Berita PALI

Pemanfaatan Limbah Kotoran Ternak Menjadi Biogas di PALI, Kurangi Dampak Pencemaran

Desa Muara Sungai Kecamatan Tanah Abang Kabupaten PALI saat ini dijadikan sebagai proyek percontohan (pilot projects) pemanfaatan limbah kotoran sapi.

Penulis: Apriansyah Iskandar | Editor: Sri Hidayatun
apriansyah/sripoku.com
Balitbangda PALI bersama Tenaga Ahli dari Unsri dan juga masyarakat melakukan pembuatan prototype Biodigester penghasil biogas di kandang hewan ternak milik warga Desa Muara Sungai. 

TRIBUNSUMSEL.COM,PALI- Desa Muara Sungai Kecamatan Tanah Abang Kabupaten PALI saat ini dijadikan sebagai proyek percontohan (pilot projects) pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi biogas rumah tangga oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kabupaten PALI.

Kepala Bidang pembangunan, inovasi dan teknologi Balitbangda PALI, Hanif S. Affandi, M.Si mengatakan projects ini merupakan kerja kolaborasi bersama tenaga ahli dari UNSRI yang dipimpin oleh Arfan Arbar P.hd serta Pemerintah Desa dan Para Peternak.

"Saat ini prosesnya sudah memasuki tahap 1. Awal mulanya kita melakukan sosialisasi dan berkoordinasi dengan pemerintah desa, masyarakat dan para peternak yang ada terkait proses pembangunan biodigester yakni sebuah prototype sebuah prototype Biodigester penghasil biogas. Biodigester dan intalasi nya saat ini sedang di bangun di dua lokasi di Desa Muara Sungai," kata Hanif, Rabu (12/6/2024).

Upaya itu sebagai salah satu bentuk perburuan sumber energi terbarukan (renewable energy).

Pembuatan prototype Biodigester diawali dengan penyuluhan sanitasi kandang, pengamatan kualitas kotoran limbah ternak, kemudian pembuatan prototype biodigester yang terbuat dari Tedmond Air sebagai media digester nya.

"Biodigester ini dibangun dari Tedmond Air kapasitas 1200 liter. Kemudian dimodifikasi, lalu dimasukan kedalam lobang tanam sesuai kebutuhan yang ada di kandang sapi tersebut," terangnya.

Pembuatan biogas dari kotoran ternak dikembangkan dengan metodologi fermentasi anaerob.

Proses dengan metode ini yang pertama adalah proses asidifikasi, yaitu proses penguraian atau dekomposisi komponen penyusun bahan organik menjadi asam-asam organik tanpa oksigen.

Kemudian proses yang kedua adalah proses methanasi, yaitu proses perubahan asam-asam organik menjadi biogas. 

Setelah tahap perakitan biodigester selesai, bisa langsung diisikan dengan kotoran sapi atau bahan organik yang telah di encerkan dengan air.

Untuk pertama kali dibutuhkan waktu lebih kurang dua minggu sampai satu bulan sebelum dihasilkan gas awal. 

Campuran tersebut selalu ditambah setiap hari dan sesekali diaduk, sedangkan yang sudah diolah dikeluarkan melalui saluran pengeluaran berupa instalasi Biogas Skala rumah Tangga (BSRT).

Baca juga: Heri Amalindo Ungkap Pemkab PALI Buka 842 Formasi PPPK Tahun 2023, Nakes, Guru dan Teknis

Baca juga: Fokus Operasionalkan Gedung Dinas Pemkab PALI, Heri Amalindo-Soemarjono: Kepentingan Orang Banyak

"Jadi hasil dari Biogester itu, ada biogas yang bisa digunakan ke dapur-dapur para peternak tersebut. Satu Biogester dengan kapasitas 1200 liter itu mampu menampung sekitar 30 kilogram kotoran sapi perhari. Sehingga dapat menghasilkan biogas untuk kebutuhan tiga rumah tangga,"ujarnya.

Menurutnya, melalui proses pencernaan anaerob ini. Biogas merupakan bahan bakar gas yang sangat menarik untuk dikembangkan karena dapat diperbarui dan dapat dibuat dengan teknologi yang tidak terlalu rumit.

Karena selain dapat menghasilkan biogas rumah tangga, juga mampu mengurangi dampak pencemaran lingkungan akibat limbah ternak (kotoran sapi).

Namun, kata Hanif, pemanfaat limbah ternak untuk biogas juga menghasilkan limbah berupa sludge yang jika tidak diolah dengan optimal sehingga dapat berpotensi menimbulkan masalah bagi lingkungan apabila dibiarkan saja.

