Biodata Profil Didiet Maulana, Ini Perjalanan Karier Perancang Kebaya Wisuda Maudy Ayunda

Sebenarnya Didiet Maulana tidak mempunyai latar belakang sekolah fashion. Ia awalnya adalah seorang arsitek.

Editor: Wawan Perdana
Instagram @didietmaulana
Desainer Didet Maulana saat membuka kelas Berkain dalam rangkaian Pameran "Romansa Kisah Kebaya" beberapa hari lalu 

TRIBUNSUMSEL.COM-Perancang Didiet Maulana bukan nama baru di Indonesia. Ia adalah desainer kebanggaan Indonesia yang karyanya telah mendunia.

Didiet Maulana juga adalah seorang creativepreneur Indonesia dan mentor wirausaha yang memfokuskan perhatiannya pada wastra Nusantara.

Berikut Biodata dan Profil Desainer Indonesia Didiet Maulana :

Nama Didiet Maulana ramai diperbincangkan setelah Maudy Ayunda tampil menawan mengenakan kebaya saat wisuda lulus S2 di Stanford University, Rabu (9/6/2021).

Selama ini karya Didiet Maulana memang banyak digunakan pesohor negeri ini.

Mulai dari Andien, Afgan Syahreza, Titi DJ, Krisdayanti, Vidi Aldiano, hingga merancang baju para menteri.

Karya Didiet juga pernah digunakan untuk souvenir di ajang Grammy Award 2016.

Didiet sukses mencuri perhatian dengan hasil rancangannya yang selalu menggunakan kain khas Indonesia.

Sebenarnya Didiet tidak mempunyai latar belakang sekolah fashion. Ia awalnya adalah seorang arsitek.

Hobinya dari kecil menggambar dan menyukai segala hal berbau teknik membuatnya melanjutkan sekolah arsitek.

Ia lulus dari Arsitektur Parahyangan, kemudian bekerja di Radio Oz Bandung, MTV Indonesia, dan PT Gilang Agung Persada.

Menjadi perancang busana adalah passionnya sejak kecil.

Ternyata perjalanan karier Didiet Maulana dimulai dari menjadi divisi kreatif di MTV Indoneisa.

Kemudian ia pindah ke sebuah grup retail Indoneisa yang menaungi produk merek Guess.

Nah semakin melebarkan sayap, Didiet Maulana mulai berani keluar dari zona nyamannya, ia meninggalkan posisinya yang berpengaruh di perusahaan retail itu untuk membangun IKAT Indonesia by Didiet Maulana, disusul SVARNA by IKAT Indonesia, sebuah brand busana hinggil (premium), dan Sarupa by IKAT Indonesia yang fokus pada pembuatan seragam.

Saat ini, Didiet banyak melakukan kegiatan bersama komunitas lokal yang berbasis budaya; menjadi anggota KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia), anggota AMIN (Asosiasi Merek Indonesia), dan konsultan untuk perusahaan-perusahaan.

Ia juga kerapkali menjadi pembicara di acara bincang-bincang untuk memotivasi generasi muda Indonesia sebagai entrepreneur.

Kecintaan akan dunia seni, membawa Didiet Maulana bergelut dengan tenun ikat. Kini, dia pun menjadi maestro tenun ikat Indonesia, lewat sajian segarnya mengkreasikan kain tenun ikat menjadi produk fesyen modern.

Ketertarikannya akan tenun bermula dari peristiwa klaim batik oleh negara tetangga. "Saya ingin generasi muda mengenal kain khas Indonesia," kata pria kelahiran 18 Januari 1981 ini.

Saat peluncuran Ikat Indonesia, label miliknya, pada 29 Juli 2011, ia hanya membidik kaum perempuan. Namun, enam bulan kemudian, dia mulai menyediakan produk fesyen untuk laki-laki.

Ikat Indonesia memproduksi pakaian ready to wear. Tidak hanya menyasar pasar ritel, Didiet juga melayani pelanggan korporasi lewat merek SVARNA. "Jumlah (produksi) untuk pesanan korporasi saja lebih dari 1.000 helai," ungkapnya.

Untuk memenuhi kebutuhan akan kain tenun, dia menjalin kerjasama dengan lebih dari 200 perajin dibeberapa kota seperti Klaten, Palembang, Sulawesi Selatan, Bali, dan Kediri. Untuk menjamin pasokan tenun ini, Didiet punya perwakilan di tiap daerah yang bertugas mengontrol kinerja para perajin.

Proses menjahit pakaian terpusar di Jakarta. Dia juga menjalin kerjasama dengan konveksi pada proses ini.
Meski sudah terkenal, Didiet hanya membuka satu galeri yang terletak di Jalan Dempo Nomor 59, Jakarta Selatan.

Tentu saja, dia juga menggarap pasar online. Koleksinya dilirik oleh pasar internasional dari gerai daring ini.
Pria 36 tahun ini mengaku sering mendapatkan pesanan rutin dari Malaysia, Singapura, Amerika dan Eropa.

Baca juga: Kebaya Maudy Ayunda Saat Wisuda S2 Curi Perhatian, Sang Desainer Didiet Maulana Ungkap Maknanya

Riset dan uji coba, kunci sukses Ikat Indonesia

Mewujudkan mimpi untuk memiliki usaha sendiri bukan hal yang mudah. Modal niat dan jaringan belumlah cukup.

Sebelum berhasil menjadi disainer kondang, Didiet Maulana sempat merasakan pahitnya membesut usaha pribadi.

Pada 2008 silam, pria yang senang mengenakan busana kasual etnik ini membuka biro arsitek, sesuai latar belakan pendidikan dan pengalaman sebagai arsitek.

Tak semudah yang dibayangkan, bironya hanya bertahan selama sembilan bulan. "Saya stress dan memutuskan untuk balik lagi (kerjaan lama)," katanya.

Menggambar menjadi hobinya sejak kecil. Baju merupakan satu obyek gambar yang Didiet sukai. Ketertarikan pada dunia fesyen, menerbitkan idenya untuk menjadi perancang dan meninggalkan dunia arsitektur yang telah dia tekuni selama 15 tahun.

Meski mendapat tentangan dari keluarga, lulusan Jurusan Arsitektur Universitas Parahyangan yakin dengan bisnis fesyen. Dia pun segera merancang bisnis fesyen pada 2008, sembari menyelesaikan urusan kantor.

Belajar dari kegagalan sebelumnya, kali ini Didiet meminta temennya untuk menghitung semua kebutuhan. Dia juga melakukan riset tentang kain khas Indonesia, hingga akhirnya menjatuhkan pilihan pada tenun.

Didiet pun berkunjung ke beberapa wilayah seperti Jawa dan Bali, untuk menemui perajin. Dia bercerita, bila di Jepara, Jawa Tengah, menjadi lokasi yang paling banyak punya perajin tenun berkualitas.

Setelah itu, dia juga melewati proses trial and error selama tiga bulan.

"Ini tergolong mudah karena saat kuliah saya sudah biasa buat baju buat teman-teman dan saya tahu dasar-dasar teknik menjahit," tegasnya.

Sadar akan produknya merupakan tren baru dan harus menciptakan pasar, maka laki-laki berkacamata ini menggunakan jaringan pertemanan untuk membentuk image.

Ia meminta teman-temannya seperti penyanyi Andien, Vidi Aldiano, Titi DJ, Krisdayanti, dan lainnya menggunakan kreasi tenun ikat miliknya.

Foto-foto mereka pun diunggah kedalam media sosial, hastag Ikat Indonesia pun dilampirkan untuk memudahkan deteksi dan menjadi statement kala memakai tenun.

Strategi ini pun berhasil. Produk Ikat Tenun segera diburu. Tidak hanya para pesohor negeri tapi juga semua kalangan.

Menanamkan nilai pada karyawan dan perajin

Mengembangkan bisnis fesyen bukan perkara mudah. Ada berbagai tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya, edukasi kepada karyawan.

Laki-laki berkacamata ini sering berbagi ilmu dan pengalaman pada semua karyawan. Didiet ingin menanamkan nilai yang sama.

Selain itu, karyawan bisa menguasai keterampilan sesuai standarnya. "Memang butuh waktu, tapi saat karyawan paham, kami yang akan diuntungkan," urainya.

Selain karyawan, edukasi ini juga ia lakukan kepada perajin. Tujuannya, supaya anak muda mau kembali menjadi penenun dan kain tradisional tetap lestari.

Makin banyaknya pengusaha fesyen yang memakai tenun tak membuat pria 36 tahun ini risau. Sebab, setiap orang pasti punya karakteristik desain dan selera masing-masing. Justru, banyaknya pemain membuat pasar kian berkembang.

Dalam setahun, dua kali Didiet meluncurkan koleksi baru. Namun, pada momen hari raya, dia juga menyiapkan koleksi khusus.

Berbeda dengan desainer lainnya, Didiet lebih suka menggelar pagelaran pribadi. Sebab, dia bisa merasa lebih intim dengan konsumen saat memperkenalkan koleksi barunya.

Artikel ini telah tayang di kontan, grid, dan didietmaulana.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved