Berita Pilpres 2024

Sosok 3 Nama Kandidat Cawapres Prabowo, Ada yang Pernah Jadi Menteri di Era Tiga Presiden Berbeda

Inilah sosok tiga nama bakal cawapres yang akan mendampingi Prabowo Subianto di Pilpres 2024. Ketiganya sedang digodok dalam internal koalisi.

Editor: Rahmat Aizullah
Tribunnews.com
Bakal Capres KIM Prabowo Subianto 

3. Yusril Ihza Mahendra

Melansir Kompas.id, Yusril Ihza Mahendra dikenal sebagai sosok yang memiliki banyak profesi.

Mulai dari seorang dosen, pengacara, pakar hukum tata negara, politikus, intelektual Indonesia, dan mantan menteri.

Sebagai politikus, Yusril menjabat Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) selama tiga kali.

Yakni periode 1998–2004, periode 2014–2019, dan periode 2019–2024.

Yusril pernah menjabat sebagai menteri pada kepemimpinan tiga Presiden yang berbeda.

Era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ia menjadi Menteri Hukum dan Perundang-undangan pada 1999-2001.

Di dalam kabinet Presiden Megawati Soekarnoputri, Yusril menjabat Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia pada 2001-2004.

Sementara di masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ia menjadi Menteri Sekretaris Negara pada 2004-2007.

Karier politik pria yang dilahirkan di Lalang, Manggar, Belitung Timur, pada 5 Februari 1956 ini dimulai saat awal reformasi.

Bersama sejumlah ormas Islam, Yusril mendirikan Partai Bulan Bintang yang dideklarasikan pada 17 Juli 1998 atau satu bulan setelah Presiden Soeharto lengser.

Yusril didapuk menjadi ketua umum partai tersebut dan dijabatnya hingga tahun 2004.

Setelah lengser dari pejabat publik, Yusril kembali memimpin partai tersebut setelah terpilih di Muktamar IV PBB pada April 2015.

Pada Muktamar PBB di Belitung pada September 2019, Yusril kembali terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PBB periode 2019–2024.

Yusril diketahui merupakan anak ke-6 dari 11 bersaudara, buah hati pasangan Idris Haji Zainal dan Nursiha Sandon.

Keluarga sang ayah berasal dari Johor, Malaysia, sementara ibunya memiliki garis keturunan dari Minangkabau.

Yusril kecil mengenyam pendidikan dasar di SD Negeri, Manggar, Bangka Belitung dan lulus pada 1969.

Kemudian, melanjutkan ke SMP Negeri, Manggar hingga lulus pada 1972 dan lantas melanjutkan ke SMA Perguruan Islam, Bangka Belitung dan lulus pada 1975.

Setelah lulus SMA, Yusril hijrah ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Ia mengambil Ilmu Filsafat, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia.

Setahun kemudian, ia mengambil Jurusan Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia dan lulus pada 1983.

Setelah lulus kuliah, Yusril meneruskan program S2 di University Of The Punjab, India dan menyandang gelar master pada 1984.

Yusril juga menyelesaikan pendidikan masternya di Magister Hukum dan Ilmu Pengetahuan Islam, Universitas Indonesia (UI), Jakarta (1984).

Sementara untuk pendidikan doktoral, Yusril mengambil di University Sains Malaysia dan meraih gelar doctor of philosophy dalam ilmu politik di kampus tersebut pada 1993.

Yusril memulai kariernya sebagai pengajar di Universitas Indonesia pada mata kuliah Hukum Tata Negara, Teori Ilmu Hukum, dan Filsafat Hukum.

Ia memulai karier akademiknya dari bawah sebagai Asisten Dosen dari Prof Osman Raliby dan Prof Dr Ismail Suny.

Kemudian, ia menjadi dosen di Fakultas Hukum, UI.

Pada tahun 1996, ia diangkat oleh Presiden Soeharto sebagai penulis pidato presiden.

Ia telah menulis pidato untuk presiden sebanyak 204 buah hingga tahun 1998.

Salah satu karya besarnya, yakni menuliskan pidato berhentinya Presiden Soeharto pada Juni 1998.

Karier Yusril dalam bidang akademik melejit hingga dia diangkat sebagai Guru Besar Hukum Tata Negara dari kampus tersebut pada 1998. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved