Lucky, kata dia, adalah kebanggaan sekaligus penopang hidupnya. Paulina ikhlas kalau anaknya gugur di medan pertempuran. Namun, dirinya tidak terima anaknya justru meninggal di tangan para seniornya.
"Kalau mati di medan perang saya ikhlas, tapi ini di oknum-oknum. Bapak tolong, saya mohon. Dia tulang punggung buat saya. Saya mohon keadilan buat anak saya," ucapnya.
Masih mengutip Pos-Kupang.com, Piek Budyakto kemudian membopong dan menenangkan Paulina.
Dalam percakapan itu, Piek juga meminta maaf atas peristiwa pilu ini.
"Saya mohon maaf tidak bisa secara langsung ikut pada saat pemakaman. Saya ikut merasakan kehilangan sebagai orang tua," katanya.
Pangdam berjanji, semua yang menjadi kewenangannya akan ditindaklanjuti.
"Permintaan keluarga Sersan Mayor Christian ingin keadilan ditegakkan dan proses hukum seadil-adilnya. Tidak pandang bulu, seluruhnya kita periksa sesuai mekanisme," tegasnya.
Piek kemudian menyampaikan, sudah ada 20 orang yang dilakukan penahanan dan ditetapkan sebagai tersangka.
Denpom Udayana kini tengah melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mendalami kasus itu.
Pangdam memastikan, proses hukum terhadap kematian Prada Lucky Namo akan dilaksanakan secara transparan.
Sebagaimana diberitakan Prada Lucky Chepril Saputra Namo (23), prajurit TNI Angkatan Darat (AD) dari Batalyon Teritorial Pembangunan 834/Wakanga Mere di Nagekeo, NTT tewas diduga mengalami penganiayaan dari seniornya pada Rabu, 6 Agustus 2025.
Motif Penganiayaan
Terungkap motif 20 oknum TNI senior lakukan penganiayaan terhadap Prada Lucky Chepril Saputra Namo di Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga berujung meninggal dunia.
Adapun tindakan penganiayaan dilakukan berawal dari kegiatan pembinaan prajurit.