Idul Adha

Contoh Naskah Khutbah Idul Adha 2025 PDF, Spirit Pengorbanan Generasi Stroberi, Bisa Jadi Referensi

Artikel berikut memuat contoh naskah khutbah Idul Adha 2025 PDF, edisi Bahasa Indonesia yang bertemakan Spirit Pengorbanan Era Generasi Stroberi.

Penulis: Vanda Rosetiati | Editor: Vanda Rosetiati
GRAFIS TRIBUN SUMSEL
KHUTBAH IDUL ADHA 2025 - Ilustrasi khatib saat khutbah. Contoh naskah khutbah Idul Adha 2025 PDF yang bisa dijadikan referensi bagi khatib. 

TRIBUNSUMSEL.COM - Artikel berikut memuat contoh naskah khutbah Idul Adha 2025 PDF, edisi Bahasa Indonesia yang bertemakan Spirit Pengorbanan Era Generasi Stroberi.

Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijjah 1446 H/2025 jatuh pada hari Jumat, 6 Juni 2025. 

Saat itu umat muslim akan menunaikan sholat Idul Adha

Khutbah Idul Adha merupakan bagian penting dalam rangkaian ibadah Hari Raya Idul Adha.

Khutbah merupakan pembeda antara sholat Id dan sholat sunnah pada umumnya. Dalam pelaksanaannya, khutbah Idul Adha dilakukan setelah pelaksanaan sholat Id. 

Berikut ini contoh Naskah Khutbah Idul Adha 2025 PDF yang bisa dijadikan referensi. 

CONTOH NASKAH KHUTBAH IDUL ADHA 2025 PDF

--- Khutbah 1 (teks dalam Bahasa Arab menyesuaikan materi Khatib) --- 

Jamaah Idul Adha Rahimakumullah

Alhamdulillah, segala bentuk pujian kita sanjungkan ke haribaan Allah, karena Allah masih berkenan memberikan kesempatan kepada kita untuk menikmati Bulan Dzul Hijjah. Bulan ini adalah salah satu bulan yang dimuliakan dalam Islam, bulan yang penuh dengan keberkahan dan kesempatan untuk memperbanyak ibadah. Maka, sudah sepatutnya kita mengisi hari-hari kita dengan berbagai amalan yang mendekatkan diri kepada Allah SWT. Salah satu cara terbaik untuk mengekspresikan rasa syukur kita atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan-Nya adalah dengan memperbanyak kumandang takbir, tahmid, dan tahlil. 

Rasa syukur kita itu kemudian kita sempurnakan dengan menyembelih hewan kurban. Kurban adalah bentuk nyata dari pengabdian kita kepada-Nya dan upaya untuk selalu mendekatkan diri
dalam setiap aspek kehidupan kita. Dengan mengekspresikan rasa syukur melalui ibadah kurban, kita berharap dapat meraih ridha Allah dan menjalani hidup dengan penuh berkah dan rahmat-Nya. 

“Dari ‘Aisyah, Nabi SAW bersabda, “Tidaklah pada hari nahr manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah daripada mengalirkan darah dari hewan qurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, rambut hewan qurban tersebut. Dan sungguh, darah tersebut akan
sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban.” (HR. Ibnu Majah).

Dari hadis di atas kita menjadi paham bahwa berkurban pada hari Idul Adha merupakan amalan yang paling dicintai oleh Allah. Berkurban bukan hanya tindakan menyembelih hewan, namun sesungguhnya merupakan simbol pengorbanan diri yang tulus kepada Allah, menunjukkan keikhlasan dan niat yang murni. Darah hewan kurban yang diterima oleh Allah sebelum menyentuh bumi menandakan betapa dihargainya ibadah ini dan kedekatan yang tercipta antara hamba dengan Tuhannya. Selain itu, berkurban membersihkan jiwa, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, serta mengajarkan kepedulian sosial dengan berbagi daging kepada fakir miskin. Hewan kurban yang akan datang pada hari kiamat menjadi bukti betapa pahala yang yang kita terima sungguh berlipat ganda.

Jamaah Idul Adha rahimakumullah 

Di hari raya Idul Adha, kita memang disunnakah untuk memotong hewan kurban seperti unta, sapi, kerbau ataupun domba pada tanggal 10, 11, 12, dan 13 Dzul Hijjah. Lahiririahnya kita menyembelih hewan korban, namun hakikatnya adalah kita harus menyembelih segala bentuk kecintaan kita pada duniawi yang dapat mengurangi bahkan menghalangi kadar kecintaan kita kepada

Ketika kecintaan duniawi melebihi cinta kepada Allah, membuatnya serakah, menghalalkan segala cara, zalim, dan menindas orang lain. Ibadah kurban melatih diri agar tidak tertawan oleh cinta duniawi. Karenanya bagi kita yang memiliki kemampuan, maka mari kita berkurban karena Allah. Sebab, bukanlah darah dan daging itu yang akan mengundang keridhaan Allah, tetapi hanya ketakwaaanlah yang dapat mencapainya. Allah Berfirman:

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar
gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS.al-Hajj:37).


