Makam Ditutup Kain dan Kelambu Juga Selalu Dijaga, Ternyata Sosok Dibalik Nisan Sukses Bikin Gempar
Putri Pinang Masak berusaha bersembunyi dan merasa terdesak karena tempat persembunyiannya telah diketahui.
Penulis: Agung Dwipayana | Editor: Hartati
Merasa lelah, suatu hari Sang Putri jatuh sakit dan kian lama kian parah sehingga Putri Pinang Masak merasa ia akan wafat.
Pada saat terakhir dan kritis inilah, Putri Pinang Masak masih sempat menyatakan sumpah yang terkenal.
Sumpah itu berbunyi sebagai berikut, "Aku mohon pada Tuhan agar anak cucuku kelak di kemudian hari agar anak cucuku kelak di kemudian hari jangan cantik seperti aku karena kecantikan itu akan membawa kesengsaraan seperti aku."
Setelah Putri Pinang Masak mengucapkan sumpah tersebut, beliau pun mengembuskan napas terakhir.
Beliau wafat meninggalkan tiga orang pengawal yang sangat setia.
Bagi anak cucu Putri Pinang Masak, hal itu menjadi lambang kaum wanita yang menjunjung tinggi martabat kaumnya.
Kini, setelah 350 tahun berlalu, makan Putri Pinang Masak yang berada di Desa Senuro ternyata sangat bersih dan terawat.
Sangat jauh dari kesan berantakan, kumuh dan angker.
Ialah pria bernama Suhir yang sejak tahun 2008, setia mengurus makam Putri Pinang Masak.
Pria berusia 70 tahun ini menjalankan amanah ayahnya yang wafat sejak 9 tahun silam.
Meski menjadi orang yang dipercaya mengurus makam, Suhir menolak jika dirinya disebut juru kunci.
"Saya diamanahkan ayah saya untuk mengurus makam Putri Pinang Masak ini. Setiap hari saya bersih-bersih dan menjaga aset di makam ini," kata Suhir kepada TribunSumsel.com yang bertandang ke makam Putri Pinang Masak di Desa Senuro, Kamis (7/9/2017).
Dijelaskannya, ayah Suhir bernama Pute Kumpul.
Sebelum wafat, beliau lah yang dipercaya warga desa setempat untuk mengurus makam Putri Pinang Masak.
Dikatakan Suhir, untuk mengurus makam yang dianggap keramat tersebut, dirinya tidak sendirian, melainkan dibantu warga desa setempat, baik bantuan materil maupun tenaga.