Siswa SD di Pedamaran Keracunan
Penyebab 80 Siswa SD dan SMP di Pedamaran OKI Keracunan MBG, Jeda Waktu Konsumsi Diduga Jadi Pemicu
Menurut Ketua Satgas MBG OKI, HM. Lubis makanan yang dibagikan untuk siswa yang masuk siang telah disiapkan sejak pukul 11.00 WIB.
Penulis: Winando Davinchi | Editor: Slamet Teguh
TRIBUNSUMSEL.COM, KAYUAGUNG — Satuan tugas (satgas) program makanan bergizi gratis Kabupaten Ogan Komering Ilir (MBG OKI) mulai temukan titik terang terkait dugaan keracunan yang menimpa 80 siswa di Kecamatan Pedamaran.
Diduga kuat, insiden ini disebabkan oleh jeda waktu konsumsi yang terlalu lama.
Menurut Ketua Satgas MBG OKI, HM. Lubis makanan yang dibagikan untuk siswa yang masuk siang telah disiapkan sejak pukul 11.00 WIB.
Namun, makanan tersebut baru disantap para siswa sore hari.
Maka dari itu, dengan jeda waktu penyimpanan yang panjang inilah diduga memicu penurunan kualitas makanan dan menyebabkan gangguan pencernaan.
"Hal ini memicu penurunan kualitas makanan dan diduga menyebabkan gejala gangguan pencernaan pada sejumlah siswa," jelas Lubis ditemui wartawan Tribunsumsel.com pada Rabu (3/9/2025) sore.
Dalam memastikan penyebab pasti, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) OKI telah mengambil langkah cepat.
Sampel makanan dan sampel medis korban sudah dikirim ke Balai Besar POM untuk diteliti lebih lanjut.
Langkah ini bertujuan agar kejadian serupa tidak terulang dan memperkuat implementasi petunjuk teknis di lapangan.
"Pemerintah daerah juga tengah mengevaluasi seluruh sistem distribusi agar lebih efisien dan aman," imbuhnya.
Baca juga: Kesaksian Siswi Diduga Keracunan MBG di OKI, Mual Hingga Muntah Setelah Makan Nasi dan Sop
Baca juga: Total Ada 80 Siswa Dari SDN 5 dan SMPN 1 di OKI yang Diduga Keracunan MBG, Mual Hingga Muntah
Lubis mengajak seluruh pihak, mulai dari kepala sekolah, guru, hingga orang tua siswa, ikut aktif dalam pengawasan.
Mereka diharapkan memberikan edukasi dan segera melaporkan jika ada gejala gangguan kesehatan.
"Kami ingin memastikan bahwa program ini benar-benar memberi manfaat, bukan mudarat. Dengan kerja sama semua pihak, kami yakin hal ini dapat diatasi dan menjadi pembelajaran bersama ke depan," tegasnya.
Meskipun terjadi insiden, Pemkab OKI tetap berkomitmen melanjutkan program MBG.
Lubis menekankan program ini tetap penting untuk mendukung tumbuh kembang anak, terutama di daerah terpencil, namun pelaksanaannya harus selalu sesuai standar kesehatan dan keamanan pangan.
"Program MBG tetap penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak-anak, namun pelaksanaan harus sesuai standar kesehatan dan keamanan bagi anak-anak yang mengkonsumsi," pungkasnya.
Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News
Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.