Penemuan Mayat di Sukarami
Akar Masalah Asworo Ternyata Terjadi Akibat Kebohongannya Sendiri Sebagai Pria Mapan
Motif pembunuhan yang dilakukan Martinus Asmoro (32) terhadap Chatarina Wiedyawati alias Wiwit (30), akhirnya terungkap setelah dilakukan pemeriksaan
Setelah itu, tanggal pernikahan pun dipilih yakni pada 5 September pada 2017 mendatang.
Sebagai persiapan awal, pada 7 Mei lalu Wiwit kembali mengajak Asworo pergi ke Yogyakarta untuk membeli souvenir, mengurus berkas-berkas, hingga foto pra-wedding.
Namun, Asworo baru bilang tidak ada uang, tapi ia tetap akan berusaha mencari pinjaman untuk biaya pernikahan.
"Tanggal 7 Mei, mau ke Jogya untuk persiapan dan perlengkapan. Saya iyakan saja, Wiwit bilang pokoknya uang (untuk pergi ke Yogya) sudah ada," ucapnya.
Termasuk gedung untuk resepsi pernikahan pun, diakui Asworo, sudah dibooking oleh orangtua Wiwit dan diberikan down payment (DP).

Korban sendiri juga sudah memberikan DP untuk Wedding Organizer, yang akan mempersiapkan pernikahan mereka.
"Saya bantu yang kecil-kecil, biaya Sekar Ayu (Wedding Organizer) itu kami berdua uangnya," ungkap Asworo datar.
Namun rencana menuju jenjang pernikahan itu sedikit terhambat, karena Asworo mengaku belum ada biaya untuk melunasi semua DP persiapan resepsi pernikahan tersebut.
Dan pengakuan itu justru ia sampaikan satu hari sebelum rencana mereka ke Yogya, dalam perjalanan saat Asworo menjemput Wiwit dari Prabumulih - Palembang, 6 Mei lalu.
Alhasil Wiwit kecewa dan marah setelah mengetahui kebohongan Asworo.
Sepanjang perjalanan dari Prabumulih pukul 18.00 WIB keduanya kerap bertengkar, hingga tiba di Palembang pukul 22.00 WIB dan menginap di hotel di Jalan Anwar Sastro Palembang.
Di hotel itu, keduanya pun sempat bertengkar kembali, hingga hanya Wiwit yang menginap di hotel, sedangkan Asworo memilih pulang ke mess-nya di Jalan Bangau No 54 A, Ilir Timur II, Palembang.
"Saya bilang uang gak ada, terus cekcok. 'Gimana sih kok belum ada uang, katanya sudah siap?," Terus saya jawab belum dapet uangnya," ungkap Asworo.
Asworo yang merasa terdesak, emosi dan kesal, tidak bisa berpikiran jernih lagi.
Dia tidak lagi berniat untuk pergi ke Yogyakarta, tapi berencana membunuh Wiwit dan mengambil harta bendanya.