Berita UMKM

Kemplang Panggang Tata, Perjuangan Warga OKU Timur dari Warung Kecil Hingga Beromzet Jutaan Per Hari

Heru Tata, pemilik merek Kemplang Tata yang kini menjadi salah satu pelaku UMKM andalan di wilayah esa Tanjung Kemala, Kecamatan Martapura, OKU Timur.

TRIBUNSUMSEL.COM/CHOIRUL ROHMAN
KEMPLANG PANGGANG -- Seorang pekerja kemplang panggang secara tradisional menggunakan arang di Warung Kemplang Tata di Desa Tanjung Kemala, Martapura, OKU Timur, Kamis (24/07/2025). Heru Tata memulai usaha ini sejak 2012. 

TRIBUNSUMSEL.COM, MARTAPURA -- Di pinggir jalan lintas tengah Sumatera, tepatnya di Desa Tanjung Kemala, Kecamatan Martapura, Kabupaten OKU Timur, Sumsel, aroma khas ikan panggang yang menggoda tercium dari sebuah warung sederhana.

Warung itu milik Heru Tata, pemilik merek Kemplang Tata yang kini menjadi salah satu pelaku UMKM andalan di wilayah tersebut.

Namun siapa sangka, bisnis yang kini bisa meraih omzet hingga kurang lebih Rp1 juta sampai Rp2 juta per hari itu berawal dari langkah kecil dan penuh keberanian.

Dimana pada tahun 2011, Heru hanya dititipin kemplang buatan orang lain di warung miliknya. Saat itu, ia hanya mendapat untung sekitar Rp2.000 per kemasan. Tapi dari situlah ia mulai menaruh perhatian lebih pada camilan berbahan dasar ikan tersebut.

“Saya mulai berpikir, kenapa tidak coba ambil bahan mentahnya sendiri dan memanggang sendiri?” ujarnya saat ditemui di warungnya, Kamis (24/07/2025).

Dengan tekad bulat dan keberanian, Heru nekat berangkat ke Kabupaten Ogan Ilir (OI), tepatnya ke daerah Meranjat dan Tebing Gerinting.

Ia menginap semalam di sana hanya untuk mencari tempat produksi bahan mentah kemplang.

Usahanya tak sia-sia. Ia akhirnya menemukan mitra pengrajin yang kini rutin menyuplai bahan baku kepingan kemplang ke warungnya.

Tidak hanya dari OI, Heru juga mendapatkan bahan baku dari wilayah Ogan Komering Ilir (OKI).

Uniknya, pembelian bahan baku tidak dihitung per kilogram, melainkan per karung dengan isi rata-rata 4.000 keping kemplang mentah. Jumlah pembelian bisa mencapai satu hingga lima karung, tergantung penjualan dan kondisi cuaca.

Setelah menemukan pemasok, Heru tak serta-merta langsung membuka usaha panggang sendiri. Ia memilih untuk belajar terlebih dahulu.

Tahun 2012, ia mulai magang membuat dan memanggang kemplang sendiri, hingga akhirnya meluncurkan produk dengan merek Kemplang Tata.

Awalnya, warung kemplangnya berada di simpang tiga Taman Kulak, Desa Tanjung Kemala. Namun, pada 2020, ia memindahkan lokasi ke jalan lintas tengah Sumatera agar lebih mudah dijangkau pembeli.

“Dulu pelanggan kebanyakan tetangga dan langganan tetap. Sekarang lumayan, ada juga pembeli yang lewat jalan ini dan mampir,” beber Heru.

Di warungnya kini ada sekitar lima orang tenaga panggang. Setiap orang bisa memanggang hingga 700 keping per hari, sehingga total produksi harian bisa mencapai 3.500 keping.

Untuk jasa pemanggang, Heru membayar upah sebesar Rp70 per keping, sebuah biaya yang cukup signifikan jika dihitung dalam skala besar.

Namun, meski produksi bisa mencapai ribuan keping, penjualan tetap fluktuatif. “Kadang habis dalam sehari, kadang numpuk. Kalau langganan tetap biasanya beli, tapi pembeli jalanan itu tidak bisa ditebak,” tuturnya.

Bisnis kemplang panggang bukan tanpa hambatan. Heru mengaku cuaca dan logistik adalah dua kendala utama. Jika hujan seharian, proses pemanggangan jadi terganggu.

Kemplang bisa menjadi bantat dan keras, tidak layak jual. Belum lagi kalau arang terlambat datang atau mati lampu seharian aktivitas panggang langsung terhenti.

“Kalau listrik mati total, nggak bisa apa-apa. Apalagi kalau arang telat datang, ya nggak bisa manggang juga. Terpaksa nunggu,” papar Heru.

Ia juga menyampaikan bahwa kendaraan pengangkut bahan baku dari OI dan OKI kini semakin terbatas.

“Sekarang mobilnya tinggal dua unit. Kalau mobil itu nggak jalan, bahan bakunya juga terhambat ke sini,” ungkapnya.

Meski dikepung tantangan, Heru tetap bertahan. Baginya, setiap keping kemplang yang tersaji di etalase warungnya adalah hasil kerja keras, perhitungan cermat, dan kemauan belajar yang konsisten.

Warungnya bukan sekadar tempat jualan, tapi juga ruang bagi masyarakat sekitar untuk mendapat penghasilan sebagai tenaga panggang.

Kini, Kemplang Tata bukan sekadar camilan rumahan. Ia adalah simbol ketekunan dan semangat UMKM lokal OKU Timur yang terus berjuang, bertahan, dan berkembang di tengah tantangan zaman.

“Yang penting terus jalan, pelan-pelan saja asal konsisten,” pungkas Heru, sambil tersenyum di antara kepulan asap pemanggang yang mengepul di siang hari.

 

 

Baca artikel menarik lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved