Berita Palembang
Gubernur Herman Deru Bawa Tanah Bukit Siguntang ke IKN Nusantara, Juga Air Sungai Musi
Berangkat ke titik nol IKN Nusantara, Gubernur Sumsel Herman Deru membawa dua liter air Sungai Musi dan satu kilogram tanah Bukit Siguntang.
Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Vanda Rosetiati
Setelah sekian lama, memori kolektif masyarakat lekat dengan Hikayat Melayu dan Kesultanan Palembang serta dengan keberadaan makam raja-raja Melayu di Bukit suci yang dipercaya secara turun temurun sebagai makam raja-raja keturunan Alexander The Great.
Perjalanan Bukit Siguntang terbentang dari Masa Sriwijaya berdasarkan temuan-temuan masa Hindu Buddha di Sumatera, sampai pada catatan dari Kisah Sejarah Melayu yang tertulis pada Kitab Sulalatus Sakarin.
Dalam kitab Sulalatus Sakarin dikisahkan turunnya penjelmaan dari Alexander The Great atau Iskandar Agung di Bukit Siguntang dan menurunkan keturunan Melayu yang menyebar sampai Malaysia dan Singapura.
Perjalanan Bukit Siguntang dimulai sejak masa kejayaan Maritim Sriwijaya pada masa Hindu dan Buddha di Sumatera.
Setelah itu pada masa kerajaan Melayu dan memasuki masa kolonialisme zaman Kesultanan hingga akhirnya seperti sekarang.
Mempelajari latar belakang panjang Bukit Siguntang dapat memberikan pandangan akan kayanya perjalanan bangsa ini dari masa ke masa.
Antara linimasa, memori kolektif dan sejarah temuan Bukit Siguntang, tergambar perjalanan sejarah bangsa khususnya perjalana sejarah masyarakat Palembang.
Arca Buddha
Arca Buddha dalam sikap berdiri diketemukan di Bukit Siguntang pada sekitar tahun 1920an.
Archa Buddha saat ini beredar di Taman Wisata Kerajaan Sriwijaya Palembang.
Direkonstruksi dari temuan fragmen yang terpisah di beberapa tempat di kaki Bukit Siguntang, arca digambarkan memakai jubah transparan yang menutupi kedua bahunya.
Arca juga digambarkan berambut keriting dan bersanggul serta terdapat bulatan di dahinya.
Kedua tangan arca telah hilang, demikian juga kaki dan beberapa bagian badan terlihat pecah.
Menurut catatan Schnitger, ukuran arca pada saat rekonstruksi sekitar 360 cm.
Ciri-ciri ikonografi pada arca, menunjukan gaya Amarawati yang berkembang di India Selatan pada abad ke 2-5 Masehi dan gaya seni ini terus berkembang di Srilanka sampai abad ke 8.