Berita Lubuklinggau

September 3 Kasus DBD, Dinkes Lubuklinggau Galakkan 3M, Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Sejak awal bulan September sudah tiga kasus atau tiga orang di Kota Lubuklinggau Sumsel terserang penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Penulis: Eko Hepronis | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUN SUMSEL/EKO HEPRONIS
Sejak awal September sudah tiga kasus demam berdarah dengue (DBD). Hal ini diungkap Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Lubuklinggau Erwin Armeidi, Rabu (13/9/2023). 

TRIBUNSUMSEL.COM, LUBUKLINGGAU - Sejak awal bulan September sudah tiga kasus atau tiga orang di Kota Lubuklinggau Sumsel terserang penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Lubuklinggau, Erwin Armeidi menggalakkan gerakan 3M yakni dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Menurut Erwin Armeidi, timbulnya kasus DBD di tengah musim kemarau merupakan hal yang tak biasa.

"Jadi sekarang perlu kita antisipasi dengan pembersihan sarang nyamuk (PSN) dengan mengubur barang-barang yang tak berguna," ungkap Erwin pada wartawan, Rabu (13/9/2023).

Erwin menuturkan, dari periode Januari sampai dengan September bulan ini jumlah masyarakat yang terkena DBD di Lubuklinggau sebanyak 77 kasus dengan angka kematian 0.

"Januari ada 20 kasus, Febuari 14 kasus, Maret 14 kasus, April 13 kasus, Mei 3 kasus,
Juni 2 kasus, Juli 4 kasus, Agustus 4 kasus dan September 3 kasus dengan total 77 kasus," ujarnya.

Baca juga: Kualitas Udara Palembang Saat Ini Masih Tidak Sehat, ISPU Pagi Hari 130, Warga Diimbau Pakai Masker

Erwin mengatakan meski kasus DBD ini tidak terlalu signifikan dan berharap ke depan tidak terjadi lonjakan kasus sampai membuat status menjadi kejadian luar biasa (KLB).

"Itulah perlu kita antisipasi, kalau ada lonjakan yang drastis pasti saya tahu, artinya sekarang belum ada peningkatan drastis yang perlu kita ambil tindakan lengkap," ungkapnya.

Sementara untuk mencegahnya, supaya tidak ada lonjakan masyarakat harus tetap melaksanakan 3 M yakni menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang bekas juga menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Selain itu, ketika ada kasus DBD akan dilakukan penyidikan epidomologi, yakni dipelajari dan dianalisa dengan menurunkan petugas juru pemantau jentik nyamuk (Jumantik).

"Juru mantik yang ada di masing-masing Kelurahan di Puskesmas, itu yang kita dorong untuk bekerja," ungkapnya.

Karena apabila terlalu sering di fogging bisa membuat nyamuk jadi kebal, tidak mempan lagi dengan fogging.

Kemudian fogging juga hanya membunuh nyamuk yang hidup dan tidak pada jentik-jentik. Karena fogging bukan pencegahan utama melainkan sementara.

"Pencegahan utama itu pemberantasan sarang nyamuk (PSN)," tambahnya. 

Baca berita lainnya langsung dari google news

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved