Potong Ayam Tidak Penuhi Standar
Eksklusif: 'Potong Ayam, Saya Kalau Ingat Saja Baru Baca Doa'
"Kalau sempat Mas. Kalau sudah ribuan itu paling awal-awalnya saja, selebihnya langsung potong-potong saja. Biarlah itu pertanggungjawaban saya sama Y
TRIBUNSUMSEL.COM - Beberapa pedagang daging ayam di Pasar Sungki, Kertapati masih menjajakan dagangannya meski matahari berada tepat di atas kepala.
Ayam yang sudah disembelih, dibersihkan serta dipotong-potong terjajar rapi di lapak masing-masing.
Ayam yang dijual di pasar tradisional itu dipotong di rumah masing-masing. Tidak ada yang memotong ayam di tempat pemotongan unggas.
"Kami motong di rumah dewek. Sudah bersihkan langsung bawak ke pasar untuk dijual," kata seorang pedagang ayam di sana.
Menurutnya, penyediaan daging ayam selama ini dilakukan secara manual. Artinya pedagang memotong ayam sendiri, membersihkan kemudian dijual di pasar. Begitu seterusnya.
Dahulu memang ada tempat pemotongan ayam di pasar tempatnya berjualan. Namun tidak berlangsung lama.
Selain tempatnya yang tidak memadai, alasan lain yakni fasilitasnya tidak mendukung.
"Dulu memang ada di sini, tapi sudah gak ada lagi. Tempatnya sempit trus airnya gak lancar," katanya.
Oleh sebab itu, para pedagang lainnya termasuk dia, enggan memanfaatkan tempat potong itu. Mereka pilih memotong di rumah supaya bisa leluasa dan tidak kekurangan air.
Ia yakin, cara pemotongan yang dilakukan sudah baik dan layak. Ayam yang sudah dipotong, dimasukkan ke dalam rendaman air panas, kemudian dibersihkann bulunya.
Tribun Sumsel juga menjumpai aktivitas pemotongan hewan di Pasar Perumnas awal pekan tadi. Seorang pria memotong ayam dengan cepat sambil membukukkan badan.
Pisau tajamnya dengan cepat menggores leher ayam, kemudian memasukkannya ke keranjang di sampingya.
Ada satu tempat pemotongan lagi di dekat lokasi ini. Siang itu, dua pria sedang menyiram lantai. Tidak ada aktivitas pemotongan ayam saat itu.
Beberapa pedagang pasar memanfaatkan tempat pemotongan ini. Termasuk Aini, pedagang ayam yang dijumpai hari itu.
“Potong dewek, motong di gudang, di belakang,” kata wanita itu sambil merapikan daging ayam dagangannya.
Ia balik bertanya, di Palembang ini tidak ada tempat pemotongan resmi.