Cerita Khas Palembang
Tribun Wiki : Sejarah Lorong Basah di Palembang, Lokasi Pendatang Tionghoa Mencari Nafkah
Seperti juga jembatan Ampera, seseorang belum diakui sebagai wong Palembang sejati kalau belum pernah menginjakkan kaki dan belanja di Lorong Basah
Penulis: Winando Davinchi |
Dengan sarana angkat berupa dua kaleng persegi yang fungsinya seperti ember namun tidak berpenutup, air sungai tersebut diangkut dengan pikulan.
Nah, rute angkut tersebut melalui lorong yang menghubungkan jalan Pasar Baru dengan jalan Masjid Lama.
"Karena para pengangkut air membawa dengan ember kaleng tak berpenutup, air tersebut berceceran di sepanjang alur jalan, basahnya lantai lorong inilah yang menjadi awal sebutan tersebut," Jelasnya.
Versi lain yang sedikit berkesan miring, beredar cerita bahwa kawasan ini suatu masa di zaman kolonial sekitar tahun 1938 hingga 1942 menjadi tempat praktik prostitusi.
"Basah disana dapat diartikan berhubungan dengan aktivitas seks komersil di tempat itu," katanya.
• Tribun Wiki : Ini Asal Mula dan Sejarah Pasar Sekanak Palembang, Pusat Perekonomian Zaman Belanda
Selanjutnya oleh Pemerintah untuk menghilangkan citra negatif tersebut pada sekitar akhir tahun 1970-an nama lorong Basah ditingkatkan menjadi nama jalan dengan nama seorang pahlawan yang pada namanya jika dilafalkan lisan terdengar sebagai jalan Sentot Ali Basah.
"Seperti diuraikan sebelumnya, beliau seorang pahlawan gagah berani, Seorang panglima perang tangan kanan Pangeran Diponegoro yang namanya jika ditulis tepat dan lengkap adalah Sentot Ali Basha atau Sentot Ali Pasha,"
"Gelar Ali Pasha berarti panglima tinggi yang didapatkan beliau dari kesultanan Turki ketika belajar taktik strategi militer di sana," ujarnya.
Di samping sebutan lain atas namanya Sentot Prawirodidjo, geliat sebagai tempat perdagangan mulai dirasakan di era kolonial.
Sejak dibangunnya Pasar Straat yang saat ini disebut jalan Pasar Baru, lorong ini menjadi akses ke lorong Purban dan jalan Masjid Lama.
Pada mulanya hanya berupa deretan rumah sekaligus toko atau gudang yang mayoritas dihuni keturunan Tionghoa.
• Sejarah dan Arti Nama Sekip di Kota Palembang, Ternyata Dulunya Tempat Latihan Menembak Belanda
"Selanjutnya tumbuh toko-toko baru, di antaranya toko yang berdagang kopiah seperti toko Raden Mat bin RH Abdoel Madjid Toko ini terkenal dengan kopiah cap Matahari Terbit," pungkasnya.
Selanjutnya toko tersebut pun di sekitar awal tahun 1970-an berganti menjual barang dagangan berupa pakaian seragam sekolah.
Selain dikenal sebagai pusat perdagangan pakaian seragam sekolah, kemudian di era tahun 1970-an lorong Basah dikenal pula sebagai kawasan toko pecah belah.
Deretan toko tersebut terletak di sisi kiri kanan lorong Basah.
Ada pula toko yang menjual alat memasak berbahan dasar aluminium seperti panci, teko, kuali, dandang dan seterusnya.