Jamaah Idul Adha Rahimakumullah

Idul Adha adalah salah satu ritual keagamaan yang kaya akan makna simbolis dan metaforis, dan sepatutnya ditafsirkan dalam konteks nilai-nilai universal Islam. Ada banyak pesan dan pelajaran
penting yang bisa dipetik dari perayaan ibadah qurban ini. Salah satunya adalah keberhasilan Nabi Ibrahim a.s. dan Siti Hajar a.s. dalam proses mendapatkan, mendidik, dan mengasuh anak mereka, Ismail a.s., menjadi generari yang kuat nan tangguh. Mari hayati sejenak ayat berikut ini:

Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, ‘Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!’ Dia (Ismail) menjawab, ‘Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah)
kepadamu; in syaa Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.’

Hadirin, …

Mari kita kita bahas sedikit, tentang pola asuh yang diterapkan Nabi Ibrahim dalam mendidik putranya. Coba kita perhatikan redaksi :

“Wahai anakku, aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, bagaimana pendapatmu?”

Nabi Ibrahim telah melibatkan putranya dalam dalam musyawarah untuk memecahkan persoalan yang sangat pelik dan pahit. Padahal Ismail baru berusia 13 tahun. Ini menunjukkan betapa Ibrahim sangat menyadari pentingnya mempersiapkan anaknya untuk menghadapi kenyataan hidup yang tidak selalu mudah. Dengan melibatkan Ismail dalam diskusi mengenai perintah Allah untuk pengurbanan, Ibrahim mengajarkan bahwa hidup penuh dengan tantangan yang memerlukan keberanian, kesabaran, dan keimanan yang kuat.

Anak-anak yang memiliki ruang untuk berpartisipasi dalam diskusi akan terpupuk rasa tanggung jawab, dan membantu mereka mengembangkan keterampilan problem-solving dan ketahanan mental. Dengan komunikasi yang terbuka dan saling percaya antara orang tua dan anak, mereka akan merasa didengarkan dan dihargai pendapatnya, mereka akan lebih percaya diri dan siap menghadapi berbagai situasi sulit. Mereka tidak akan mudah rapuh seperti stroberi, melainkan akan
tumbuh menjadi individu yang kuat dan tangguh.

Pola asuh demokratis ala Nabi Ibrahim AS adalah cermin yang bisa kita jadikan ukuran, contoh, dan teladan dalam kehidupan kita. Pola asuh ini sangat relevan dalam menghadapi fenomena "generasi
stroberi". Istilah generasi stroberi pertama kali diperkenalkan oleh jurnalis Taiwan, Wu Ru-Jun, pada tahun 2000-an. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan generasi muda yang tumbuh dalam
kemakmuran dan kondisi yang lebih nyaman dibandingkan generasi sebelumnya, sehingga mereka dianggap lebih rapuh secara mental dan emosional.

Generasi stroberi sering kali terlihat cerdas dan pintar secara lahiriah, namun memiliki kepribadian yang rentan terhadap tekanan, kurang tahan banting, dan mudah merasa kewalahan. Mereka juga cenderung lebih sensitif terhadap kritik dan lebih mengutamakan keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi. Kelemahan utama mereka adalah ketidakmampuan untuk menghadapi kesulitan dan tantangan hidup dengan tegar, yang disebabkan oleh pola asuh yang terlalu protektif dan nyaman. Selain itu, mereka sering kali tergantung pada teknologi dan media sosial, yang dapat memperburuk perasaan rentan dan stres.

Jamaah Idul Adha Rahimakumullah

Karenanya, marilah kita meneledani pola asuh demokratis ala Nabi Ibrahim. Mendidik anak tidak hanya sebatas memberikan mereka pengetahuan yang cukup, namun anak-anak juga harus memiliki kemampuan untuk menghadapi kerasnya hidup. Anak-anak juga harus dipersiapkan menjadi generasi yang mampu menghadapi masa depan dengan kepercayaan diri dan ketahanan yang kuat. Ini adalah pelajaran berharga yang dapat kita ambil untuk menghindari fenomena generasi stroberi dan membentuk generasi resilient yaitu generasi yang tangguh, memiliki mental kembali pulih atau bangkit setelah menghadapi kesulitan, tekanan, atau perubahan. dan siap menghadapi berbagai tantangan hidup.

Rasa syukur kita itu kemudian kita sempurnakan dengan menyembelih hewan kurban. Kurban adalah bentuk nyata dari pengabdian kita kepada-Nya dan upaya untuk selalu mendekatkan diri
dalam setiap aspek kehidupan kita. Dengan mengekspresikan rasa


--- Khutbah 2 (teks dalam Bahasa Arab menyesuaikan materi khatib) --


Untuk lengkapnya Klik Khutbah Idul Adha 2025 PDF

===

Demikian Contoh Naskah Khutbah Idul Adha 2025 PDF, Spirit Pengorbanan Generasi Stroberi, Bisa Jadi Referensi.

Baca juga: Jadwal Imsakiyah Puasa Arafah 9 Dzulhijjah 1446 H/2025 Wilayah Jawa Barat, Kamis 5 Juni 2025

Baca berita dan artikel lainnya langsung dari google news

Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel.com 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved