TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Almarhum AM (17) santri Gontor meninggal dianiaya asal Palembang dikenal berprestasi semasa hidupnya.
Polisi masih mengusut kasus tewasnya AM (17) santri Gontor meninggal diduga jadi korban penganiayaan seniornya di Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) Ponorogo, Jawa Timur.
Cukup banyak piagam juga tropi yang dikumpulkan AM santri Gontor meninggal dianiaya bukti prestasi yang diraihnya semasa hidup.
Hal ini diungkap Soimah (44) ibu kandung AM dengan berurai air mata saat mengenang almarhum putra sulung dari tiga bersaudara itu.
"Aak (panggilan akrab AM), itu anak cerdas dan berprestasi," ujar Soimah ditemui di kediamannya Jalan Mayor Zen, Lorong Sukarame, Kelurahan Sei Lais, Kecamatan Kalidoni Palembang, Kamis (8/9/2022).
Prestasi itu mulai ditunjukkan AM ketika mengenyam pendidikan sebagai santri di Pondok Pesantren Aulia Cendikia Palembang.
Baca juga: Dugaan Motif Penganiayaan AM Santri Gontor Meninggal Asal Palembang, Diungkap Polisi
Soimah bercerita, anaknya tersebut selalu menempati posisi juara kelas dan mendapatkan penghargaan.
Berkat prestasinya itu, AM lalu disarankan pimpinan Pesantren Aulia Cendikia Palembang, Ustad Hendra agar masuk ke Pesantren Gontor.
Saran itu lalu diterima dengan baik oleh Soimah dan Rusdi, suaminya.
"Singkat cerita, dari seangkatan temannya hanya Aak yang diterima di Pesantren Gontor 4 Banyuwangi," ujar Soimah.
Setelah di Gontor, prestasi AM makin gemilang yang mengantarkan dirinya direkomendasikan untuk pindah dari Gontor 4 ke Gontor 1 di Ponorogo.
Di sana, AM kembali mendapat juara umum di kelas.
Kata Soimah, prestasi itu sempat membuat teman-teman anaknya tidak percaya.
Sebab AM dikenal sebagai pribadi yang santai saat belajar namun bisa memperoleh juara di sekolah.
"Bahkan, waktu ujian juga Aak sempat-sempatnya tidur dan paling cepat keluar kelas. Tapi pada saat bagi raport tahunya Aak juara umum, saya juga heran kenapa sama dia," ujarnya.