Berita Polres OKU Timur
Sawah Tumpang Sari, Strategi Petani di Desa Mulyasari OKU Timur Menjawab Tantangan Pangan
Dari kejauhan, tanaman padi tumbuh subur, seperti lazimnya hamparan sawah lain di Kecamatan Belitang Mulya, Kabupaten OKU Timur.
Penulis: CHOIRUL RAHMAN | Editor: Sri Hidayatun
TRIBUNSUMSEL.COM, MARTAPURA - Pertanian tumpang sari, strategi lama yang kini kembali menjadi harapan baru bagi ketahanan pangan di desa.
Sutikno, petani pemilik lahan seluas 1.800 meter persegi itu menyebut pola tumpang sari yang diterapkannya bukan hanya sekadar teknik bercocok tanam, tapi juga strategi menghadapi tantangan ekonomi dan cuaca.
“Sawah saya ini dulunya cuma ditanami padi. Saya coba sistem tumpang sari jadi saat padi mulai menguning, cabai sudah mulai tumbuh. Kita bisa panen dua hasil dalam satu musim,” katanya sembari menunjukkan deretan cabai yang tumbuh subur di sela rumpun padi, Senin (19/05/2025).
Cabai yang sebanyak kurang lebih 800 batang di lahan seluas 1.800 meter persegi ini ditanamnya disela-sela batang padi.
“Ini namanya tumpang sari. Kita tanam dua jenis tanaman di lahan yang sama, dalam waktu yang hampir bersamaan. Biasanya orang hanya tanam padi saja. Tapi dengan cara ini, cabai bisa tumbuh di antara padi tanpa mengganggu. Malah saling melengkapi,” ujarnya sembari memetik daun layu dari salah satu batang cabai.
Konsep tumpang sari bukan hal baru. Di masa lalu, para petani nenek moyang telah menerapkannya untuk memaksimalkan hasil lahan terbatas.
Baca juga: Polres OKU Timur dan Pemkab Resmikan Program Bantuan Bedah Rumah di Desa Kedung Rejo
Namun, di era modern ini, sistem ini sering ditinggalkan karena dianggap rumit. Sutikno justru melihatnya sebagai peluang. Perubahan iklim yang tak menentu membuatnya berpikir ulang soal masa depan pertaniannya.
“Kalau hanya mengandalkan padi, saat panennya kurang bagus, kita bisa rugi. Nah, cabai ini bisa jadi penyeimbang. Bahkan kadang hasil cabai bisa lebih besar dari padi,” ujarnya tersenyum.
Masa tanam cabai kriting berkisar 75 hingga 90 hari. Sutikno menanam cabainya sekitar dua minggu setelah padi ditanam, memastikan kedua tanaman bisa berbagi ruang dan sinar matahari tanpa saling berebut.
Menurutnya, manajemen air dan pemupukan jadi lebih efisien karena kebutuhan kedua tanaman bisa diatur bersama.
“Kalau musim bagus seperti sekarang, cabainya bisa dipanen berkali-kali. Sementara padi kita panen satu kali. Artinya, dalam satu musim tanam, kita dapat dua hasil. Ini sangat membantu untuk biaya hidup dan pendidikan anak-anak,” tambahnya.
Sementara, AIPDA Bedy Ibrahim Putra dari Polsek Belitang II datang mengecek kondisi lahan Sutikno.
Pemeriksaan ini merupakan bagian dari Program Ketahanan Pangan yang tengah digalakkan di wilayah hukum Polsek Belitang II.
"Hasil pengecekan menunjukkan tanaman dalam kondisi sehat dan subur, tanpa gangguan hama berarti," ujarnya.
Sedangjan terpisah, Kapolsek Belitang II, IPTU Wahyudin, menilai sistem tumpang sari seperti yang dilakukan Sutikno adalah contoh konkret inovasi pertanian rakyat yang harus didukung.
“Ini bukan hanya soal panen cabai dan padi. Ini adalah bentuk kemandirian pangan yang lahir dari kearifan lokal. Ketika petani bisa menghasilkan dua komoditas dalam satu musim, itu berarti mereka lebih tangguh secara ekonomi. Polisi hadir di sini bukan hanya untuk menjaga keamanan, tapi ikut mendorong ketahanan pangan masyarakat,” tuturnya.
IPTU Wahyudin, menegaskan bahwa kegiatan pengecekan lahan pertanian ini bukan hanya sebagai bentuk dukungan formal, tetapi wujud nyata dari kehadiran polisi di tengah masyarakat.
“Kami ingin menunjukkan bahwa polisi tidak hanya hadir dalam penegakan hukum, tapi juga menjadi bagian dari solusi, termasuk dalam upaya menjaga ketersediaan pangan. Kami sangat mengapresiasi inisiatif warga seperti Pak Sutikno yang kreatif mengelola lahannya. Ini adalah bentuk kemandirian yang harus kita dukung bersama,” pungkasnya.
Di tengah berbagai tantangan global seperti perubahan iklim, inflasi pangan, hingga ketegangan geopolitik, ketahanan pangan tak lagi hanya menjadi urusan kementerian atau lembaga besar.
Ia kini lahir di pematang-pematang sawah, di tangan-tangan para petani yang berani berinovasi.
Dan di Desa Mulyasari, tumpang sari bukan sekadar teknik pertanian. Ia adalah simbol harapan, ketekunan, dan kecintaan pada tanah yang terus memberi.
Baca berita menarik lainnya di google news
Polres OKU Timur Bentuk Timsus Khusus, Targetkan Wilayah Zero Begal dan Narkoba |
![]() |
---|
4 Tahun Buronan Polisi, Pelaku Curas di OKU Timur Ditangkap, Sempat Kerja Jadi Sekuriti di Jakarta |
![]() |
---|
Operasi Senpi Musi 2025 Dimulai, Polres OKU Timur Sasar Pelaku dan Jaringan Kejahatan Bersenjata |
![]() |
---|
2 Pelaku Pencurian di Toko Manisan Milik Salbiah Warga OKU Selatan Ditangkap Polisi,1 Masih Buron |
![]() |
---|
Polsek Belitang II Rutin Lakukan Pengecekan Lahan dan Tanaman Ketahanan Pangan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.