Mahasiswa Unsri Diduga Gabung ISIS
Unsri Akui Sulit Pantau Kegiatan Mahasiswa
Pihak Universitas Sriwijaya (Unsri), mengaku sulit melakukan pemantauan kegiatan di luar kampus yang dilakukan oleh mahasiswanya.
TRIBUNSUMSEL.COM, INDERALAYA - Pihak Universitas Sriwijaya (Unsri), mengaku sulit melakukan pemantauan kegiatan di luar kampus yang dilakukan oleh mahasiswanya.
Alasannya, karena jumlah mahasiswa yang mencapai puluhan ribu, disisi lain mereka (mahasiswa, red) sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di luar organisasi kampus yang notabene bukan merupakan tanggung jawab civitas akademika.
Baca juga: Lagi, Mahasiswi Unsri Menghilang Saat Izin Hendak Belajar Ke Ponpes
"Kita akui cukup sulit dalam melakukan pemantauan terhadap aktivitas mahasiswa diluar jam belajar. Karena, organisasi semacam itu tidak ada di lingkungan kampus," kata Drs Syarifuddin MSi Kons, selaku Wakil Dekan III Fakuktas FKIP Unsri, Selasa (18/8) ketika ditemui di ruang kerjanya, tanpa menyebutkan organisasi yang dimaksudkan itu.
Diceritakan Wakil Dekan III Fakultas FKIP Unsri, kecurigaannya bermula pada dua bulan yang lalu atau tepatnya di bulan Juni, sempat ada perubahan dari sisi penampilan mahasiswa bernama Desti Anggraeni yang dinyatakan hilang itu. Karena, lanjutnya disaat hendak mengikuti kegiatan PPL kondisi (Anggraeni, red) menggunakan cadar.
Baca juga: Tiga Tahun Kuliah, Desty Mulai Berubah
"Tentu saja, kita tidak memperbolehkan mahasiswa menggunakan cadar disaat mereka tengah mengikuti proses belajar mengajar. Bagaimana mereka mau menjelaskan materi kepada anak didiknya ketika menggunakan cadar. Iya, itu tidak diperbolehkan," jelasnya.
Disebutkan Syarifuddin, kecurigaan itu terbukti ketika orang tua mahasiswi (Desti, red) mendatangi ruang kerjanya untuk mengabarkan jika anaknya itu menghilang dan tidak diketahui keberadannya.
Baca juga: VIDEO: Desti Anggraini Mulai Bercadar dan Jarang Bergaul
"Iya, kita membenarkan adanya mahasiswi yang hilang bernama Desti Anggraeni," ujar Syarifuddin.
Sementara, mengenai status sebagai mahasiswi dari program Midik Misi. Dijelaskan oleh Wakil Dekan III Fakultas FKIP Unsri, minimal harus menyelesaikan sebanyak 8 semester dengan nilai IPK 3, kemudian harus mengikuti 80 persen tatap muka atau 16 kali pertemuan dalam setiap semester.
Baca juga: Nurhasanah Takut Anaknya Dicuci Otak dan Ikut ISIS
"Kita kan ada ketentuan mainnya. Apabila mahasiswi bidik misi tidak selesai dalam kurun waktu 8 semester dengan nilai minimal 3. Maka, ia harus menggunakan biaya sendiri," jelasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, untuk kesekian kalinya, mahasiswa Universitas Sriwijaya (Unsri), kembali menghilang.
Terakhir, Desti Anggraini (18), mahasiswi semester 7 Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Selasa (18/8) dikabarkan menghilang sejak beberapa hari yang lalu. Hilangnya mahasiswi Unsri program Bidik Misi tersebut, diduga bergabung dengan organisasi islamic state of iraq and syiria.
Karena, mahasiswi yang dikenal "brillian" ini, sebelum pergi sempat izin untuk mondok di pondok pesantren (ponpes) Tahfidz Al Quran Anshorullah Ciamis Jawa Barat. (Beri Supriyadi/SP)
Baca berita lengkapnya di edisi cetak Tribun Sumsel, Rabu (19/8/2015)