Oleh karena itu diperlukan informasi dan pengalaman untuk pengolahan Sludge biogas berupa materi yang berbentuk lumpur yang telah mengalami fermentasi agar dapat memiliki potensi untuk dijadikan pupuk organik sehingga dapat menjadi nilai ekonomi bagi peternak.

Untuk itu dalam pengembangannya Balitbangda bersama Tim Ahli dari Unsri, selain mengaplikasikan inovasi biodigester ini menjadi solusi yang bijak bagi para peternak untuk mewujudkan peternakan yang mandiri energi. 

Hanif juga mengajak para peternak memanfaatkan seludge yang dihasilkan sebagai pupuk organik bagi tanaman pertanian penduduk dan memiliki nilai ekonomis apabila dijual sehingga tidak menumpuk sia-sia. 

"Jadi output nya selain menghemat biaya bahan bakar gas rumah tangga, para peternak pun dapat memanfaatkan limbah yang dihasilkan biodigester menjadi pupuk organik yang berupa pupuk padat dan cair agar bisa memiliki nilai ekonomis," tuturnya.

Hanif juga mengatakan, produk hasil sampingan dari biogas ini berupa pupuk organik ini, nantinya bisa digunakan untuk membangun Bumdes milik Desa melalui penjualan pupuk organik cair, padat dan mikroorganisme lokal.

"Karena kami menggunakan tenaga ahli dari Unsri, persolan di desa itu juga nanti secara bertahap diselesaikan dan dicarikan solusinya. Terutama terkait dengan pakan ternak dan segala macamnya. Termasuk juga nanti ada pemeliharaan magot supaya nanti ada nilainya ekonomis baru yang bisa menunjang kesejahteraan masyarakat di desa tersebut," tukasnya.

Sementara itu, Kepala Balitbangda Kabupaten PALI Deasy Rosalia mengatakan awal mula Desa Muara Sungai dijadikan sebagai Pilot Projects Biogas dikarenakan awalnya untuk menyelesaikan permasalahan di Desa itu yang memiliki banyaknya jumlah populasi hewan ternak sapi sehingga kotoran nya berdampak pada lingkungan sekitar.

"Awal mula ceritanya pilot projects yang dilakukan litbang ini dalam menyelesaikan persoalan karena di Muara Sungai, populasi ternak nya banyak, kemudian masih dipelihara secara ekstensif atau tidak dikandangkan. Sehingga banyak kotoran yang ada dilingkungan masyarakat sekitar," kata Deasy.

Deasy menuturkan permasalahan Inilah yang coba diselesaikan Litbang PALI, pihaknya tidak hanya sekedar membuatkan biogas, tapi juga melalui proyek percontohan ini bisa  memperbaiki perilaku peternaknya. 

Supaya nanti ketika ada keuntungan ekonomis dari biogas ini diharapkan Deasy masyarakat peternak mau mengkandangkan sapi nya karena ada nilai ekonomis lain. 

"Harapan kami ada perubahan perilaku itu, supaya nanti sistem perternakan terpadu ini bisa bermanfaat tidak hanya untuk menyelesaikan masalah sosial terkait dengan banyak nya kotoran sapi yang ada di desa, tapi juga ekonomi dan kesejahteraan peternak mangkin meningkat,"ungkapnya.

Deasy mengatakan, dengan berkolaborasi mendatangkan tenaga Ahli dari Unsri bisa mengedukasi kepada masyarakat dalam hal mengembangkan peningkatan dibidang peternakan.

"Rencana kedepannya, masyarakat ini akan kita buatkan bank pakan ternak, jadikan disitu daerah rawan banjir, jadi kita akan coba berkolaborasi dengan Ahli peternakan dari Unsri untuk mengembangkan pakan ternak seperti Magot dan lain sebagainya yang akan kita uji coba,"ujarnya.

Selain itu Deasy juga berharap kedepannya pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas ini bukan hanya di Desa Muara Sungai tapi bisa menciptakan Desa Mandiri Energi di wilayah Desa di Kabupaten PALI lainnya.

"Tentunya kita berharap kedepan, pilot projects biogas yang kita lakukan di desa Muara Sungai bisa di kaji tiru oleh desa lain. Jadi tidak hanya di Desa Muara Sungai yang menerima manfaat nya, tapi bisa diterapkan di desa lainnya. Tapi nanti kita lakukan pengkajian terlebih dahulu terkait Pilot projects yang dilakukan di Desa Muara Sungai," tandasnya.

Baca berita menarik lainnya di google news

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved