PT Sritex Pailit
Mengenal PT Sritex, Raksasa Tekstil Indonesia yang Pailit hingga PHK Massal Ribuan Karyawan
PT Sritex atau Sri Rejeki Isman Tbk, salah satu perusahaan tekstil dan garmen terbesar di Indonesia harus gelar tikar permanen per 1 Maret 2025
Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Weni Wahyuny
TRIBUNSUMSEL.COM - PT Sritex atau Sri Rejeki Isman Tbk, salah satu perusahaan tekstil dan garmen terbesar di Indonesia.
Kini, PT Sritex harus gulung tikar permanen per tanggal 1 Maret 2025 akibat pailit.
Dampaknya, sebanyak 10.669 buruh Sritex merasakan kesedihan setelah kehilangan pekerjaan.
Baca juga: VIDEO Tangis Ribuan Karyawan Kena PHK Massal PT Sritex Setelah 25 Tahun Bekerja, Pamit ke Pedagang
10.669 orang karyawan dengan rincian:
1.065 karyawan PT Bitratex Semarang terkena PHK.
8.504 karyawan PT Sritex Sukoharjo
956 karyawan PT Primayuda Boyolali
40 karyawan PT Sinar Pantja Jaya Semarang
104 karyawan PT Bitratex Semarang

Profil PT Sritex
PT Sritex, yang dikenal juga dengan nama PT Sri Rejeki Isman Tbk, adalah perusahaan tekstil besar yang berpusat di Sukoharjo, Jawa Tengah.
Didirikan pada tahun 1966 oleh HM Lukminto dengan nama awal UD Sri Redjeki, perusahaan ini berawal dari usaha perdagangan kain di Pasar Klewer, Solo.
Pada tahun 1978, perusahaan ini resmi berbentuk perseroan terbatas (PT) dan mulai berkembang pesat di industri tekstil Indonesia.
Pada tahun 1992, PT Sritex mengintegrasikan empat lini produksinya—pemintalan, penenunan, sentuhan akhir, dan garmen—ke dalam satu lokasi pabrik yang diresmikan oleh Presiden Soeharto.
Keberhasilan perusahaan semakin terlihat pada tahun 1994 ketika PT Sritex mendapat kepercayaan dari NATO dan Angkatan Bersenjata Jerman untuk memproduksi seragam militer.
Selain itu, perusahaan ini juga melayani pesanan dari berbagai negara seperti Inggris, Papua Nugini, serta merek-merek fashion terkenal seperti Guess dan H&M.
Meski menghadapi krisis moneter 1998 yang mengguncang Indonesia, PT Sritex mampu bertahan dan bahkan mengalami pertumbuhan yang luar biasa, hingga delapan kali lipat pada awal 2000-an.
Pada tahun 2013, PT Sritex resmi melantai di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham SRIL, menjadi salah satu pemain utama di pasar saham Indonesia.
Seiring dengan keberhasilannya di industri tekstil, PT Sritex juga melakukan ekspansi ke sektor lainnya.
Pada 2000-an, perusahaan ini memasuki bisnis serat rayon melalui PT Rayon Utama Makmur (RUM) di Sukoharjo, yang memiliki kapasitas produksi hingga 90 ribu ton per tahun.
Baca juga: Kronologi Sritex Pailit Hingga Harus PHK Massal 10.965 Karyawan per 1 Maret 2025
Namun, perusahaan sempat menghadapi masalah lingkungan akibat limbah cair pabrik yang mengganggu warga sekitar.
Selain itu, PT Sritex juga melakukan diversifikasi ke industri tambang dengan mendirikan Ultra Tech Mining Indonesia, yang mengelola pabrik batu gamping di Wonogiri, Jawa Tengah.
Di dunia olahraga, PT Sritex juga terlibat dalam dunia basket. Pada 1966, HM Lukminto bersama Halim Sugiarto mendirikan klub basket Bhinneka Solo, yang pada 1999 berganti nama menjadi Bhinneka Sritex Solo setelah perusahaan menjadi sponsor utama.
Klub ini sempat berjaya pada awal 2000-an sebelum akhirnya bubar pada 2009 akibat krisis keuangan.
Namun, perjalanan PT Sritex yang sebelumnya penuh keberhasilan kini berakhir.
Setelah hampir enam dekade beroperasi, perusahaan yang pernah menjadi kebanggaan industri tekstil Indonesia ini menghadapi tantangan besar.
Kejatuhan PT Sritex menjadi pukulan berat, tidak hanya bagi ribuan pekerjanya, tetapi juga bagi dunia bisnis dan manufaktur Indonesia secara keseluruhan.
Produksi dan bisnis Sritex
Divisi produksinya meliputi:
- Pemintalan (Spinning): Mengolah kapas menjadi benang dengan kapasitas produksi mencapai 1.405 bale per hari.
- Penenunan (Weaving): Mengubah benang menjadi kain mentah (greige) dengan kapasitas produksi harian sebesar 229.766 meter.
- Penyempurnaan (Finishing): Proses pewarnaan dan pencetakan kain dengan kapasitas produksi mencapai 306.358 yard per hari.
- Garmen (Garment): Memproduksi pakaian jadi, termasuk seragam militer dan pakaian fashion, dengan kapasitas produksi harian sebesar 38.295 potong.
Selain memenuhi kebutuhan domestik, Sritex juga memiliki basis pelanggan internasional yang tersebar di lebih dari 100 negara, dengan pasar utama di Eropa, Amerika Serikat, Asia Tenggara, dan Timur Tengah.
Kasus Sritex pailit dan dampaknya
Meskipun memiliki sejarah kesuksesan yang panjang, Sritex mulai menghadapi masalah keuangan serius sejak tahun 2021.
Saham Sritex disuspensi pada Mei 2021 akibat keterlambatan pembayaran bunga dan pokok Medium Term Notes (MTN).
Total liabilitas perusahaan terus meningkat, mencapai sekitar Rp24,3 triliun pada September 2023.
Masalah keuangan ini diperparah oleh persaingan ketat di pasar global, dampak pandemi Covid-19 yang mengganggu rantai pasok dan menurunkan permintaan, serta kondisi geopolitik seperti perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan penurunan ekspor produk tekstil ke Eropa dan Amerika Serikat.
Puncaknya, pada 21 Oktober 2024, Pengadilan Niaga Semarang memutuskan Sritex dan tiga entitas afiliasinya, yakni PT Sinar Pantja Djaja, PT Bitratex Industries, dan PT Primayudha Mandirijaya, dalam keadaan pailit.
Putusan ini diperkuat oleh Mahkamah Agung pada 18 Desember 2024.
Akibat keputusan pailit ini, Sritex menghentikan seluruh operasionalnya mulai 1 Maret 2025.
Langkah ini berdampak langsung pada sekitar 10.965 karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).
Para karyawan Sritex yang terkena PHK mulai mengisi surat PHK untuk memproses pencairan hak-hak mereka, seperti jaminan hari tua (JHT) dan jaminan kehilangan pekerjaan (JKP).
Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) PT Sritex, Widada, menyatakan bahwa proses ini masih berlangsung dan diharapkan dapat segera selesai.
Pemerintah, melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, sempat berharap agar Sritex dapat terus beroperasi dan tidak menghentikan operasionalnya.
Namun, proses hukum yang berjalan mengharuskan perusahaan untuk mengikuti keputusan pengadilan.
Dengan penutupan Sritex, ribuan karyawan kini tengah mengurus hak-hak mereka, termasuk pesangon dan jaminan sosial tenaga kerja.
Artikel telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Profil PT Sritex: Dari Pasar Klewer Hingga Jadi Raksasa Tekstil Indonesia, Akhirnya Gulung Tikar
Sebagian lainnya telah tayang di Kompas.com dengan judul Mengenal Sritex, Raksasa Tekstil yang Pailit hingga PHK Ribuan Karyawan
(*)
Baca berita lainnya di Google News
Bergabung dan baca berita menarik lainnya di saluran WhatsApp Tribunsumsel.com
Kabar Terbaru Eks Karyawan PT Sritex Ngadu Belum Dapat THR Jelang Lebaran, Kurator Tunggu Dana Cukup |
![]() |
---|
Kabar Baik 5000 Eks Karyawan PT Sritex Bakal Kembali Direkrut, Investor Baru Bakal Operasikan Pabrik |
![]() |
---|
PT Sritex Pailit Ternyata Punya 11 Anak Perusahaan, Anggota DPR Minta Pemilik Tanggung Jawab |
![]() |
---|
Gegara Ketidakpasian Informasi, Buruh Sritex Terancam Tidak Terima THR dan Pesangon |
![]() |
---|
Update PT Sritex Ternyata Bakal Diakuisisi Perusahaan BUMN, Menaker: Ada Beberapa Kandidat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.