 

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com

 

 

 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved