Berita Viral

Kini Hamil, Pilu Fanny Kondoh Suami Meninggal 4 Bulan Lalu, Sudah Siapkan Kuburan Sejak Lama

Cerita Fanny Kondoh sebelum papa Udon CEO PT Sriboga Marugame meninggal dunia sudah siapkan kuburan.

|
Tangkapan layar Ig @fannykondoh
KISAH FANNY KONDOH - Fanny Kondoh, Tiktokers yang viral umumkan hamil setelah empat bulan kepergian sang suami, Hajime Kondoh, Presiden Direktur Marugame Udon di Indonesia. Cerita Fanny Kondoh sebelum papa Udon CEO PT Sriboga Marugame meninggal dunia sudah siapkan kuburan. 

Menariknya, Fanny mengaku hatinya sudah merasa yakin bahwa Papa Udon akan menjadi suaminya kelak saat berjabatan tangan.

"Aku tuh gak bisa (bahasa Inggris), halo mister nice to meet you, pas pertama kali shaking hand (jabat tangan) itu akutuh udah batin 'he's gonna be my husband' aku udah batin itu aku udah yakin demi Allah," kata Fanny kepada Denny Sumargo.

Fanny mengaku keyakinan itu dirasakannya lantaran sudah mengalami asam garam percintaan yang kerap gagal.

"Kamu feeling darimana itu," tanya Densu.

"Pada saat itu aku memang lagi capek dengan dunia percintaan ini terus akutuh ngebatin sama Tuhan 'yaAllah akutuh capek kerja pengin dinafkahin aku pengin nikah punya pasangan hidup' dan aku capek miskin, terus dia dateng pegang tangan," bebernya.

Fanny sendiri awalnya tak menyangka jika status Papa Udon sudah menjadi duda memiliki tiga anak di Jepang.

"Saat itu yang dikasih kartu nama dia cuma aku doang, satu outlet gak dikasih," katanya.

Saat itu, Fanny dipromosikan sebagai trainer manager di Jakarta.

"Dibawa ke Jakarta buat jadi trainer terus habis itu ternyata dibawa ke Jakarta dijadiin istri," katanya sambil tertawa.

Berjalannya waktu, hubungan mereka berkembang dari komunikasi jarak jauh hingga akhirnya Hajime Kondoh berniat ingin serius mengajak lamaran.

Ia dengan serius bertemu dengan ibu Fanny di Jawa Timur.

"Desember dia tiba-tiba Line aku bilang 'Fanny i want to go Semarang' oh iya pak nanti aku bilangin manager buat kedatangan bapak, 'no no i want to go Semarang i want to make sure my feeling ke kamu' katanya, ceritanya LDR," ujar Fanny.

"Dia ke Probolinggo rumahku, aku dibeliin cincin pengikat," sambungnya.

Namun, perjalanan mereka tak selalu mudah. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah perbedaan usia 25 tahun dan keyakinan. 

Dengan niat serius, akhirnya memutuskan untuk mualaf setelah mengalami banyak pertimbangan dan pencarian spiritual.

"Persiapan akad itu dia sebetulnya belum mau mualaf, tapi tiba-tiba demam 5 hari di bawa ke rumah sakit masih demam, terus aku bilang "aku ingin kita bukan hanya bersama di dunia ini, tapi di akhirat itu kamu, aku tuh pengin kita Surganya sama,” ujar Fanny kepada suaminya saat itu.

Setelah melalui proses mendalam, Papa Udon akhirnya mengucapkan syahadat dan memeluk Islam dengan keyakinan penuh pada tahun 2017.

"Setelah itu kita akad dalam dia keadaannya sudah mengimani dan beriman Islam," terang Fanny.

Kebahagiaan keduanya rupanya tak berjalan mulus, hingga Kondoh didiagnosa mengidap kanker kantung kemih stadium awal.

Awalnya, dokter memperkirakan usia Kondoh hanya tersisa dua tahun, namun dengan perawatan intensif, ia bertahan hingga lima tahun. 

Dalam kondisi yang semakin menurun, satu hal yang selalu menjadi permintaannya kepada Fanny adalah keinginannya untuk memiliki anak.

Fanny telah mencoba berbagai cara untuk hamil secara alami, namun tak kunjung berhasil. 

Dua kali percobaan program bayi tabung juga belum berhasil.

"Tahun kedua menikah dia minta mau baby, dua kali sempat keguguran program," ujarnya.

"Dia tuh kayak 'aku ingin anak ini untuk melindungi kamu ketika aku gak ada disini lagi'," katanya.

Sempat terbesit keinginan Papa Udon ingin mengadopsi anak, namun keluarga bayi tersebut menolak.

Di tengah keputusasaan, dokter akhirnya menemukan bahwa darah Fanny terlalu kental, sehingga janin sulit bertahan. 

Setelah dilakukan perawatan medis, mereka memutuskan untuk melakukan satu kali lagi embrio transfer.

Disaat itulah, kondisi Papa Udon yang dirawat di Singapura semakin parah dan harus dipulangkan ke Jepang.

Dokter di Singapura mengungkapkan kenyataan pahit bahwa tidak ada obat yang bisa menyembuhkannya.

Papa Udon pun mempertemukan Fanny dengan mantan istri dan ketiga anaknya di Jepang dengan niat membahas soal warisan.

Sekembalinya ke Indonesia, Fanny akhirnya menjalani transfer embrio pada Senin pagi. 

Keesokan harinya, Kondoh masuk rumah sakit dan seminggu kemudian ia wafat.

"Dan ternyata hamil tapi papa Udon berpulang," katanya.

"Kepulangan yang cukup berat soalnya for say good bye dia harus pakai kursi roda karena dia abis operasi tulang dan gak boleh jalan jauh," katanya.

Perjuangan Papa Udon, alias pria yang bernama Hajime Kondoh tersebut berakhir saat dinyatakan meninggal dunia pada 15 Oktober 2024 sekira pukul 23.33 WIB.

Di usianya yang masih muda 29 tahun, Fanny terpaksa harus berjuang seorang diri mengandung calon anaknya tanpa kehadiran sang suami.

"Aku membayangkan bayi aku nempel in your belly gotu, and this baby will be protect you. Iya amin aku gitu," ujar Fanny menirukan pesan suaminya yang ia baca kala penyuntikan embrio terakhir.

"Ketika dia sakaratul maut, dia menyentuh perutku dan mengakatakan kayak 'Ya Allah lindungilah anak dan istriku, aku gakpapa jika aku pergi tapi jaga istri dan anakku' padahal itu baru seminggu transfer embrio belum tahu hamil apa enggak," katanya sambil menangis.

Bahkan sebelum meninggal, Papa Udon telah menyiapkan nama untuk calon anaknya.

"Dia kasih nama Kazuki artinya ketenangan kebahagiaan untuk banyak orang, ditengah Musa dan dia oke karena harus ada identitas muslim," katanya.

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News  

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved