Berita Palembang

Penyakit Jantung Masih Jadi Momok, Tapi Masih Bisa Dicegah Sejak Dini

Untuk itu ia menekankan pentingnya pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh khususnya untuk jantung dengan melakukan MCU jantung sejak dini. 

Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Slamet Teguh
Tribunsumsel.com/ Linda Trisnawati
EDUKASI - GM Bisnis Sriwijaya Post dan Tribun Sumsel MF Ririen Kusumawardhani turut mencoba mempraktikkan menyelamatkan nyawa dalam situasi henti jantung mendadak saat Media Gathering and Partnership 2025 di Auditorium RS Siloam Sriwijaya Palembang, Kamis (11/9/2025). 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian terbesar di Indonesia.

Bahkan 80 persen penderita penyakit jantung berisiko meninggal secara mendadak.

Menurut Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (Kardiolog) dr. Ardhia Kusuma Putri, SpJP, penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian terbesar di Indonesia. 

"80 persen penderita penyakit jantung berisiko meninggal secara mendadak dan sekitar 50 persen kasus penyakit jantung tidak menunjukkan gejala atau bersifat tanpa gejala," kata Dokter Ardhia Kusuma Putri saat Media Gathering and Partnership 2025 di Auditorium RS Siloam Sriwijaya Palembang, Kamis (11/9/2025) 

Menurut Dokter Putri, penyakit jantung bukan momok, tapi bisa dicegah sejak dini.

Untuk itu ia menekankan pentingnya pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh khususnya untuk jantung dengan melakukan MCU jantung sejak dini. 

"Penyakit jantung koroner (PJK) masih menjadi tantangan serius bagi masyarakat Indonesia. Maka deteksi dini dan gaya hidup sehat adalah kunci untuk menekan angka kejadian penyakit ini,” katanya. 

Dokter Putri menjelaskan, penyakit jantung, terutama penyakit jantung koroner, disebabkan oleh gangguan aliran darah akibat penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah koroner.

"Proses ini umumnya terjadi karena aterosklerosis, yaitu penumpukan plak dari kolesterol jahat (LDL) atau paparan asap rokok," katanya. 

Dokter Putri menerangkan faktor risiko penyakit jantung terbagi dua, dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi.

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi diantaranya laki-laki berusia lebih dari 45 tahun, dan perempuan berusia lebih dari 55 tahun. Laki-laki lebih berisiko dan riwayat keluarga dengan penyakit jantung. 

Sementara faktor risiko yang dapat dimodifikasi yakni merokok, hipertensi, diabetes melitus, Kadar kolesterol tinggi (LDL tinggi, HDL rendah), Obesitas dan kurang aktivitas fisik.

Baca juga: RS Siloam Sriwijaya Kini Tambah Poliklinik Rawat Jalan dan Smart Room, Demi Tingkatkan Pelayanan

Baca juga: Selama 3 Tahun, RS Siloam Sriwijaya Telah Berhasil Lahirkan 300 Bayi Tabung

Sementara itu, gejala khas serangan jantung antara lain keluhan rasa tidak nyaman di dada atau nyeri dada (angina) yang berlangsung selama lebih dari 20 menit saat istirahat atau saat aktivitas yang disertai gejala keringat dingin atau gejala lainnya seperti lemah, rasa mual dan pusing.

"Nyeri seperti ditekan pada dada, nyeri menyebar pada lengan, punggung, bahu, leher atau rahang, Sulit bernafas, nafas pendek-pendek, pusing atau berkeringat dingin, mual, muntah, merasa sangat lelah," katanya

Sebagai langkah preventif, Dokter Putri mengimbau masyarakat menerapkan "Panca Usaha Jantung Sehat" dengan seimbangkan gizi, enyahkan rokok, hadapi dan atasi stres, awasi tekanan darah dan teratur berolahraga. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved