Belatung di MBG SDN 8 Kayu Agung

5 Kabupaten di Sumsel Laporkan Keracunan MBG, Pendingin Makanan Tak Sesuai, Dapur Tak Penuhi Syarat

Hingga saat ini, jumlah SPPG di Sumsel sebanyak 342 unit, tetapi belum semuanya memiliki penjamah makanan yang terlatih.

Editor: Slamet Teguh
Tribunsumsel.com
ILUSTRASI - 5 Kabupaten di Sumsel Laporkan Keracunan MBG, Pendingin Makanan Tak Sesuai, Dapur Tak Penuhi Syarat 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Sejalan dengan pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menyiapkan pangan olahan siap saji dalam jumlah besar dan waktu bersamaan, risiko keamanan pangan yang ditimbulkan juga besar.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) selama tahun 2025, dari 17 kabupaten/kota di Sumsel, terdapat lima kabupaten yang melaporkan kasus keracunan pangan pada kegiatan penyediaan MBG di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

"Lima kabupaten tersebut, yaitu Empat Lawang, PALI, Ogan Komering Ilir (OKI), Musi Banyuasin (Muba), dan Ogan Ilir (OI)," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel, Trisnawarman, dalam keterangan tertulis melalui surat edaran, Rabu (24/9/2025).

Lebih lanjut, ia menjelaskan rincian jumlah penderita keracunan di tiap kabupaten:

PALI: 241 orang

Ogan Ilir: 64 orang

Ogan Komering Ilir: 60 orang

Empat Lawang: 8 orang

Musi Banyuasin: 9 orang

"Hasil investigasi yang dilakukan menunjukkan bahwa proses pengelolaan pangan yang tidak memenuhi persyaratan hygiene sanitasi menjadi salah satu faktor penyebab utama terjadinya keracunan pangan," katanya.

Hingga saat ini, jumlah SPPG di Sumsel sebanyak 342 unit, tetapi belum semuanya memiliki penjamah makanan yang terlatih.

Ia mengungkapkan, sejumlah kejadian keracunan MBG di Sumsel disebabkan beberapa faktor, di antaranya kejadian di PALI yang diakibatkan oleh suhu pada pendingin bahan makanan yang tidak sesuai dan dapur yang kurang memenuhi syarat.

"Ada juga SPPG yang belum melatih penjamah makanan karena penambahannya yang cepat. Inilah yang kita minta ke kabupaten/kota agar berkoordinasi dengan SPPG dalam mengecek kesiapan dapur," katanya.

Dukungan Pelaksanaan dan Pengawasan Keamanan Pangan MBG

Berdasarkan surat edaran nomor 400.7/5912/SE-DINKES/XV/2025 tentang dukungan pelaksanaan, pembinaan, dan pengawasan keamanan pangan olahan siap saji pada program MBG, beberapa hal perlu diperhatikan oleh berbagai pihak:

1. Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Wajib:

Bagi penyedia MBG yang menggunakan mekanisme pihak ketiga/jasa boga, jasa boga tersebut harus golongan B yang sudah memiliki Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi (SLHS) yang diterbitkan melalui Sistem Online Single Submission (OSS). Sebanyak 50 persen penjamah pangannya juga harus memiliki Sertifikat Penjamah Pangan sesuai Permenkes Nomor 17 Tahun 2024.
Menyimpan sampel makanan hasil produksi selama 2×24 jam di dalam freezer.
Memastikan semua proses pengelolaan pangan sesuai dengan standar keamanan pangan dan menerapkan enam prinsip sanitasi pangan.
Memperhatikan empat aspek utama hygiene sanitasi pangan: lingkungan (tempat/bangunan), bahan pangan, peralatan, dan orang (penjamah pangan).
Menyiapkan satu paket/ompreng makan MBG untuk uji organoleptik di sekolah penerima manfaat.

2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas, dan Lintas Sektor Wajib:

Melakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL).
Melakukan pelatihan hygiene sanitasi pangan (HSP) kepada pengelola dan penjamah pangan.
Melakukan pengambilan dan pemeriksaan sampel lingkungan (air, makanan, dan lainnya).
Melakukan pembinaan dan pengawasan berkala ke SPPG.
Membentuk tim pengawas keamanan pangan di sekolah/satuan pendidikan.
Melakukan penanganan dan investigasi oleh Tim Gerak Cepat (TGC) apabila terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan sesuai Permenkes Nomor 2 Tahun 2013, serta melaporkannya ke Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR).

3. Sekolah/Satuan Pendidikan/Masyarakat (Tim Pengawas Keamanan Pangan) Wajib:

Memastikan makanan diletakkan di tempat yang sesuai standar hygiene sanitasi pangan/ruangan khusus yang jauh dari sumber pencemaran dan tidak diletakkan di lantai.
Melakukan uji organoleptik (membau, melihat, dan mencicipi) sebelum makanan dikonsumsi. Jika makanan tidak layak, makanan tidak boleh dibagikan kepada siswa dan harus dikembalikan ke SPPG.
Memastikan dilakukannya cuci tangan pakai sabun (CTPS) sebelum mengonsumsi makanan.
Memastikan makanan habis dikonsumsi dan tidak boleh dibawa pulang. Jika sisa, ompreng tidak boleh dibersihkan dan sisa makanan dikembalikan ke SPPG sebagai bahan evaluasi.
Memastikan sampah dikelola sesuai ketentuan.

Baca juga: Kasus 12 Siswa SMPN 9 OKU Alami Muntah dan Pusing Usai Makan Ayam MBG, Sampel Dikirim ke Palembang

Baca juga: Kasus Belatung di Makanan Siswa SDN 8 Kayuagung, Satgas MBG OKI Ungkap Fakta Baru

Hanya 3 dari 120 Porsi Terkontaminasi Belatung

Satuan Tugas (Satgas) Makan Bergizi Gratis (MBG) Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) bergerak cepat menanggapi insiden viral penemuan belatung di makanan siswa SDN 8 Kayuagung.

Setelah melakukan penelusuran dan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), Satgas mengungkap bahwa dari total 120 porsi makanan yang didistribusikan, hanya 3 porsi yang terkontaminasi.

Ketua Satgas MBG OKI, H.M. Lubis, menjelaskan bahwa penyebab kontaminasi telah diidentifikasi, yaitu akibat hama lalat yang hinggap dan bertelur saat makanan dalam kondisi terbuka.

"Menanggapi kejadian viral di SDN 8 Kayuagung, kita sudah melakukan telusur dan olah TKP dengan tim di lapangan, termasuk Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dan Badan Gizi Nasional (BGN) untuk menangani situasi dengan cepat," jelas Lubis ditemui di ruang kerjanya, Rabu (24/9/2025) sore.

Lubis memberikan klarifikasi penting yang melegakan banyak pihak, dengan memastikan bahwa makanan yang terkontaminasi belum sempat dikonsumsi oleh para siswa.

"Dalam insiden ini tidak ada korban jiwa dan makanan yang terdeteksi belum dikonsumsi siswa," tegasnya.

Buntut dari kejadian ini, Lubis menyatakan pihaknya langsung memberikan instruksi tegas untuk memperketat seluruh rantai proses penyediaan makanan bergizi.

"Kami sudah berkoordinasi dengan SPPG di dapur supaya selalu melakukan pembinaan ataupun pengawasan terhadap penjamah makanan dan memastikan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang akan dilaksanakan," sambungnya.

Satgas MBG OKI juga mengeluarkan imbauan kepada seluruh pihak penerima manfaat, dalam hal ini sekolah, untuk lebih teliti saat menerima makanan.

"Kami mengimbau para penerima manfaat yang setiap harinya melakukan pelayanan, harap teliti saat makanan datang. Diminta lakukan koordinasi dengan pendamping, guru, atau wali murid. Apabila ditemukan kejanggalan, harap langsung berkoordinasi ke SPPG atau BGN agar dapat cepat dievaluasi," imbaunya.

Lubis memastikan pengawasan di dapur produksi SPPG ditingkatkan secara signifikan, mulai dari keamanan pangan saat bahan baku datang, proses produksi, hingga distribusi untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali.

Gubernur Sumsel Pertanyakan Sistem Dapur MBG

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Sumatera Selatan (Sumsel) kembali menjadi sorotan menyusul ditemukannya beberapa masalah serius, mulai dari makanan yang ada belatung hingga kasus keracunan.

Menyikapi hal ini, Pemerintah Provinsi Sumsel mempertanyakan penerapan sistem dalam dapur penyiapan MBG.

