Ahli Mikrobiologi: Orang Non Reaktif dari Rapid Test Justru Harus Lebih Waspada dari yang Reaktif

Yuwono menjelaskan, berdasarkan bidang keilmuan yang ditekuninya, hasil non reaktif dari Rapid test mengartikan orang tersebut belum terpapar kuman.

Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Weni Wahyuny
Tribun Sumsel/ Linda Trisnawati
Juru bicara penanganan Covid-19 Sumsel, Prof Yuwono 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Ahli mikrobiologi kedokteran, Prof Yuwono mengingatkan agar orang yang menunjukkan hasil non reaktif dari Rapid test agar tidak 'berleha-leha' dengan hasil tersebut.

Justru menurutnya, orang yang menunjukkan hasil non aktif dari rapid test harus lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap virus maupun kuman dibanding dengan orang yang menunjukkan hasil reaktif dari Rapid test.

"Non reaktif ini (dari hasil Rapid test), justru harus lebih berhati-hati karena dia belum terpapar, 'culun' kalau bahasa kitanya. Mohon maaf, orang culun kalau bahasa mentalkan bisa dibohongi orang. Nah kalau ini dibohongi samo kuman, bisa saja dia justru terpapar kuman," ujarnya, Rabu (3/6/2020).

Rumah Ibadah di Palembang Sudah Boleh Lakukan Kegiatan Keagamaan, Ada Syaratnya Tapi Tidak Sulit

Sebaran Corona di 17 Kabupaten/Kota di Sumsel, Jubir : Kasus Baru Cenderung Menurun tapi Belum Bebas

Yuwono menjelaskan, berdasarkan bidang keilmuan yang ditekuninya, hasil non reaktif dari Rapid test mengartikan orang tersebut belum terpapar kuman.

"Disini saya tidak ngomong Covid-19, bisa juga kuman atau virus yang lain. Atau memang imunitas orang itu tidak bagus. Karena kalau imunitasnya bagus, pasti orang akan memberikan reaksi yang reaktif," ujar pria yang juga menjabat sebagai direktur utama RS Pusri tersebut.

Sedangkan apabila pemeriksaan Rapid test menunjukkan hasil yang reaktif, maka orang tersebut berarti terpapar kuman.

"Kalau dia reaktifnya IgM atau imunoglobulin M, maka itu berarti dia terpapar kuman secara umum. Bukan cuma virus atau covid-19. Bisa jadi sebagai contoh, kalau kamu Rapid test dalam keadaan tivus, maka hasilnya pasti akan reaktif. Itu kemungkinan IgM," ujarnya.

"Kalau dia reaktifnya IgG maka dia itu pernah terpapar kuman atau virus itu sudah lama, lebih dari 14 hari. Artinya orang itu sehat dengan imun yang bagus," imbuhnya.

Berdasarkan hal tersebutlah, Yuwono sangat menyayangkan aturan dari pemerintah RI yang memberlakukan isolasi bagi orang yang menunjukkan hasil reaktif.

Sebaran Corona di Muratara, Kasus Positif Covid-19 Bertambah 3 Orang, 2 Bayi dan 1 Lansia 88 Tahun

Update Kamis 4 Juni Pagi, Hampir 600 Kasus Positif Covid-19 di Palembang, Berikut Sebarannya

"Karena kalau menurut saya berdasarkan keilmuan ini, justru mereka yang non reaktif yang seharusnya berhati-hati," ucapnya.

Maka dari itu, Yuwono menyarankan bila orang yang menunjukkan hasil reaktif dari Rapid test, namun pada kenyataannya dalam keadaan sehat tanpa ada keluhan apapun, maka sebaiknya tidak perlu dilakukan uji swab.

Hal ini dikarenakan, hasil swab membutuhkan waktu yang bahkan informasi diterimanya bisa sampai 16 hari lamanya untuk keluar.

Apalagi berdasarkan peraturan Kemenkes RI bila menjalani tes swab sebaiknya dilakukan sebanyak 3 kali.

"Tapi saat menunggu hasil swab keluar, justru artinya sudah lewat masa dan dinyatakan negatif. Padahal dimasa itu kalian bisa bayangkan bagaimana penderitaan mental dari orang-orang reaktif berdasarkan Rapid test itu," ujarnya.

Disamping itu, Yuwono juga menyarankan bila tetap ingin menjalankan tes ulang, maka sebaiknya dilakukan Rapid test lagi setelah 14-15 hari dari waktu tes pertama.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved