Biodata Profil Didiet Maulana, Ini Perjalanan Karier Perancang Kebaya Wisuda Maudy Ayunda
Sebenarnya Didiet Maulana tidak mempunyai latar belakang sekolah fashion. Ia awalnya adalah seorang arsitek.
Meski mendapat tentangan dari keluarga, lulusan Jurusan Arsitektur Universitas Parahyangan yakin dengan bisnis fesyen. Dia pun segera merancang bisnis fesyen pada 2008, sembari menyelesaikan urusan kantor.
Belajar dari kegagalan sebelumnya, kali ini Didiet meminta temennya untuk menghitung semua kebutuhan. Dia juga melakukan riset tentang kain khas Indonesia, hingga akhirnya menjatuhkan pilihan pada tenun.
Didiet pun berkunjung ke beberapa wilayah seperti Jawa dan Bali, untuk menemui perajin. Dia bercerita, bila di Jepara, Jawa Tengah, menjadi lokasi yang paling banyak punya perajin tenun berkualitas.
Setelah itu, dia juga melewati proses trial and error selama tiga bulan.
"Ini tergolong mudah karena saat kuliah saya sudah biasa buat baju buat teman-teman dan saya tahu dasar-dasar teknik menjahit," tegasnya.
Sadar akan produknya merupakan tren baru dan harus menciptakan pasar, maka laki-laki berkacamata ini menggunakan jaringan pertemanan untuk membentuk image.
Ia meminta teman-temannya seperti penyanyi Andien, Vidi Aldiano, Titi DJ, Krisdayanti, dan lainnya menggunakan kreasi tenun ikat miliknya.
Foto-foto mereka pun diunggah kedalam media sosial, hastag Ikat Indonesia pun dilampirkan untuk memudahkan deteksi dan menjadi statement kala memakai tenun.
Strategi ini pun berhasil. Produk Ikat Tenun segera diburu. Tidak hanya para pesohor negeri tapi juga semua kalangan.
Menanamkan nilai pada karyawan dan perajin
Mengembangkan bisnis fesyen bukan perkara mudah. Ada berbagai tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya, edukasi kepada karyawan.
Laki-laki berkacamata ini sering berbagi ilmu dan pengalaman pada semua karyawan. Didiet ingin menanamkan nilai yang sama.
Selain itu, karyawan bisa menguasai keterampilan sesuai standarnya. "Memang butuh waktu, tapi saat karyawan paham, kami yang akan diuntungkan," urainya.
Selain karyawan, edukasi ini juga ia lakukan kepada perajin. Tujuannya, supaya anak muda mau kembali menjadi penenun dan kain tradisional tetap lestari.
Makin banyaknya pengusaha fesyen yang memakai tenun tak membuat pria 36 tahun ini risau. Sebab, setiap orang pasti punya karakteristik desain dan selera masing-masing. Justru, banyaknya pemain membuat pasar kian berkembang.
Dalam setahun, dua kali Didiet meluncurkan koleksi baru. Namun, pada momen hari raya, dia juga menyiapkan koleksi khusus.
Berbeda dengan desainer lainnya, Didiet lebih suka menggelar pagelaran pribadi. Sebab, dia bisa merasa lebih intim dengan konsumen saat memperkenalkan koleksi barunya.
Artikel ini telah tayang di kontan, grid, dan didietmaulana.com