Berita Palembang
PKS Tolak Kenaikkan BBM, Aksi Damai Depan Monpera Palembang, Sebut 5 Alasan Rasional
PKS tolak kenaikan BBM, aksi damai digelar di depan Monpera Palembang sebagai sikap nyata PKS tolak kenaikan BBM, Sabtu (10/9/2022).
Penulis: Arief Basuki Rohekan | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUNSUMSEL. COM, PALEMBANG - PKS tolak kenaikan BBM, penegasan ini dinyatakan Dewan Pimpinan Wilayah Partai Keadilan Sejahtera (DPW PKS), propinsi Sumatera Selatan (Sumsel) bersama DPC PKS Kota Palembang dan simpatisan yang menolak kenaikan bahan bakar minyak (BBM), Sabtu (10/9/2022).
Aksi damai digelar di depan Monpera Palembang sebagai sikap nyata PKS tolak kenaikan BBM.
Aksi damai PKS tolak kenaikan BBM ini dihadiri kurang lebih 300 orang peserta, dengan penjagaan dari aparat kepolisian.
Ketua DPW PKS Sumsel, M Toha menyatakan ada 5 alasan rasional pihaknya, menolak kenaikkan BBM saat ini.
Pertama momentum pasca Covid-19, hal ini justru menyebabkan terjadinya inflasi, dan rakyat sangat menderita.
"Karena itu PKS meminta kepada presiden Jokowi tidak menaikkan harga BBM. Alasan waktunya belum tepat dan ini hanya akan membuat masyarakat tambah menderita," katanya.
Baca juga: Salim Warga Musi Rawas Desa A Widodo Terima Bantuan Rumah, Belum Ada Listrik dan Air Bersih
Hal lainnya, kenaikan harga BBM akan membuat inflasi melambung tinggi. Mengingat, saat ini inflasi sebesar 3,94 persen, tertinggi sejak Oktober 2015.
"Kalau BBM bersubsidi dinaikkan, maka diperkirakan inflasi akan melejit ke angka tujuh atau delapan persen.
Kenaikkan harga BBM akan mendorong secara berantai kenaikkan harga barang dan jasa," paparnya.
Selain itu dengan APBN dikatakan surplus hal itu bertolak belakang, sehingga PKS meminta presiden Jokowi memperhatikan kondisi riil dimasyarakat.
"Sebagai presiden yang peduli dengan kepentingan rakyat. Maka Jokowi diminta tegas membuat keputusan terhadap harga BBM. Apalagi katanya APBN 2022 mengalani surplus selama beberapa bulan belakangan, " tandasnya.
Hal lain adalah turunnya harga minyak dunia saat ini. Sehingga BBM ini naik jelas mencekik kehidupan rakyat dan menambah angka krmiskinan.
"Lagi pula sejak puncaknya di bulan Juni 2022, harga minyak dunia terus melorot, baik WTI crude maupun brent crude menuju harga 80 dollar per barel, " ungkapnya.
Hal lain yang dia sampaikan adalah neraca perdagangan juga mengalami surplus. Dimana dalam pidato kenegaraan presiden RI Jokowi, menyampaikan prestasi kabinet pada semester satu tahun 2022 APBN surplus sebesar Rp 106 triliun.
Sementara itu neraca perdagangan surplus selama 27 bulan tanpa jeda. Pada semester satu tahun 2022 saja surplusnya mencapai angka Rp 364 triliun.
"Jadi kami berharap harga BBM turun dan kembali seperti semula," tegas Toha.