Berita Eksklusif Tribun Sumsel
Ibu-ibu Memeras Lumpur, Mengais Rezeki di Tambang Ilegal , Berkali-kali Terbakar Warga Tak Kapok
Ibu-ibu yang tidak punya pekerjaan, mereka datang ke sini bawa kain sama jerigen, mereka memeras minyak yang bercampur lumpur, dapatlah dikit-dikit
Penulis: Rahmat Aizullah | Editor: Vanda Rosetiati
Maya menjelaskan caranya dengan menempelkan kain ke lumpur yang bercampur minyak lalu diperas ke dalam ember.
"Tunggu beberapa menit dalam ember, nanti lumpurnya turun, terus kita ambil pelan-pelan minyaknya pakai gayung, baru disaring masuk ke dalam jerigen," jelasnya.
Plt Camat Rawas Ilir Herman Suandi menyatakan unsur Tripika sudah berulang kali sosialisasi secara preventif kepada para penambang agar berhenti beraktivitas.
"Sudah kita ingatkan agar tidak lagi aktivitas di sana, tapi alasan mereka mau makan, kita juga tidak punya kewenangan untuk menutup," ujarnya.
Herman menegaskan pihaknya tidak pernah memberikan izin kegiatan penambangan minyak secara ilegal tersebut.
Saat ini kata Herman, pemerintah dan pihak-pihak terkait tengah memikirkan solusi terbaik untuk menertibkan penambangan rakyat itu.
"Masih dipikirkan bagaimana solusi terbaiknya, yang jelas kita berharap semoga tidak ada hal-hal buruk dari aktivitas pengeboran minyak ini," katanya.
Herman mengungkapkan jumlah sumur bor dan penambang di lokasi tambang minyak rakyat tersebut sudah berkurang sejak dua bulan terakhir.
"Kalau baru-baru waktu itu memang banyak, kami mencatat ada sekitar 21 sumur, mungkin lebih, tapi sekarang sudah jauh berkurang, sepertinya tidak sampai 10 sumur lagi yang masih aktif," ungkapnya.
Kapolsek Rawas Ilir Iptu Abdul Karim mengatakan, kepolisian sudah berupaya melakukan sosialisasi secara preventif kepada para penambang.
"Berulang kali kita ingatkan agar tidak lagi melakukan aktivitas penambangan minyak secara ilegal di sana, tapi alasan mereka mau makan," ujarnya.
Ia mengungkapkan, adanya aktivitas pengeboran minyak ilegal tersebut memang berbahaya, bahkan juga bisa mencemari lingkungan.
"Tripika Kecamatan Rawas Ilir sudah melakukan rapat bersama dengan para penambang, memang mau ditutup, tapi alasan mereka mau makan, kita masih cari solusi terbaik," kata Abdul Karim.

Pengurus Asosiasi Pertambangan Rakyat Indonesia (APRI) Kabupaten Muratara, Subandri mengatakan tambang minyak rakyat itu ada sisi positif dan negatifnya.
"Kalau kita lihat sisi positifnya bahwa ada dampak aspek ekonomi, negatifnya tentu ada, seperti kejadian baru-baru ini tadi, kebakaran sampai ada yang luka bakar," katanya.