Breaking News

Berita Musi Rawas

Harga Jagung Hibrida di Musi Rawas Bertahan Rp5.200 Per Kilogramnya, Petani Harap Terus Naik

Sedangkan untuk pipilan basah atau pasca panen, harganya masih di kisaran Rp3.000 hingga Rp3.500 per kilogramnya. 

Penulis: Eko Mustiawan | Editor: Sri Hidayatun
eko mustiawan/sripoku.com
Para petani jagung hibrida di Desa Air Satan ketika sedang panen. Harga jagung hibrida di tingkat petani masih bertahan di harga Rp5.200 per kilogramnya. 

TRIBUNSUMSEL.COM,MUSIRAWAS- Harga jagung hibrida atau jagung pakan ternak di tingkat petani di Kabupaten Musi Rawas, masih bertahan di harga Rp5.200 per kilogramnya. 

Harga tersebut untuk jagung dengan kondisi sudah menjadi pipilan kering.

Sedangkan untuk pipilan basah atau pasca panen, harganya masih di kisaran Rp3.000 hingga Rp3.500 per kilogramnya. 

Dikatakan, Herman salah seorang petani jagung hibrida di Desa Air Satan mengatakan, harga jagung brinda di tingkat petani, mulai mengalami kenaikan beberapa minggu lalu. 

Namum, minggu ini harga jagung masih bertahan di harga Rp5.200 per kilogramnya untuk pipilan kering.

Sedangkan sebelumnya masih Rp5.000 per kilogramnya saja. 

"Minggu ini masih sama, tapi ada kenaikan untuk harga jagung hibrida ini. Sebelumnya masih Rp5.000 sekarang sudah Rp5.200 per kilogramnya," kata Herman kepada Sripoku.com, Senin (16/6/2025).

Menurutnya, harga Rp5.200 per kilogramnya untuk pipilan kering ini, sudah cukup tinggi, terlebih di tingkat petani. Sehingga tidak heran, harga jagung jika sudah dipasaran mencapai Rp6.000 lebih. 

"Harga Rp5.200 ini sudah cukup tinggi, apalagi di tingkat petani. Kalau dipasaran mungkin diatas Rp6.000 per kilogramnya," jelasnya.

Baca juga: Harga Jagung Hibrida di Musi Rawas Naik, Jadi Rp5.000 Per Kilogramnya

Meski demikian, petani berharap agar harga jagung hibrida di tingkat petani terus kembali naik, agar petani makin sejahtera.

Mengingat, hampir sebagian besar warga di desanya bertani jagung. 

"Harapan bisa terus naik, agar petani makin sejahtera. Disini kan banyak yang tanam jagung, karena lahannya tidak bisa ditanam padi, karena tidak kebagian air," harapnya.

Senada disampaikan Wira yang juga petani jagung yang sama di Desa Air Satan. Dia mengaku terpaksa tanam jagung, karena lahan persawahan tak bisa ditanami jagung. 

"Terpaksa tanam jagung, airnya tidak ada. Jadi, harapannya harga jagung ini terus naik," ungkapnya.

Meskipun sambung Wira, terkadang dirinya juga iri dengan petani di desa lainnya yang bisa tanam padi.

Mengingat, hasil panen padi lebih menguntungkan ketimbang jagung. 

"Harapannya nanti bisa tanam padi lagi. Jagung kan harganya paling mahal Rp5.000 per kilogramnya, kalau padi bisa Rp12.000 per kilogramnya, kalau sudah jadi beras," tutupnya.

Baca berita lainnya di google news

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved