Berita Viral

Siswa dan Kepsek SMAN 1 Cimarga Akhirnya Saling Memaafkan, Dini Fitria : Semoga Luka di Hati Hilang

Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga, Lebak, Banten, Dini Fitria, dan siswa ILP (17), saling minta maaf atas insiden penamparan siswa ketahuan merokok

|
Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Moch Krisna
Tangkapan Layar Instagram Folkshit
MEDIASI MINTA MAAF- Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga, Lebak, Banten, Dini Fitria, dan siswa ILP (17), saling minta maaf atas insiden penamparan siswa ketahuan merokok di ruang kerjanya di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), Kota Serang, Rabu (15/10/2025). 

 

Ringkasan Berita:
  • Gubernur Banten memediasi Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, Dini Fitria, dan siswa ILP (17)
  • Keduanya saling meminta maaf atas insiden penamparan siswa yang berujung kepsek Dini Fitria dinonaktifkan dari jabatannya.
  • Meski demikian, kepsek Dini tetap dinonaktifkan dari jabatannya, sementara siswa dikenakan sanksi teguran

 

 

TRIBUNSUMSEL.COM - Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, Dini Fitria, dan siswa ILP (17), kini telah dipertemukan setelah viral insiden penamparan karena ketahuan merokok di lingkungan sekolah.

Adapun pertemuan guna memediasi Kepsek dan siswa ILP itu difasilitasi oleh Gubernur Banten, Andra Soni, dan Dinas Pendidikan.

Pertemuan itu terjadi di ruang kerjanya di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), Kota Serang, Rabu (15/10/2025). 

Baca juga: Pengakuan Siswa SMAN 1 Cimarga Ditampar Kepsek Gegara Kepergok Merokok, Dini Fitria Menangis

 

SISWA MOGOK SEKOLAH - Nasib Kepala SMAN 1 Cimarga, Banten Dini Fitria dinonaktifkan sementara oleh Gubernur Banten, Andra Soni usai melakukan penganiayaan terhadap siswa.
SISWA MOGOK SEKOLAH - Nasib Kepala SMAN 1 Cimarga, Banten Dini Fitria dinonaktifkan sementara oleh Gubernur Banten, Andra Soni usai melakukan penganiayaan terhadap siswa. (Tribun Banten/Misbahudin)

 

Keduanya saling menyampaikan permintaan maaf atas insiden penamparan siswa yang berujung kepsek Dini Fitria dinonaktifkan dari jabatannya.

"Saya minta maaf atas kelakuan dan kesalahan saya," ucap ILP, dilansir dari Instagram Folkshitt.

"Ibu maafkan, dan ibu juga minta maaf terkait kata-kata itu semoga di hati Indra lukanya nanti hilang, kalian mengajarkan tentang keikhlasan," balas Dini. 

Tak sekedar minta maaf, Kepala SMAN 1 Cimarga ini juga mendoakan agar siswanya bisa legowo dan sukses kedepannya.

"Mudah-mudahan Indra bisa legowo dan ibu doakan juga sukses," lanjut Dini.

"Terima kasih ibu," kata siswa ILP.

"Iya sama-sama," ujarnya.

Sebelumnya buntut adanya insiden itu, berujung para siswa menggelar aksi mogok sekolah sebagai bentuk solidaritas kepada temannya yang diduga mengalami kekerasan karena dipukul Kepsek hingga Kepala SMAN 1 Cimarga Dini Fitia dinonaktifkan dari jabatannya.

Meskipun aksi kekerasan tidak dibenarkan, namun banyak warganet menyayangkan aksi penonaktifan terhadap Kepsek tersebut.

Dengan adanya mediasi tersebut, publik kini mempertanyakan nasib guru dan siswa yang terlibat itu.

 

Tetap Dinonaktifkan

Kepala Bidang SMA Dindik Banten, Adang Abdurrahman memastikan bahwa siswa yang kedapatan merokok di sekolah akan menerima sanksi.

"Untuk siswa tetap ada sanksi, yaitu teguran. Guru BK sudah menangani dan orangtua juga sudah menerima. Jadi, siswa tetap diberi pembinaan karena kesalahannya merokok, tetapi kasus kekerasan yang dilakukan kepala sekolah tetap kami proses secara terpisah," ujar Adang di SMAN 1 Cimarga, Rabu (15/10/2025) dikutip dari Tribunbanten.com.

Baca juga: Gubernur Banten Turun Tangan, Kepala SMAN 1 Cimarga Tampar Siswa Gegara Merokok Dinonaktifkan

Selain itu, lanjut Adang, Dinas Pendidikan juga telah memfasilitasi mediasi antara pihak sekolah, siswa, dan orangtua agar kasus ini dapat diselesaikan dengan baik.

"Alhamdulillah, kami sudah bertemu dengan orangtua siswa dan pihak-pihak terkait. Kami sedang menyamakan persepsi agar masalah ini bisa diselesaikan dengan baik," kata Adang.

Dinas Pendidikan Provinsi Banten menegaskan bahwa keputusan menonaktifkan Kepala SMA Negeri 1 Cimarga tidak akan menghambat guru atau kepala sekolah lain dalam menegakkan disiplin di sekolah. 

Kepala Bidang SMA Dindik Banten, Adang Abdurrahman, menyatakan bahwa tindakan penegakan disiplin yang sesuai prosedur tetap diperbolehkan selama tidak melibatkan kekerasan fisik maupun verbal terhadap siswa. 

"Di sekolah tidak masalah jika guru atau kepala sekolah menegakkan aturan sesuai prosedur. Yang jadi persoalan hanyalah ketika dalam prosesnya terjadi kekerasan, baik fisik maupun verbal. Kalau hanya menegur atau memberikan sanksi sesuai aturan, itu tidak ada masalah," kata Adang.

Menurut Adang, penegakan disiplin siswa tetap bisa dilakukan oleh guru dengan cara yang tepat, seperti pembinaan, pemanggilan siswa dan orang tua, maupun sistem poin pelanggaran yang sudah diterapkan di sejumlah sekolah.

"Cara yang baik adalah dengan memanggil siswa ke ruang khusus, memberikan penjelasan, dan bila perlu memanggil orangtua. Di beberapa sekolah juga diterapkan sistem poin. Jadi, setiap pelanggaran diberi poin tertentu. Jika poin sudah terkumpul banyak, baru ada sanksi yang lebih berat," jelas Adang.

Adang mengatakan, pihaknya memahami mungkin ada tindakan khilaf dari kepala sekolah, tetapi kekerasan tidak bisa dibenarkan.

Menurut dia, saat ini proses pemeriksaan terhadap Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga, Dini Pitria, masih berjalan dan hasilnya akan diserahkan ke tim disiplin dari Badan Kepegawaian Daerah (BKD). 

Karenanya, guna kelancaran pemeriksaan tersebut, jabatan Dini sebagai Kepsek SMAN 1 Cimarga dinonaktifkan.

Diberitakan sebelumnya, Kepala Sekolah (Kepsek) SMA Negeri 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Dini Fitria buka suara, terkait dugaan kekerasan terhadap siswa, yang menyeret nama dirinya.

Dini dituding telah melakukan tindakan kekerasan terhadap salah satu anak muridnya yang kedapatan merokok di lingkungan sekolah.

Diketahui, Kepsek SMAN 1 Cimarga menganiaya siswa karena ketahuan merokok saat kegiatan Jumat Bersih. 

Saat ditegur, menurut Dini, murid tersebut tidak mengakui sedang merokok.

Kendati begitu, merasa kecewa siswa tersebut tidak mengakui perbuatannya, membuat dirinya sempat emosi karena merasa dibohongi.

Sebelumnya, siswa bernisial  ILP (17) diketahui duduk di bangku kelas XII mengaku kejadian tersebut berawal saat dirinya ketahuan merokok di belakang warung yang berada di dekat sekolah.

Saat itu ia mengaku rokok tersebut langsung dibuangnya.

Namun setelah itu ia mengaku dimarah hingga dianiaya oleh kepsek tersebut.

Melihat anaknya dianiaya kepsek, orang tua korban Tri Indah Alesti tak terima.

Terlebih, dirinya telah membawa kasus itu ke ranah hukum.

 

 (*)

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News  

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved