Augustinus menekankan bahwa Yesus sungguh menjadi manusia. Ia makan, berjalan, duduk, bahkan merasa letih. Setelah bangkit pun, Yesus menunjukkan tubuh-Nya, dan meminta murid-murid untuk menyentuh-Nya.
"Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku, bahwa Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya." (Luk. 24:39)
Namun Augustinus mengajak kita melihat lebih dalam. Menyentuh Kristus bukan sekadar dengan tangan, tapi dengan iman. Gereja harus "memegang" Kristus sebagai Tuhan, bukan hanya sebagai manusia.
Kebangkitan Tubuh Kita
Kebangkitan Kristus adalah jaminan bahwa tubuh kita pun akan bangkit. Mungkin kita bertanya: bagaimana tubuh yang sudah hancur bisa bangkit?
Augustinus menjawab: sama seperti Allah membentuk tubuh kita dari rahim ibu, Ia juga sanggup membangkitkan kita dari tanah.
Tubuh ini memang akan mati, tetapi akan digantikan dengan tubuh yang baru-yang indah, utuh, dan abadi. Bahkan bagian tubuh yang tampaknya tidak berguna pun punya makna. Jika tubuh lama saja begitu teratur dan indah, apalagi tubuh baru yang akan kita kenakan dalam kemuliaan.
Sayangnya, banyak orang Kristen di Indonesia mengabaikan ajaran tentang kebangkitan tubuh. Kita lebih sering mendengar:
"Yang penting rohnya masuk surga." Namun, ini mendekati pandangan Manikheisme yang melihat tubuh sebagai sesuatu yang rendah dan tidak penting.
Sementara itu, iman Kristen mengajarkan bahwa tubuh akan bangkit-karena Tuhan menciptakannya baik, dan Ia akan memulihkannya dalam kemuliaan.
Penutup
Mari kita muliakan Allah dengan tubuh kita, sebab tubuh ini adalah ciptaan-Nya, dan kelak akan dibangkitkan untuk hidup bersama-Nya. Jangan anggap rendah tubuh ini, tapi gunakan untuk kemuliaan Tuhan. Amin.
***
Artikel lainnya diĀ google news.
Ikuti dan bergabung disaluranĀ WhatsApp Tribunsumsel.