Anjing yang Dijadikan Sate di Solo Tak Disembelih Tapi Dipukul, Disebut Agar Tidak Mengubah Rasa

Anjing yang Dijadikan Sate di Solo Tidak Disembelih Tapi Dipukul, Disebut Agar Tidak Mengubah Rasa

Editor: Slamet Teguh
TribunSolo.com/Dok DMFI
ILUSTRASI : Anjing diikat mulutnya dan dimasukkan ke dalam karung yang sempit sebelum dijagal. 

Metode tersebut, khususnya yang diketok kepalanya, dipercaya para penikmat bisa menambah kenikmatan cita rasa olahan daging anjing.

"Itu dipercaya mempengaruhi cita rasa, kegurihannya terasa. Daging anjing tidak mengeluarkan darah," kata Mustika. 

"Waktu diketok kepalanya, anjing sebenarnya dalam kondisi setengah hidup atau pingsan. Kemudian langsung digantung, digorok, dan dikelupasi kulitnya. Itu dalam kondisi hidup," tambahnya.

Sejak Zaman Majapahit

Pelarangan usaha kuliner anjing di Kabupaten Sukoharjo menuai pro kontra dari masyarakat.

Maklum, kawasan Solo Raya dikenal sebagai surganya kuliner anjing.

Sejarawan Kota Solo, Heri Priyatmoko sendiri membenarkan bahwa tradisi makan daging anjing sudah menjadi bagian dari budaya yang mengakar di masyarakat.

"Kalau kita telaah, peredaran daging anjing di masyarakat kita sudah ada sejak era Kerajaan Majapahit," katanya kepada TribunSolo.com pada Minggu (18/4/2021).

"Pada zaman itu dikenal ada namanya 'asu tugel' atau yang bermakna anjing dikebiri, dan dianggap menjadi santapan lezat bagi para masyarakat hingga priyayi dari Kerajaan Majapahit," imbuhnya.

Oleh karena sudah begitu mengakar bagi warga Solo Raya, Heri meyakini, regulasi penghentian dari perdagangan daging anjing tidak akan menghentikan tradisi makan daging anjing ini.

"Sekarang zaman sudah modern, kalau orang dilarang membuka lapak untuk jualan daging anjing, nanti juga bisa pindah ke online," jelasnya.

Dirinya menambahkan bahwa perdagangan daging anjing hanya bisa dihentikan apabila tradisi ini dihentikan bukan pasarnya yang ditutup.

"Penjualan daging anjing ini lestari karena ada yang meneruskan, baik pedagangnya atau konsumennya, kalau cuma distop lapaknya ya sama saja," ujarnya.

Heri sendiri telah melakukan riset mengani konsumsi daging anjing sudah lebih hampir enam tahun lamanya.

"Saya sudah mulai riset dari tahun 2015, dari wawancara pedagang, konsumen dan membuka semua literasi mengenai daging anjing di Solo Raya," terangnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Solo
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved