Berita OKI

Petani Cabai di Desa Lubuk Seberuk OKI Keluhkan Hasil Turun 50 Persen,Terkena Penyakit Patah Ranting

Terlebih penyakit patah ranting akhir-akhir ini terus meluas, meski berbagai obat telah digunakan untuk memperbaiki. Namun usaha itu belum tampak

Penulis: Winando Davinchi | Editor: Sri Hidayatun
winando/tribunsumsel.com
Supriyono salah satu petani cabai rawit di Desa Lubuk Seberuk, Kecamatan Lempuing Jaya yang mengeluhkan hasil panen menurun pada Senin (21/7/2025). 

TRIBUNSUMSEL.COM KAYUAGUNG -  Cuaca buruk yang terjadi beberapa pekan terakhir membuat tanaman cabai milik para petani di Desa Lubuk Seberuk, Kecamatan Lempuing Jaya, Kabupaten Ogan Komering Ilir alami kerusakan.

Dengan rusaknya tanaman akibatkan hasil panen cabai menurun 50 persen dibanding hari biasanya.

Saat ditemui salah seorang petani cabai rawit, Supriyono mengaku rusaknya tanaman cabai tersebut disebabkan oleh tingginya curah hujan yang membuat daun rontok dan patah bagian ranting.

"Jika biasanya dalam sekali panen di lahan seluas seperempat hektar memperoleh 70 kilogram, kini hasil panen tinggal 30 kilogram saja. Setiap panen satu minggu sekali," katanya saat  ditemui pada Senin (21/7/2025) pagi.

Terlebih penyakit patah ranting akhir-akhir ini terus meluas, meski berbagai obat telah digunakan untuk memperbaiki. Namun usaha itu belum tampak ada hasilnya.

"Penyakit pada cabai ini memang sulit untuk obati. Tetapi saya akan terus berupaya agar hasil kembali normal," bebernya.

Meski hasil panen merosot jauh, Supri mengatakan untuk harga jual saat ini sedang tinggi-tingginya bisa mencapai Rp 70.000 perkilonya.

"Memang harganya lagi mahal, ya walaupun hasil panen lagi sedikit. Tetapi alhamdulilah masih balik modal Rp 8.000.000 pendapatan setiap bulannya. Kalau normal bisa puluhan juta untungnya," paparnya.

Baca juga: Dari 580 Formasi PPPK yang Dibutuhkan Pemkab OKI, Hanya 26 Orang yang Dinyatakan Lulus

Hal senada disampaikan Yayuk yang mengaku jika hasil panen yang didapat tidak sesuai dengan modal pupuk dan membayar upah pekerja yang memanen.

"Untuk jangka waktu panen perputarannya setiap 12 hari sekali, dengan jumlah pekerja 10 orang. Jadi dengan hasil panen sekarang cuma balik modal saja," terang dia.

"Saat ini penyakit patah ranting semakin menjalar ke tamanan yang lain meski beberapa kali sudah disemprot," ujarnya.

Ia pun hanya berharap harga cabai tak kembali mengalami penurunan sehingga petani tidak begitu merugi

"Pokoknya cuma bisa berlapang dada, syukur-syukur harga cabai kembali naik dan penyakit patah ranting bisa cepat hilang, supaya kami petani bisa untung dan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga," tukasnya.

Baca berita lainnya di google news

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved