Augustinus berkata bahwa Yesus bukan hanya sang Tabib, tetapi juga obatnya sendiri. Ia datang untuk menyembuhkan cacat-cacat kita seperti kesombongan, keangkuhan, dan buta rohani.
Dalam perumpamaan ini, Kristus menjadi obat dari tanah, dan dalam kenyataannya, Ia menggunakan tanah untuk menyembuhkan. Dua gambaran yang menyatu: Kristus sebagai penyembuh, dan Kristus sebagai penyembuhan itu sendiri.
Refleksi: Amazing Grace
Nyanyian "Amazing Grace" (Kidung Jemaat No. 40) berbicara hal yang sama:
"Ku hilang, buta, bercela, oleh-Nya kusembuh."
Lagu ini sering dinyanyikan dalam kebaktian pertobatan. Tapi sayangnya, pengajaran tentang "manusia yang rusak total" kadang dibawa terlalu jauh, seolah-olah manusia sama sekali tidak ada nilainya. Pandangan ini berkembang di Jawa, bercampur dengan budaya lokal yang juga melihat manusia dengan pesimis.
Generasi sekarang pun mulai menjauh dari pandangan tersebut. Tidak hanya itu, bahkan sampai menganggap bahwa manusia itu pada dasarnya baik-baik saja.
Penutup
Kita diingatkan hari ini bahwa kita memang buta karena dosa, tapi bukan tanpa harapan. Yesus datang untuk menjadi terang bagi kita. Mari kita izinkan Kristus menyembuhkan mata rohani kita, agar kita tidak lagi hidup dalam kegelapan, melainkan menjadi terang di dalam Tuhan. Amin.
_____
#Khotbah Jumat Agung (2)
"Tubuh Kristus dan Tubuh Kita: Antara Dosa dan Kemuliaan"
Bacaan: Lukas 24:38-39, Yohanes 20:17, Roma 13:13-14
Pendahuluan
Saudara-saudari terkasih,
Pada Jumat Agung ini, kita bukan hanya mengingat penderitaan Yesus, tapi juga menantikan kebangkitan-Nya. Kita sering lupa bahwa Kristus bangkit dengan tubuh-Nya.
Dan dari tubuh yang bangkit itu, kita belajar sesuatu yang penting tentang diri kita sendiri. Yaitu bahwa tubuh kita pun akan dibangkitkan.
Kristus Bertubuh Sejati