Jembatan Muara Lawai Ambruk

Jembatan Muara Lawai Lahat yang Ambruk Dibangun Sejak 1977, Tak Boleh Dibebani Lebih Dari 30 Ton

Mardalena menjelaskan, jembatan yang ambruk tersebut adalah jenis jembatan Callender - Hamilton dimana harusnya tidak boleh melebihi 30-40 ton. 

Penulis: Ardani Zuhri | Editor: Slamet Teguh
SRIPOKU/ARDANI ZUHRI
JEMBATAN AMBRUK -- Kondisi terkini jembatan penghubung Lahat-Muara Enim, Senin (30/6/2025). Sebelumnya jembatan ini ambruk akibat tak mampu menahan beban truk batubara yang melintas, Minggu (29/6/2025) malam. Dua sopir dilaporkan mengalami luka-luka akibat kejadian ini. 

TRIBUNSUMSEL.COM, MUARA ENIM - Jembatan Muara Lawai, Kecamatan Merapi Timur, Kabupaten Lahat, Sumsel yang ambruk yang mengakibatkan empat kendaraan angkutan batubara bersama sopirnya menjadi korban ternyata sudah dibangun pada tahun 1977 atau sudah berusia 48 tahun.

Hal tersebut diungkapkan Kasatker Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Wilayah II Sumsel Mardalena I.F, usai melakukan peninjauan pada Senin (30/6/2025).

Menurut Mardalena, jika lihat kondisinya, Jembatan Muara Lawai memang sudah tua namun tiap tahun terus dilakukan tindakan preventif, tetapi jembatan tersebut ada kapasitas maksimum, jika terlalu over kapasitas maka bisa ambruk.

Mardalena menjelaskan, jembatan yang ambruk tersebut adalah jenis jembatan Callender - Hamilton dimana harusnya tidak boleh melebihi 30-40 ton. 

Tapi kenyataan dilapangan hal tersebut sudah melebihi kapasitas dimana jembatan hanya lebar sekitar 6 meter, sehingga 2 jalur tersebut sangat tidak mungkin sebenarnya, dan ketika mereka memaksakan dan bertemu ditengah-tengah menjadikan beban maksimal maka terjadilah ambruk tersebut.

"Tadi malam kami sudah mengevakuasi sopir-sopirnya dan siang ini baru akan melakukan evakuasi kendaraan truk batubara yang terjebak di jembatan tersebut," ujarnya.

Baca juga: Herman Deru Minta Polisi Tindak Tegas Truk ODOL Penyebab Jembatan Muara Lawai Lahat Ambruk

Baca juga: Marah Jembatan Muara Lawai Lahat Ambruk, Bursah Zarnubi Laporkan Pemilik Angkutan Batubara ke Polisi

Untuk saat ini, kata Mardalena, arus kendaraan terpaksa melalui Jembatan Muara Lawai A yang terletak disebelahnya, yang saat ini masih proses finishing untuk lantainya yakni pengaspalan.

Namun karena darurat, maka terpaksa digunakan dan telah bisa dilalui oleh kendaraan kendaraan kecil dan logistik dengan beban yang disesuaikan.

Sementara itu Dirlantas Polda Sumsel Kombes Pol Maesa Seogriwo atas kejadian ini pihaknya telah berkoordinasi dengan Mabes, Polda, Polres dan semua pihak-pihak terkait.  

Bahkan sebelumnya kita sudah melakukan koordinasi dan bersurat dengan pihak terkait mengenai masalah kondisi jalan dan jembatan ini sejak bulan Mei.

"Untuk sementara akan dilakukan rekayasa lalulintas dahulu nanti sambil menunggu kebijakan selanjutnya. Untuk batubara sementara waktu tidak boleh dahulu melintas sambil menunggu konsolidasi dahulu dengan pihak terkait kecuali kendaran pribadi, sembako, BBM bisa melintas," tegas Dirlantas.

Untuk masalah pengaturan lalulintas, lanjut Dirlantas, pihaknya akan melakukan rekayasa lalulintas dan menertibkan angkutan batubara untuk masuk ke dalam kantong-kantong parkir baik yang dari Muara Enim maupun Lahat sehingga tidak membuat kemacetan dan menganggu lalulintas.

Seperti diberitakan sebelumnya, bahwa sebuah jembatan jenis Callender - Hamilton dengan panjan 50 meter dan lebar 6,1 meter yang terletak di Desa Muara Lawai, Kecamatan Merapi Timur, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumsel, tiba-tiba ambruk bersama empat Dumptruk angkutan batubara.

Penyebabnya diduga kuat jembatan tidak mampu menahan beban angkutan mobil batubara, Minggu (29/6/2025) sekitar pukul 23.10 WIB.

 

 

 

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved