Kebakaran di Palembang

Masih Mengais Puing Rumahnya, Korban Kebakaran di SU 1 Palembang Keluhkan Gangguan Kesehatan

Masih mengais puing bekas rumahnya, korban kebakaran di SU I Palembang kini mengalami gangguan kesehatan. 

SRIPOKU/SYAHRUL HIDAYAT
PERIKSA KESEHATAN -- Petugas kesehatan dari Puskesmas 1 Ulu memeriksa kesehatan korban kebakaran 1 Ulu, Kamis (24/7/2025). Para korban kebakaran banyak mengalami akit tenggorokan dan sakit kepala serta luka pada kaki karena mengais puing rumahnya yang terbakar. 

Sembako, air mineral, mie instan, dan baju layak pakai terus disalurkan. 

Dapur umum dari Dinas Sosial Palembang juga masih aktif menyediakan makan siang dan malam bagi para korban, memastikan kebutuhan pangan mereka terpenuhi.

DIBERITAKAN SEBELUMNYA, kobaran api menghanguskan 14 rumah di kawasan padat penduduk tepatnya di RT 13 RW 03 Kelurahan Satu Ulu, Kecamatan Seberang Ulu Satu Palembang,  Jalan Faqih Usman, Selasa (22/7/2025). 

Sebanyak 86 jiwa harus kehilangan tempat tinggal akibat kebakaran ini, 

Api yang mulai berkobar sekitar pukul 02.30 WIB itu dengan cepat melahap habis bangunan, meninggalkan puing dan abu.

 Agus (34) adalah salah satu saksi  keganasan api menceritakan peristiwa terjadi hingga bagaiman ia harus berjuang menyelamatkan keluarganya. 

Dalam kepanikan yang mencengkeram, ia sigap menggendong putranya, Rasyah (2), sementara istri dan anak-anaknya yang lain berpegangan erat, menerobos lorong-lorong sempit yang telah diselimuti kobaran api. 

"Rumah kami memang tidak terbakar, tapi saat menyelamatkan diri, ibu saya kehilangan uang Rp 15 juta," cerita Agus dengan suara bergetar, raut wajahnya menggambarkan trauma.

"Saat itu panik, dompet berisi uang itu terkepit di tangannya, entah lepas di mana. Uang itu untuk persiapan pernikahan adik kami tanggal 11 bulan depan," ujarnya. 

Pikiran Agus kala itu hanya tertuju pada keselamatan keluarganya. 

 "Yang aku pikirkan anak bini aku, Pak," ujarnya pilu.

Ia menggambarkan bagaimana api seolah muncul dari tengah pemukiman dan menjalar dengan cara yang tak biasa, bahkan terasa merambat di bawah rumah-rumah yang berada di tepi sungai.

"Aku gendong anak, lewat samping api yang menyala, lewat lorong. Yang aneh tuh api sepertinya lewat bawah rumah. Kami panik," ungkapnya. 

Kepanikan itu jelas tergambar dari pengakuannya, membelah malam menjadi pengalaman yang tak terlupakan.

Nasib yang lebih tragis dialami Jul, tetangga Agus yang rumahnya tepat depan rumah Agus. Jul hanya bisa menatap nanar rumahnya yang luluh lantak diamuk api, dari dalam Sungai Ogan.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved