Mata Lokal Desa

Jejak Transmigran di Desa Nusa Agung OKU Timur, Perjalanan Panjang Menuju Kemandirian

Saat pertama kali menginjakkan kaki di tanah Sumatera, para transmigran datang dengan semangat baru untuk membangun kehidupan yang lebih baik.

Penulis: CHOIRUL RAHMAN | Editor: Slamet Teguh
Dokumen Pemdes Nusa Agung
KEGIATAN DESA -- Suasana hangat penuh partisipasi warga saat Musyawarah Desa Nusa Agung berlangsung, Kamis (12/06/2025). Warga dari berbagai RT hadir menyampaikan aspirasi demi kemajuan bersama. 

TRIBUNSUMSEL.COM, MARTAPURA – Dibalik rimbunnya perkebunan rakyat dan geliat aktivitas pertanian, Desa Nusa Agung menyimpan jejak sejarah panjang yang dimulai sejak lebih dari enam dekade lalu.

Terletak di Kecamatan Belitang III, sekitar 5 kilometer dari pusat kecamatan, desa ini merupakan buah dari program transmigrasi pemerintah tahun 1963 yang membawa gelombang penduduk dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat ke wilayah Sumatera Selatan.

Saat pertama kali menginjakkan kaki di tanah Sumatera, para transmigran datang dengan semangat baru untuk membangun kehidupan yang lebih baik.

Dengan bermodalkan tekad dan kebersamaan, mereka membuka lahan, membentuk kelompok kerja, dan hidup berdampingan dalam harmoni.

Tahun demi tahun berlalu, dan kini Desa Nusa Agung telah tumbuh menjadi kawasan mandiri dengan dua dusun dan lima Rukun Tetangga (RT), menjadi rumah bagi generasi penerus yang meneruskan semangat gotong royong para pendahulu.

Dikutip dari laman profil desa Nusa Agung, secara geografis, desa ini berbatasan langsung dengan Desa Sribantolo dan Purwosari di utara, Nusa Jaya dan Senumarga di selatan, Nusa Tenggara di timur, serta Nusa Maju dan Karya Maju di barat.

Dengan luas wilayah sekitar 508 hektare, Desa Nusa Agung didominasi oleh tanah perkebunan rakyat seluas kurang lebih 383 hektare, diikuti tanah pekarangan pemukiman kurang lebih 135 hektare, serta sawah rakyat seluas kurang lebih 20 hektare.

Baca juga: OKU Timur Percepat Transformasi Digital, Sekda Buka Pendampingan Teknis Aplikasi Srikandi V3 OPD

Baca juga: Hadapi Musim Kemarau Basah, BPBD OKU Timur Imbau Masyarakat Tak Lengah dengan Potensi Karhutla

Namun, perkembangan Desa Nusa Agung tak hanya tercermin dari aspek pertanian dan permukiman. Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian terhadap kesehatan masyarakat, terutama ibu dan anak, menjadi prioritas utama yang nyata melalui kehadiran Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang aktif dan rutin.

Setiap bulan, warga Desa Nusa Agung berbondong-bondong mendatangi Posyandu dengan membawa anak-anak dan ibu hamil untuk mendapatkan layanan kesehatan dasar.

Mulai dari imunisasi, pemeriksaan tumbuh kembang balita, hingga penyuluhan gizi dan kehamilan sehat, semua tersedia secara cuma-cuma. Kegiatan ini tidak hanya berfungsi sebagai layanan kesehatan, tetapi juga menjadi ruang interaksi sosial dan edukasi masyarakat.

“Dengan rutin memeriksakan anak-anak di Posyandu, orang tua bisa lebih waspada terhadap perkembangan kesehatan anak,” ujar salah satu petugas kesehatan desa.

Ia menambahkan bahwa keberadaan Posyandu telah berperan besar dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi di desa tersebut.

Didukung oleh kader-kader kesehatan desa yang telah mengikuti pelatihan, Posyandu berjalan dengan tertib dan penuh semangat.

Para kader ini tidak hanya membantu secara teknis, tapi juga menjadi motor penggerak perubahan perilaku hidup sehat di masyarakat.

Kisah Desa Nusa Agung adalah kisah tentang transformasi dari hutan belantara yang dibuka oleh tangan-tangan gigih para transmigran, menjadi desa produktif yang kini mulai memetik hasil pembangunan sosial.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved