Selajutnya, mungkin karena dianggap tidak berguna bandul pemberatnya dibongkar.
Pembangunan jembatan ini disebut menggunakan tenaga ahli dari negara Jepang. Prosesnya memakan waktu tiga tahun dan diresmikan pada 10 November 1965 oleh Gubernur Sumsel Brigjen Abujazid Bustomi.
Sempat diberi nama Jembatan Sukarno untuk mengingatkan rakyat Sumsel atas jasa presiden pertama itu.
Pada tahun 1966 terjadi pergolakan gerakan anti-Soekarno, nama jembatan itu pun diubah menjadi Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat) hingga sekarang.
Sejak dulu, Jembatan Ampera memang telah memiliki fasilitas lift. Namun sayang, lift eksisting penutup pintu dari terali besi tersebut mengalami kerusakan dan tidak berfungsi. Karena itu, lift pun diganti dengan lift baru yang memiliki dimensi 1,5 x 1,1 meter dan ruangan di menara tower bisa dimanfaatkan untuk melihat pemandangan kota Palembang baik Ilir maupun Ulu.
Lift baru yang dipasang tersebut memiliki bobot sebesar 3 ton. Berat lift baru ini lebih ringan dari bobot lift sebelumnya, dengan berat lift diketahui mencapai 4 ton dan hanya dapat mengangkut empat orang setinggi 50 meter dalam tempo waktu satu menit.
Baca berita lainnya langsung dari google news
Silakan gabung di Grup WA TribunSumsel