Akhirnya Nadiem Makarim Minta Maaf Soal Program Kemendikbud, Begini Sikap NU dan Muhammadiyah
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim meminta maaf atas ucapannya yang ingin memberikan dana hibah Kemendikbud dalam Program Or
Menurut Haviez, keikutsertaan Tanoto Foundation dalam POP adalah melalui Program Pintar Penggerak. Program tersebut didesain tidak menggunakan dana pemerintah, tetapi dengan dana sendiri yang bernilai investasi lebih dari Rp 50 miliar dalam dua tahun.
"Melalui Program Pintar Penggerak, didesain tidak menggunakan dana pemerintah, tetapi sepenuhnya dibiayai dana sendiri dengan nilai investasi lebih dari Rp 50 miliar untuk periode dua tahun 2020-2022," kata Haviez.
Melalui Program Pintar Penggerak, Tanoto Foundation akan bekerja untuk mengembangkan kapasitas tenaga pengajar di 260 sekolah penggerak. Di antaranya, 160 sekolah dasar dan 100 sekolah menengah pertama di empat kabupaten, yakni Kampar (Riau), Muaro Jambi (Jambi), Tegal (Jawa Tengah), dan Kutai Barat (Kalimantan Timur).
Di antaranya, 160 sekolah dasar dan 100 sekolah menengah pertama di empat kabupaten, yakni Kampar (Riau), Muaro Jambi (Jambi), Tegal (Jawa Tengah), dan Kutai Barat (Kalimantan Timur).
Haviez menyebutkan, Tanoto Foundation bukan program corporate social responsibility (CSR) dari suatu grup bisnis, melainkan inisiatif independen untuk mendukung pemerintah meningkatkan prestasi siswa Indonesia. Baca juga: Mendikbud Nadiem Minta Maaf, NU Enggan Kembali Gabung POP "Tanoto Foundation adalah organisasi filantropi yang bekerja sama dengan pemerintah dan mitra lainnya dalam memajukan bidang pendidikan di Indonesiasejak 1998," kata dia
. NU dan Muhammadiyah Tolak Gabung POP Sementara, Ketua Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif NU, Arifin Junaidi menegaskan lembaganya tidak akan kembali bergabung dalam POP meski Mendikbud Nadiem Makarim sudah meminta maaf. "Tidak (enggan bergabung kembali)," kata Arifin saat dihubungi, Rabu (29/7/2020).
Menurut Arifin, ada dua alasan mengapa lembaganya tidak mau bergabung kembali ke POP. Alasan pertama karena Nadiem belum menghapus nama Sampoerna Foundation dan Tanoto Foundation. Sedangkan alasan kedua, NU tidak dimasukkan dalam daftar penerima.
"Kalau pemikiran di atas diikuti kenapa Muslimat NU, Aisyiyah, Pergunu dan FGM tidak dimasukkan ke dalam daftar, kan organisasi itu juga menjalankan program penggerak dengan dana sendiri?," ujar dia.
Arifin juga mengatakan bahwa Nadiem mengaku akan mengevaluasi penerima dana hibah POP. Namun, lanjut dia, organsasi yang telah dinyatakan berhak menerima justru masih melakukan tahapan POP.
"Evaluasi membutuhkan waktu, ini berakibat waktu pelaksanaan POP semakin sedikit," ucap Arifin. Baca juga: Nadiem Minta Maaf, Muhammadiyah Tetap Tak Ikut Serta Program Organisasi Penggerak Selain LP Ma'arif NU, Muhammadiyah juga enggan kembali bergabung dalam POP. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Bidang Kerjasama Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PP Muhammadiyah Kasiyarno, saat dihubungi wartawan, Rabu (29/7/2020).
Ia mengatakan, walaupun Mendikbud Nadiem Makarim sudah meminta maaf, tetapi Muhammadiyah tetap berkomitmen untuk tidak ikut. "Statement-nya (Nadiem) ada yang membuat kami ragu, seperti bagi Organisasi Penggerak (OP) yang sudah diputuskan, dinyatakan lulus dalam pemberitahuan hasil evaluasi proposal. Ini maksudnya apa? Apakah tetap memberi harapan kepada semua OP yang dinyatakan lulus," kata dia. Ia mempertanyakan apakah OP yang dinyatakan lulus tersebut tetap akan mendapatkan dana atau tidak.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Respons NU dan Muhammadiyah Setelah Nadiem Makarim Minta Maaf...", https://nasional.kompas.com/read/2020/07/30/06372971/respons-nu-dan-muhammadiyah-setelah-nadiem-makarim-minta-maaf?page=all.
Penulis : Sania Mashabi
Editor : Fabian Januarius Kuwado
Akses Kompas.com lebih cepat dan mudah melalui aplikasi
Google Play: https://bit.ly/3g85pkA
Apple App Store: https://apple.co/3hXWJ0L