Gubernur Sumsel, Herman Deru, mengatakan setiap ada laporan keracunan MBG, pihaknya melakukan pengecekan terlebih dahulu melalui Dinas Kesehatan.

"Kalau ada kejadian seperti itu, saya minta Dinas Kesehatan melakukan pengecekan. Lalu, apakah kejadian tersebut terjadi di satu titik atau di banyak titik?,” kata Herman Deru, Rabu (24/9/2025).

Menurutnya, jika insiden hanya terjadi di satu sekolah, perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut. Hal ini karena satu dapur MBG biasanya melayani lebih dari satu sekolah.

“Kalau ada yang keracunan di satu sekolah, harus didalami juga sekolah lain yang menerima distribusi dari dapur yang sama. Apakah mereka juga mengalami hal serupa atau tidak?” katanya.

Deru juga mempertanyakan sistem pengelolaan dapur MBG, khususnya mengenai pihak-pihak yang terlibat dalam pengolahan makanan.

"Apakah dapur ini dikelola langsung oleh satu pihak atau justru melibatkan beberapa vendor? Ini yang sedang saya minta klarifikasinya kepada pihak terkait,” jelasnya.

Ketua SPPG Sukaraya Meminta Maaf

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) telah mengambil sampel sisa makanan dan muntahan siswa yang mengalami muntah usai menyantap menu ayam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk diperiksa.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan OKU, Dedi Wijaya SKM, M.Kes., kepada awak media, Selasa (24/9/2025). Sampel sisa makanan dan muntahan ini dikirim ke Palembang untuk diperiksa di laboratorium. Sampel yang diambil berupa ayam goreng, sayur, dan nasi. Sampel tersebut juga sudah dikirim ke Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Palembang dan Balai Teknologi Laboratorium Kesehatan.

“Kita masih menunggu hasil pemeriksaan untuk mengetahui apa yang terkandung pada makanan tersebut,” jelas Kepala Dinkes OKU.

Seperti diberitakan sebelumnya, dua murid SMPN 9 Tanjung Kemala, Kecamatan Baturaja Timur, Kabupaten OKU, sempat muntah usai menyantap menu ayam MBG. Selain dua yang muntah, ada10 anak yang mengeluh pusing-pusingjuga dibawa berobat ke Puskesmas yang sama.

Setelah diperiksa tim medis dan diberi obat, 10 anak yang mengeluh pusing-pusing sudah lebih dahulu pulang dari Puskesmas dalam kondisi normal. Sementara dua yang sempat muntah diberi infus dan dirawat jalan. Setelah infus habis dan kondisinya pulih, mereka diperbolehkan pulang.

Anak yang muntah dan pusing dibawa berobat oleh Ketua Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) MBG Wilayah Sukaraya, Kecamatan Baturaja Timur, Adi Negoro, bersama perwakilan dari pihak penyedia MBG. Kedua belas siswa yang dibawa berobat ke Puskesmas seluruhnya sudah sehat dan telah pulang.

“Saya selaku Ketua SPPG Sukaraya mohon maaf kepada adik-adik dan orang tua siswa atas insiden ini. Ke depan, kita akan lebih memperketat seluruh rantai proses penyediaan makanan bergizi,” janji Ketua SPPG Sukaraya.

Di sisi lain, pantauan di dapur SPPG Sukaraya secara kasat mata menunjukkan semuanya sudah memenuhi standar dapur umum MBG. Hal ini terlihat dari ruang khusus tempat bahan makanan, mulai dari bahan baku tiba. Ikan dan ayam yang datang langsung masuk ke ruang proses pencucian yanghigienis, kemudian masuk ke ruang penyimpanan yang memiliki pengontrol suhu.

Di setiap sudut terdapat petunjuk cara menyimpan bahan makanan, termasuk perintah agar plastik/kemasan harus diganti dengan plastik khusus yang steril sebelum disimpan difreezer. Begitu juga dengan lemari penyimpanan bumbu dan rempah-rempah di ruang yang steril dan berpendingin. Selain itu, dapur terlihat bersih dan steril, hingga tempat makanan keluar yang sudah di dalamomprengditata di ruang khusus. Ada jalur khusus yang steril untuk keluar masuk makanan.

SPPG Wilayah Sukaraya mempekerjakan sekitar46 karyawanyang bekerja mulai pukul 03.00 WIB. (eni/nda/ndo)

 

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved