Warga Sumsel Temui Dedi Mulyadi

Dinsos Sebut Tak Ada Laporan Resmi, Ibu di Lubuklinggau Viral Datangi Dedi Mulyadi Agar Anak Dibina

Kepala Dinas Sosial Kota Lubuklinggau, Hasan Adria UY mengaku bila Dian dan Rehan berangkat temui KDM tanpa sepengetahuan Dinsos Lubuklinggau.

Penulis: Eko Hepronis | Editor: Slamet Teguh
Kolase Tribunsumsel.com/ Eko Hepronis
NGADU KE DEDI MULYADI - Kepala Dinas Sosial Kota Lubuklinggau, Hasan Andria UY (Kiri) dan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi Saat Menerima Ibu dari Lubuklinggau Beberapa Waktu yang Lalu. Dinsos Sebut Tak Ada Laporan Resmi, Ibu di Lubuklinggau Viral Datangi Dedi Mulyadi Agar Anak Dibina 

"Gak tahu pak," ungkap Rehan.

"Gak tahu tapi yang jelas dia jualan, bandarnya gak ada yang nangkep? gak ada yang nangkap atau enggak," ujar Dedi.

Dedi sendiri sempat terkejut mendengar putra penjual nasi uduk ini sudah kecanduan narkoba sejak SMP.

"Sejak kapan sudah berlangganan sabu-sabu?" kata Dedi.

"Sejak kecil pak (SMP)," ujar Rehan. "Hah," sontak KDM terbelanga.

"SMP sudah pakai sabu, awalnya gimana kan sudah tahu ibunya susah jualan," terang Dedi Mulyadi.

Pertama kali anak tersebut awalnya ditawari temannya.

"Dikasih pak sama teman, (disuruh) cobain, waktu itu gak ngerti pak," kata Rehan.

"Disangkanya apa," kata Dedi.

"Disangka rokok pak pakai botol, waktu bulan puasa betul jadi lapar katanya," ucap Rehan mengingat ajakan temannya.

Setelah ketagihan, Rehan akhirnya membeli barang haram tersebut mulai dari Rp50-100 ribu.

Pelajar yang baru tamat SMA ini mengaku sempat mencoba melepas dari narkoba.

Namun, ia kembali mengonsumsinya lantaran mengalami gejala panas dan gelisah.

"Panas pak rasanya gelisah di rumah," bebernya.

Kini, ia mengaku sudah mulai menjauhi barang terlarang itu dengan keluar dari lingkungannya.

"Sekarang udah setelah bulan lebih gak pakai," kata Rehan.

"Gelisah gak," ujar KDM.

"Gak pak, karena udah gak di daerah rumah," katanya.

"Oh kalau enggak deket ketarik lagi, harus di kurung ini," ujar Dedi.

Diketahui, Rehan mengaku telah memiliki seorang istri dan anak, namun sudah berpisah kembali ke orang tuanya.

Rehan yang sempat bekerja terpaksa berhenti lantaran masih terpengaruh narkoba.

"Kemarin sempet kerja jadi sopir, di showroom, berenti lagi karena terganggu sama narkoba tadi," bebernya.

"Lebih inget istri apa sabu-sabu?" tanya Dedi.

"Sama sabu pak," "oh jadi lebih utama sabu dibanding istri," ujar Dedi.

Sang ibu menuturkan putranya memaksa untuk dinikahi sampai mengamuk jika tak dipenuhi permintaannya.

Bahkan, Rehan sempat membawa pisau mengamuk di kantin rumah sakit tempat ibunya jualan. 

"Saya sudah bilang juga, pas lulus SMA kemarin minta dinikahi terus saya bilang 'nikah itu tidak semudah membalikkan telapak tangan', dia ngamuk cangkul dipatahin, di kantin bawa pisau ngamuk di kantin rumah sakit itu, sama yang showroom itu diimingi-imingilah dipinjamkan rumah gak usah bayar segala macam, taunya sudah menikah, lepas dia gak tangung jawab," ujar Dian.

Kehidupan pelik akibat ulah putranya ini membuat Dian sempat ingin mengakhiri hidup dan turun berat badan drastis.

"Saya rasanya pengin bunuh diri cuma saya ingat lagi ibaratnya anak-anak masih ada cuma dia aja (berulah), jadi harus tetap kuat," ujar Dian dengan berderai air mata.

"Iya bu jangan. Ibu kan bukan cuma ke dia aja masih ada tiga anak yang lain dan ada cucu," tutr Dedi.

Dedi Mulyadi kemudian langsung bertanya tujuan anak ibu tersebut. 

"Terus ibu kesini mau apa anak pecandu narkoba dibawa ke tempat saya, ibu sampai nginep-nginep disini," tanya KDM.
 
KDM sampai tercengang mendengar cerita sang ibu menyebut jika konseler atau pendamping putranya justru memakai narkoba juga.

"Harapan saya itu kan sudah dicoba dari tahap bawah dari pemerintah setempat, istilahnya gak ada perubahan sudah dua kali dalam satu tahun, justru yang jadi konseler pendampingnya itu konsumsi narkoba juga," beber Dian.

"Ini sudah dimasukan rehab anaknya tapi konseler pendampingnya pakai narkoba juga, walah," kata Dedi tak habis pikir.

Konseler tersebut sempat meminta Rehan untuk menggadaikan motor alih-alih untuk kembali memakai narkoba.

"Jadi konseler ini ngajak makai lagi juga? waduh," ujar Dedi.

Ibu Dian sempat meminta bantuan Dinas Sosial. Namun pihak Dinsos menyarankan agar dilaporkan ke pihak berwajib sebagai efek jera.

"Rupanya kalau pas saya turutin nasihat itu saya laporkan benar selama sebulan, jadi pas pulang dimintai 10 juta dikurangi jadi 5 juta," ujar Dian.

(*)

Baca berita lainnya di Google news

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com
 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved