TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Dilengkapi restoran mini, tower atau menara Jembatan Ampera bisa jadi alternatif objek wisata baru di Kota Palembang.
Jembatan Ampera ikon kota Palembang, Sumatera Selatan sudah terpasang lift memudahkan akses naik ke menara jembatan.
Anggota komisi V DPR RI dari Fraksi Gerindra Eddy Santan Putra (ESP) meninjau langsung progres restorasi yang dilakukan pihak Kementerian PUPR melalui Balai Besar.
Selama ini ESP memang getol memperjuangkan sejumlah perbaikan infrastruktur, termasuk perbaikan Jembatan Ampera sebagai ikon Palembang dan Sumsel.
Dia ESP mengapresiasi pekerjaan tersebut dan diharapkan bisa dimanfaatkan untuk masyarakat umum.
"Jembatan Ampera ini perlu terus dipelihara dan di restorasi secara rutin. Memang butuh biaya yang tidak sedikit tapi harus terus perlu dilakukan," kata ESP, Sabtu (29/7/2023).
Baca juga: Respon ESP Bakal Calon Gubernur Sumsel 2024 Ditanya Peluang Pilgub, Separtai Mawardi Yahya
Ia menyebut dengan telah difungsikannya kembali lift Jembatan Ampera,setelah puluhan tahun tidak difungsikan bakal menjadi daya tarik wisata.
"Saat ini liftnya baru untuk kapasitas empat orang, liftnya yang baru tapi kerangkanya masih kerangka yang lama. Tapi nanti perlu dikaji apakah memungkinkan dipasang lift transparan berbentuk kapsul di keempat sisi pilar Jembatan Ampera," beber ESP.
Tapi, sebelum mewujudkan obsesinya itu, ESP mengaku miris melihat kondisi sekitar Jembatan Ampera.
Terutama, ketika menaiki tangga di sisi kiri Jembatan Ampera, terutama dari sisi kebersihannya.
"Pemkot Palembang beserta jajaran harus lebih kerja keras dan serius dalam menjaga kebersihan. Seperti tangga naik menuju Jembatan Ampera yang kondisi saat ini kotor dan bau pesing. Jika perlu tempatkan Sat Pol PP jaga Jembatan Ampera tidak hanya keamanan tapi juga untuk kebersihannya," pungkasnya.
Sekedar informasi, Jembatan Ampera memiliki panjang 1.117 meter dengan lebar 22 meter, dibangun pada tahun 1962 dan diresmikan di tahun 1965.
Setelah diresmikan pada 1965, Jembatan Ampera menjadi jembatan terpanjang di Asia Tenggara pada masa itu.
Bagian tengah Jembatan Ampera bisa diangkat, supaya kapal-kapal besar dapat melintas.
Namun, sangat disayangkan pada tahun 1970, bagian tengah jembatan yang bisa naik turun disetop karena dianggap mengganggu lalu lintas kendaraan di atas.