Berita UMKM

Mie Tumis Pakde Sarbidi Simpang Lima, Kuliner Legendaris Favorit di PALI, Ada Sejak 1991

Warung Mie Tumis Pakde Sarbidi ini sudah tidak asing lagi bagi warga Talang Ubi maupun Kabupaten PALI dan sekitarnya.

Penulis: Apriansyah Iskandar | Editor: Slamet Teguh
Sripoku.com/ Apriansyah Iskandar
MIE TUMIS -- Wahyu Aliadi (37) meneruskan usaha sang ayah, dengan telatennya melayani pembeli untuk menyajikan Mie Tumis yang menggugah selera dari resep warisan keluarga sejak puluhan tahun lalu, Rabu (12/2/2025). 

TRIBUNSUMSEL.COM,PALI - Mie Tumis Pakde Sarbidi atau lebih dikenal dengan sebutan Mie Tumis Pakde Simpang Limo, merupakan jajanan kuliner yang melegenda dan menjadi salah satu kuliner favorit di Kabupaten PALI Sumatera Selatan yang wajib dicoba.

Terletak disebuah warung sederhana berukuran 2,5 meter x 4 meter yang berada dikawasan Simpang Lima Pendopo Kecamatan Talang Ubi Kabupaten PALI.

Warung Mie Tumis Pakde Sarbidi ini sudah tidak asing lagi bagi warga Talang Ubi maupun Kabupaten PALI dan sekitarnya.

Karena sudah berjualan di kawasan Simpang Lima Pendopo sejak tahun 1991 silam atau lebih dari 34 tahun lamanya.

Sampai saat ini warung Mie Tumis Pakde Sarbidi dengan setianya melayani setiap pelanggan yang datang dan menjadi kuliner legendaris di Kabupaten PALI.

Lokasinya cukup strategis dan mudah dijumpai bagi warga Kabupaten PALI maupun para pengendara yang akan melalui jalan alternatif PALI - Lubuklinggau.

Warung mie tumis legendaris ini, setiap harinya dibuka dari pukul 5 sore sampai dengan pukul 11 malam.

Hidangan ini dikenal dengan rasa yang gurih dan lezat serta cara pembuatannya yang mudah dan cepat, menjadikannya pilihan favorit bagi banyak orang.

Ditambah dengan sayuran yang memberikan tekstur renyah serta suwiran daging ayam sebagai nutrisi tambahan pada hidangan ini.

Dengan harga yang cukup terjangkau, Rp 15 ribu, anda bisa mendapatkan satu porsi mie tumis lezat dan mengenyangkan.

Meski saat ini, usaha tersebut bukan lagi dikelola oleh Pakde Sarbidi karena pemilik saat ini telah lanjut usia, sehingga usaha mie tumis ini diwariskan kepada anaknya bernama Wahyu Aliadi (37). Namun cita rasa kelezatan Mie Tumis Pakde Sarbidi yang terletak pada racikan bumbu yang tak pernah berubah sejak awal berjualan.

Sehinggah konsistensi inilah menurut Wahyu sebagai kunci keberhasilan usaha sang ayah dan bertahan hingga saat ini dan diteruskan olehnya.

"Kalau resep bumbu nya belajar dari almarhuma mamak (Ibu) saya, tidak pernah berubah sampai saat ini. Kalau mie nya bapak yang buat, dari awal jualan bapak bikin sendiri mie nya, saya belajar dari bapak bikin mie nya, campuran nya gandum dan telur, pembuatan nya masih secara tradisional," ungkap Wahyu, Rabu (12/2/2025).

Baca juga: Kisah Annisa Fitri, Anak Penjual Mie Ayam di PALI Jadi Wisudawan Terbaik Universitas Pertamina

Baca juga: Sudah Jualan Sejak 1976, Mie Tumis Pakde Muhlas Dicari Pelanggan dari Bengkulu Hingga Jakarta

Wahyu mengatakan, untuk bumbu yang digunakan, yaitu racikan bumbu khusus resep dari almarhuma ibunya bernama Suharni.

Selain itu ditambah juga dengan Ebi (udang kering), daun bawang, merica, sayur kol, penyedap rasa, kecap manis dan beberapa campuran bumbu lainya.

Sebagai pelengkap untuk memperkaya cita rasa dan tekstur, Wahyu juga menambahkan bawang goreng dan suwiran daging ayam.

Uniknya terdapat acar cabai rawit olahan sendiri dan sambal atau saus cabai juga disajikan untuk memberikan sensasi pedas yang menggugah selera.

"Kalau rasa pedas biasanya sesuai selera pembeli, kita sajikan juga acar cabai rawit di meja, bagi pemebeli yang suka sensasi rasa pedas," ujar Wahyu.

Ada dua varian mie tumis yang disajikan sesuai selera pembeli, yaitu Mie Tumis goreng (kering) dan Mie Tumis pakai kuah, dengan harga satu porsinya sama saja, yaitu 15 ribu per porsi.

Dalam sehari, Wahyu yang berjualan dibantu oleh Istrinya itu mengaku dapat menghabiskan 15 hingga 20 kilogram mie, dan memperoleh keuntungan yang tidak sedikit.

"Alhamdullilah sampai saat ini pembeli masih ramai, lumayan untungnya dalam sehari. meski bapak tidak bisa lagi berjualan, karena usianya sekarang sudah 78 tahun, tapi para pelanggan setia masih ramai datang kesini," tuturnya.

Pria kelahiran 31 Mei 1987 yang memiliki 2 orang anak itu menceritakan, bahwa kedua orang tuanya, yakni ayahnya Sarbidi dan almarhumah ibunya Suharni telah berjualan Mie Tumis sejak dirinya belum dilahirkan.

"Untuk tahun nya saya tidak ingat, bapak dan mamak dulunya berjualan di guest house Komperta Pendopo, barulah pada tahun 1991 pindah ke Simpang Lima dan buka warung disini dan masih buka sampai saat ini," terangnya.

Wahyu sendiri, mulai menggantikan Ayahnya untuk meneruskan usaha warung mie tumis ini sejak tahun 2019 silam.

Bungsu dari 3 bersaudara itu mengatakan, dirinya menekekuni untuk meneruskan usaha sang ayah, sebagai rasa tanggung jawabnya sebagai anak laki-laki semata wayang dikeluarganya, demi menjaga resep warisan dari almarhuma ibunya.

Selain itu, sulitnya mendapatkan pekerjaan tetap membuat dia tertarik untuk berwirausaha meneruskan usaha sang ayah.

"Terhitung sudah 6 tahun saya berjualan, sejak sebelum covid 19 kemarin, dulu sebelum gantikan bapak diwarung, saya sempat buka cabang, jualan mie tumis di daerah Talang Ubi bawah dan depan kantor kejari, tapi karena bapak tidak bisa lagi jualan, jadi saya yang gantikan neruskan warung ini, Alhamdulillah lancar terus usaha nya, setiap harinya masih ramai pembeli, meski usaha kecil-kecilan, alhamdulilah sangat membantu perekonomian keluarga,"tutup Wahyu. 

 

 

 

Baca Berita Tribunsumsel.com Lainnya di Google News

Ikuti dan Bergabung dalam Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved