Berita OKU Timur

Dari Tepi Bendung Perjaya ke Dunia Digital, Ibu-ibu Pengusaha Bekasam di OKU Timur Diajak Naik Kelas

Selama puluhan tahun, mereka mengandalkan pengunjung yang kebetulan melintas di sekitar bendungan untuk menjual hasil tangan mereka.

Penulis: CHOIRUL RAHMAN | Editor: Slamet Teguh
Tribunsumsel.com/ Choirul Rahman
PENDAMPINGAN -- Tim dosen FISIP Universitas Sriwijaya memberikan pendampingan kepada kelompok ibu-ibu pembuat bekasam di Desa Keromongan, Kecamatan Martapura, OKU Timur, Senin (10/11/2025). Program hibah BIMA Kemdiktisaintek 2025 ini membantu warga mengembangkan kemasan dan pemasaran digital produk bekasam khas Bendungan Perjaya. 

“Kemasan mereka masih botol plastik besar tanpa label, tanpa informasi produksi, tanpa branding. Padahal potensi pasar bekasam sangat besar kalau dikemas dan dipromosikan dengan profesional,” ujarnya.

Melihat permasalahan tersebut, tim FISIP Unsri merancang pendekatan yang komprehensif seperti perbaikan manajemen usaha, Peningkatan kualitas kemasan, dan pengembangan pemasaran digital.

Dari sisi manajemen, kelompok akan dibimbing membuat struktur organisasi sederhana, mencatat pemasukan dan pengeluaran, serta mengelola stok dan pelayanan konsumen dengan lebih tertib.

Untuk mendukung aspek produksi, tim hibah menyediakan mesin perekat toples, alat vakum plastik, timbangan digital, dan 1.000 toples plastik food grade berukuran 500 gram dan 1 kilogram.

“Kami juga bantu mendesain logo dan label produk yang menarik, lengkap dengan informasi komposisi, tanggal produksi, dan cara penyimpanan,” jelas Rindy Putri Hapsari, yang menangani koordinasi dengan mitra dan administrasi program.

Langkah paling penting adalah pelatihan pemasaran digital. Ibu-ibu pembuat bekasam akan diajarkan menggunakan Instagram, Facebook, TikTok, hingga membuka toko daring di Shopee.

Tim akan mengajarkan teknik foto produk, pembuatan video promosi, hingga cara berinteraksi dengan konsumen online.

“Kami bahkan akan membuatkan video promosi profesional yang diunggah di YouTube FISIP Unsri,” tambah Galuh.

Program ini memiliki target konkret. Dalam enam bulan pertama, penjualan diharapkan naik minimal 15 persen. Seluruh produk harus sudah memiliki label dan logo standar, sementara akun media sosial dan marketplace diharapkan aktif dan dikelola mandiri oleh kelompok.

Tak berhenti di sana, tim juga menyiapkan langkah lanjutan berupa kerja sama dengan toko modern, pusat oleh-oleh, dan restoran lokal, serta partisipasi kelompok dalam pameran UMKM dan bazar kuliner.

“Kami ingin mereka benar-benar mandiri. Setelah pendampingan selesai pun, kami akan tetap memantau perkembangan mereka,” ujar Rindy.

Seluruh proses kegiatan akan didokumentasikan secara profesional oleh tim untuk kebutuhan laporan dan promosi.

“Foto dan video yang kami ambil bukan hanya untuk laporan hibah, tapi juga untuk memperkenalkan bekasam Perjaya ke publik luas. Jadi win-win solution,” kata Galuh.

Dukungan hibah BIMA Kemdiktisaintek Tahun 2025 menjadi titik awal perubahan bagi kelompok ini. Lebih dari sekadar meningkatkan pendapatan, program ini menanamkan harapan baru bahwa warisan kuliner tradisional bisa bersaing di pasar modern.

“Bekasam itu enak dan punya nilai budaya. Tinggal bagaimana kita bantu mereka mengemas dan memasarkannya dengan lebih baik,” tutup Trecy Austin penuh optimis.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved