Covid 19 di Sekolah Palembang
Ada Siswa SMP di Palembang Terpapar Covid-19, Ahli Mikrobiologi Prof Yuwono Sarankan PTM Tepat Buka
Professor Yuwono mencontohkan, jika anak tersebut habis jalan-jalan dengan keluarganya di luar Sumsel, misalnya Jakarta dan saat diperiksa terpa
Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Weni Wahyuny
Ia mengibaratkan seperti telur dan ayam, tiga-tiganya penting.
Hanya saja pendidikan seperti disepelekan, misal Menteri Nadiem Makarim sampai menangis menyampaikan tidak ada pilihan lain kecuali harus dilakukan pembelajaran tatap muka (PTM) dalam kondisi apapun.
Karena WHO sudah menghitung kerugiannya ribuan triliun selama pandemi satu tahun. Terus Presiden Yudhoyono juga sudah menuliskan dokumen 100 tahun Indonesia pada 2045, Indonesia emas yaitu anak-anak yang berkarakter dan memiliki performance kinerja yang bagus.
"Ini nggak akan tercapai kalau tidak dilakukan pembelajaran tatap muka. Sebab sebagus-bagusnya belajar daring, tetap tidak akan sama dengan tatap muka," katanya.
Menurutnya, ada beberapa hal yang menyebutkan anak-anak itu lebih tahan terhadap Covid-19, yang artinya Covid-19 lebih banyak menyerang orang tua. Istilahnya itu tua katek aguk, orang tua yang tidak menjaga diri yang akhirnya terpapar Covid-19.
Lalu yang terpapar Covid-19 lebih banyak laki-laki, karena memang jumlah laki-laki lebih banyak dua kali lipat dari perempuan. Yang sering keluar juga banyak laki-laki.
Baca juga: Tiga Guru SMK Negeri 1 Kayuagung Positif Covid-19, Sekolah Terapkan Belajar Daring Lagi
"Anak-anak punya imunitas dan ketika terpapar Covid-19 akan cepat sembuh. Misal 3-4 hari anak-anak sudah sembuh, sedangkan kalau yang terpapar orang tua butuh 10 hari paling tidak untuk sembuh," ungkapnya.
Jadi anak-anak ini masih adaptif karena paru-parunya masih elastis. Kemudian anak-anak tidak ada komorbid. Maka fatalitas anak-anak 0 persen.
"Saya Professor dan punya sekolah, jadi saya mengatakan semua pendidikan itu harus atas kesepakatan tiga pihak. Pertama pemilik sekolah, lalu dewan guru dan orang tua, maka tiga ini harus sepakat," katanya.
Bahkan Presiden Jokowi menyampaikan arahnya, PTM tetap dilaksanakan tapi berdasarkan kesepakatan sekolah. Jadi bukan hanya guru saja, tapi ketiga komponen tadi sepakat.
"Seperti saya kami kumpulkan semua guru, yayasan dan orang tua kumpul dan sepakat. Kalau sepakat itu enak, orang jadi tereduksi, save, belajar tetap aman dan itukan jadi keren," ungkapnya.
Menurut Professor Yuwono, Pemerintah sudah membuat aturan tentang physical engineering khususnya untuk rumah sakit. Yaitu rekayasa fisik, misal ruangan sekolah. Jangan berpikir sekolah tidak boleh kepanasan, kena angin dan lain-lain padahal itu bagus.
Kalau di sekolah alam hanya 25 persen yang boleh penempatan bangunan dan 75 persennya ruang terbuka hijau.
Jadi harapnya sekolah-sekolah menerpanya physical engineering, karena ini lebih efektif daripada penerapan Prokes.
Apa itu physical engineering yaitu space atau ruang.
Jadi ruangannya harus luas, misal sekelas isinya hanya 20 orang saja.
Jadi jangan banyak-banyak satu kelasnya.
Lalu air flow atau aliran udara, kemudian sinar matahari.
Kalau sudah terlanjur sekolahnya sempit maka bisa dibuat sif-sifan atau sering-sering terpapar angin dan matahari. Kalau dulu masih kecil suka dibariskan di lapangan dan senam, itu bagus.