Semeru Erupsi
'Bapak, Bapak, Bapak', Teriak ABG 16 Tahun Antar Makanan Ayah saat Erupsi Gunung Semeru, Kini Hilang
Kisah ibu masih menunggu pulang anaknya yang berusia 16 tahun. Saat itu sang anak membawa bekal ayah
Sebab kata dia, istrinya sudah tahu kalau relawan memiliki prosedur dalam melaksanakan tugas.
Selain itu, relawan juga memiliki skil keilmuan sebagai relawan resque dan selalu meyakinkan kalau di lokasi selalu patuh terhadap SOP.
"Kangen dengan anak istri itu pasti, namun kemanusian di atas segalanya," kata dia.
Sehingga ia mumutuskan untuk membantu para korban lebih dahulu dibandingkan dengan kepentingan pribadi.
"Kita harus mendahulukan kepentingan yang lebih besar dari sekedar kepentingan pribadi," kata dia.
Alumni IAIN Raden Fatah ini mengatakan, sebagai seorang relawan dari Palembang ia menunjukan kepedulian dan turun ke lokasi.
"Bencana erupsi ini kalo bukan kita siapa lagi yang memberikan pertolongan dan menyalurkan bantua kepada mereka, kita tunjukan kita juga peduli bukan hanya melalui sosmed," kata dia.
Adapun selama seminggu lebih di lokasi dari pagi dirinya bergabung dengan Basarnas untuk melakukan evakuasi korban yang belum ditemukan di Kampung Renteng Desa Sumber Wuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Jika siang, dirinya akan membantu mengadakan makanan membuat program dapur umum di posko pengungsian Desa Candipuro.
"Jadi belum tahu kembali ke Palembang kapan, kita berkomitmen sampai musibah di Semeru berakhir kita akan bantu para korban," kata dia.
Ia meminta doa dari para rekan dan keluarga di Palembang untuk diberikan kekuatan supaya bisa memberikan yang terbaik bagi para korban di Semeru.
"Mohon doanya semoga musibah ini segera berakhir, para korban ditemukan semua dan warga hidup seperti semula," kata dia.
Baca berita lainnya di Google News