Kopi Sumsel

Tukang Seduh Gencar Angkat Kopi Asli Sumsel Agar Lebih Dikenal Luas

Berawal dari penikmat kopi dan khawatir kopi asli Sumatera Selatan (Sumsel) semakin terpinggirkan, membuat Fajar kemudian gencar menyuarakan kopi

|
Penulis: Hartati | Editor: Kharisma Tri Saputra
Tribunsumsel.com/Hartati
KOPI ASLI SUMSEL - Fajar Noerhadi Founder Tukang Seduh memperlihatkan menu andalan kedai kopinya yakni elder flower coffee mocktail dan mint apple cider juga beragam kopi yang diproduksi di kedainya dengan ciri khas kopi asli Sumsel, Sabtu (10/5/2025). 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Berawal dari penikmat kopi dan khawatir kopi asli Sumatera Selatan (Sumsel) semakin terpinggirkan, membuat Fajar kemudian gencar menyuarakan kopi Sumsel agar dikenal luas.

Sebab sejak lama Sumsel dikenal sebagai daerah penghasil kopi terbesar di tanah air, namun justru kopinya diberi nama kopi daerah daerah lain seperti Kopi Lampung, Jambi atau juga Bengkulu.

Padahal kopi itu asli kopi yang dis tanah di tanah Sumsel di Semendo, OKU Selatan Ranau, Lahat, Pagar Dewa Pagar Alam dan daerah penghasil kopi lainnya di Sumsel.

Namun karena faktor transportasi dan jarak menuju pelabuhan yang jauh dari daerah penghasil kopi, membuat kopi asli Sumsel justru dijual ke luar Sumsel kemudian diberi nama kopi asal tempat kopi itu dijual.

Fajar menceritakan, saat itu pada kegiatan Pusat Layanan UKM Smesco Indonesia di Jakarta ada lelang kopi dan ada satu trader asal Lampung menjual kopi Semendo tapi diberi label kopi Lampung, kemudian saya telusurilah Semendonya Lampung dimana, rupanya benar-benar kopi Semendo Sumsel tapi dijual ke Lampung sehingga diberi brand kopi Lampung.

"Berangkat dari keresahan itulah kami ingin masyarakat luas tahu bahwa Kopi Sumsel tidak kalah bagus dari sisi kualitas, rasa juga jumlahnya sehingga jangan sampai Sumsel punya kopi tapi daerah yang punya namanya karena tidak dijaga dengan baik," kata Fajar Noerhadi Founder Tukang Seduh, Sabtu (10/5/2025).

Terpacu mengenalkan kopi Sumsel agar dikenal luas di tanah air bahkan mancanegara, Fajar kemudian mempromosikan kopi dengan menjual kopi keliling menggunakan food truck pada 2017 lalu.

Kopi yang dia produksi adalah kopi Asli Sumsel Arabika juga Robusta hingga kopi luwak yang berasal dari berbagai wilayah Sumsel.

Bisnis food truck kopi ini cukup menantang sejak awal karena saat itu bisnis kopi belum menjamur seperti saat ini sehingga mengedukasi masyarakat mengenai kopi asli Sumsel yang berkualitas juga butuh waktu dan kesabaran.

Sebab Fajar dan sang istri tetap ingin fokus berbisnis tapi juga mengkampanyekan kopi Asli Sumsel, sehingga butuh waktu cukup lama membentuk market itu.

Promosi menjual kopi menggunakan truck dia nilai jadi jalan cepat sebab jika banyak masyarakat yang tahu maka diharapkan promosinya akan menyebar dengan cepat dan lebih luas.

Namun tantangannya juga muncul kemudian, adanya cafe atau coffeeshop sejenis yang juga menjual kopi namun kopi yang berasal dari luar Indonesia, dengan branding kopi impor ini juga jadi tantangan.

"Kopi Sumsel saat itu (2017) masih belum banyak dikenal luas ditambah lagi serbuan kopi Impor semakin membuat persaingan ketat, tapi karena konsisten dan fokus pada market dan tujuan promosinya kita akhirnya bertahan dan punya pangsa pasarnya sendiri," jelas Fajar.

Menurutnya kopi Sumsel itu unik dari sisi ketahanan kopinya, biji kopinya kuat karena banyak kopi robusta produksinya yang ditanam di atas ketinggian lahan di atas 800 MDPL sehingga menghasilkan cita rasa kopi yang unik berasa coklat dan karamel.

Sebab biasanya kopi yang ditanam di atas ketinggian lebih 800 meter MDPL itu biasanya Arabika, tapi di Sumsel justru Robusta sehingga unik dan punya ciri khas sendiri.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved