Ia menjelaskan, PDAM Tirta PALI Anugerah belum bayar dari bulan Desember 2019 hingga Juni 2020.
Sehingga total mencapai Rp 2,3 M.
"Adanya keterlambatan pembayaran dikarenakan banyak perbaikan kebocoran di jaringan pipa PDAM serta masih banyaknya pelanggan yang belum bayar, dan over kapasitas pekerja juga bisa jadi salahsatu kendalanya," ungkap Puryadi, Selasa (7/7/2020).
Kendati demikian, pihaknya akan segera mencari solusi agar air bersih kembali mengalir ke warga.
"Kalau tidak ada halangan dalam minggu kita coba mengambil air dari intake Muara Sungai. Kita berharap bersama, air PDAM kembali mengalir seperti sedia kala," katanya.
Pihaknya juga terus berkomunikasi dengan PDAM Lematang Enim agar bisa segera mengirimkan air bersih ke PALI.
"Pak direktur PDAM Lematang Enim sudah komitmen untuk membantu dan akan segera dikirimkan. Hanya saja volume akan dikurangi dan kemungkinan tidak lagi seminggu tiga kali," kata dia.
Sementara itu, air PAM macet bukan hal yang baru bagi masyarakat di kabupaten PALI.
Beberapa bulan yang lalu, masalah air PAM tidak hidup juga terjadi.
Bahkan tahun lalu, ketika air PAM macet, sejumlah ibu-ibu mendatangi kantor PDAM dan berdemo di kantor yang terletak di Golf Permai, kelurahan Handayani Mulya, kecamatan Talang Ubi.
"Sudah biasa pak air macet seperti ini. Di PALI bukanlah hal yang baru. Sudah air jarang hidup, bayaran paling mahal se-indonesia." kata Novri warga Kecamatan Talang Ubi.
"Kami minta pemerintah segera memberikan solusi kepada kami. Jangan pas awal bulan, petugas PDAM lancar nagih kepada pelanggan. Sementara pelayanan terburuk yang pernah ada," ungkapnya mengakhiri.(cr2)