Dalam pandangan Soegeng, salah satu kelebihan Indonesia dalam relasi saling melengkapi dengan China adalah kemampuan diplomasi Indonesia dalam menjalin hubungan tanpa mendominasi.
Sebagai bukti adalah kesetaraan dan stabilitas ASEAN sebagai blok ekonomi nomor empat di dunia.
Tong Djoe semasa hidup sangat mengedepankan rasa dan budaya dalam menjalin hubungan Indonesia-China.
Sebagai sesama negara dengan peradaban tua ribuan tahun, China dan Indonesia merupakan faktor penentu di kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur.
Narasi tentang warisan peradaban Asia tersebut dipertegas oleh mantan Presiden Dewan Keamanan PBB dan Dubes Singapura untuk PBB, Kishore Mahbubani, yang menulis buku The New Asian Hemisphere dan Has China Won yang menjelaskan betapa peradaban China, Indonesia-ASEAN, India, dan dunia Islam terus berkembang dan memiliki peradaban tua yang mengedepankan olah rasa dan tenggang rasa dalam menjalin hubungan regional dan internasional.
Hubungan sesama bangsa Asia yang telah berjalan ribuan tahun dilandasi pada budaya dan persahabatan, bukan dibatasi sekat persaingan ideologi demokrasi dan sosialisme dan juga komunisme, yang sebetulnya warisan awal abad ke-20 di Eropa kemudian dibawa ke Asia dan Afrika.
Kolumnis dan pengamat ekonomi Christianto Wibisono dalam esai tentang Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Moerdiono, Sukamdani dari Grup Sahid, dan Tong Djoe menuliskan, gerilya mereka bertiga tahun 1985 menghasilkan pemulihan hubungan diplomatik RI-China tahun 1990. Christianto Wibisono menulis, Tong Djoe menghabiskan hari tuanya secara sederhana, tinggal di sebuah rumah toko di bilangan Jalan Hayam Wuruk, tidak jauh dari kantor Kompas Gramedia di Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat.
Adapun mantan pengajar Bahasa Indonesia dan staf China Radio Internasional seksi Bahasa Indonesia di Beijing, Edi Prabowo Witanto, yang berinteraksi dengan Tong Djoe di China dalam kurun 1994-1997 mengatakan, Tong Djoe adalah sosok besar yang tidak kelihatan. ”Banyak taipan kita kenal namanya yang mengembangkan bisnis antara Indonesia dan China. Tetapi, di balik layar, orang yang banyak berperan adalah Pak Tong Djoe. Dalam hubungan bisnis resmi ataupun hubungan antarpejabat dua negara, beliau banyak berperan di balik layar,” kata Edi Prabowo.
Menurut Edi Prabowo, ada pertemuan dan kesepakatan penting Indonesia-China yang dicapai dalam kurun waktu panjang yang di belakang layarnya ada sosok Tong Djoe sebagai penyampai pesan dan pembuka lobi informal antara dua negara.
Sejak masa Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Presiden BJ Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati Soekarnoputri, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan Presiden Joko Widodo, Tong Djoe menjadi sosok yang dihormati serta berdiri sebagai orangtua yang arif dalam membina hubungan Indonesia-China.