Mata Lokal Desa
Desa Bangsal Penghasil Gulo Puan di OKI, Kuliner Langka Kegemaran Bangsawan Kesultanan Palembang
Desa Bangsal, Kecamatan Pampangan menjadi satu-satunya kawasan penghasil gulo puan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.
Penulis: Winando Davinchi | Editor: Shinta Dwi Anggraini
TRIBUNSUMSEL.COM KAYUAGUNG -- Desa Bangsal, Kecamatan Pampangan menjadi satu-satunya kawasan penghasil gulo puan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.
Bagi yang tidak tahu, gulo puan adalah penganan kesukaan bagi Kesultanan Kota Palembang.
Diolah dari susu kerbau rawa yang berada di pedesaan, keberadaan makanan pelengkap ini sekarang terbilang langka.
Gulo berarti 'gula' dan puan 'susu' dalam bahasa daerah. Maka istilah lain adalah gula susu.
Gulo puan yang rasanya mirip keju manis itu sangat sedap untuk campuran minum kopi, olesan roti ataupun pisang goreng.
Demi mencari tau sejarah maupun proses pembuatannya, maka Tribunsumsel.com mendatangi Desa Bangsal, Kecamatan Pampangan, Kabupaten Ogan Komering Ilir yang jadi satu-satunya tempat pengolahan makanan khas.
Baca juga: Melihat Potensi Wisata Desa Sungsang 4 Banyuasin Sumsel, Ada Mangrove Langka di Dunia
Desa tertua di Bumi Bende Seguguk ini, ada ratusan kerbau rawa yang dimiliki oleh warga setempat.
Gulo puan ini juga menjadi salah satu upeti yang diberikan dari warga daerah kepada Kesultanan Palembang Darussalam dan sebagai tanda terima kasih karena telah dibebaskan pajak.
"Saat masa kesultanan puluhan tahun lalu, para bangsawan biasanya menjadikan gulo puan sebagai pengganti gula pasir atau camilan sehari-hari," kata Kepala Desa Bangsal, Angkut Join ditemui pada Selasa (5/11/2024) siang.
Seiring berkembangnya waktu, gulo puan juga menjadi kudapan khas bagi masyarakat Palembang dan sekitarnya.
"Biasanya dijual di Masjid Agung Palembang setiap hari Jum'at, selain itu juga dijual melalui media sosial. Untuk sekarang permintaan cukup banyak datang dari pulau Jawa, Lampung dan sekitarnya," ucapnya.
Dijelaskan proses pembuatan gulo puan bergantung pada peternakan kerbau rawa di Desa Bangsal dan sekitarnya.
Saat musim hujan, produksi susu menjadi lebih tinggi, setiap kerbau rawa yang menyusui dapat menghasilkan 1,5 - 2 liter susu.
Dengan kondisi ini didorong oleh melimpahnya pakan saat rawa-rawa kembali tergenang dengan air.
"Akan tetapi di musim kemarau, hasil susu justru turun karena air rawa menyusut sehingga pakan juga berkurang. Otomatis produksi gulo puan yang dihasilkan lebih sedikit," ungkapnya.
"Harga jualnya sendiri jika langsung datang ke sini, perkilogramnya Rp 120.000 tetapi kalau sudah dalam kemasan dan dijual online harganya Rp 150.000," imbuhnya.
Olahan susu kerbau juga bisa diolah menjadi minyak samin, sagon puan, dan tape puan. Minyak samin ini dibuat dengan cara mengendapkan susu sehingga lapisan dadih nya terpisah.
Menurut Join, minyak samin itu berupa endapan putih dengan aroma dan rasa mirip mentega.
"Endapan susu kerbau akan disaring setebal 1 centimeter, bekas saringan itu kemudian disimpan sekitar 2 hari dan jadilah minyak samin,"
"Minyak ini biasanya dipakai untuk memasak nasi samin bagi orang Arab. Nasi samin itu mirip dengan nasi lemak," jelasnya.
Sedangkan proses pembuatan gulo puan, Join menuturkan bahan-bahan yang perlu disiapkan yaitu susu kerbau dan gula pasir.
"Proses pengambilan susu biasanya dilakukan jam 6 pagi, setelah diperah susu lalu dijual ke ibu-ibu rumah tangga yang ada di desa. Setiap liternya dijual Rp 20.000,"
"Selanjutnya susu diendapkan selama 3-4 jam dan pembuatan tidak boleh lebih dari jam 12.00 siang," kata dia.
Setelah itu berlanjut ke proses penyeseran (penyaringan) dengan tebal sekitar 1 centimeter dari atas permukaan susu. Lalu dipisahkan ke wadah lain.
Semisal telah disiapkan 5 liter susu kerbau. Berarti harus menyiapkan sekitar 1 kilogram gula pasir.
"Campurkan susu dan gula. Tuang dalam wajan yang sudah dipanaskan. Setelah itu aduk rata dan teratur guna mendapatkan hasil yang maksimal, kurang lebih seperti mengaduk dodol,"
"Pengadukan yang dilakukan harus rata dan hingga berbentuk kalis. Untuk waktu memasak secara umum butub waktu 3 sampai 4 jam. Disarankan untuk diaduk secara teratur agar mendapat hasil yang baik," paparnya.
Dikatakannya, setelah warna berubah menjadi kuning dan mengkristal baru dapat diangkat.
"Setelah diangkat, tiriskan dan diamkan beberapa jam dan gulo puan siap untuk disajikan," tandasnya.
Baca artikel menarik lainnya di Google News
Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel
Ronda Malam Kembali Dihidupkan Warga Tulang Bawang OKU Timur, Bangun Rasa Aman Lewat Kebersamaan |
![]() |
---|
Mengenal Larung Telaga, Tradisi Warga Sugihwaras Musi Rawas, Digelar di Muharram di Danau Gegas |
![]() |
---|
Cerita Warga Desa Remayu Musi Rawas, Banyak Temukan Pecahan Piring-Gelas Peninggalan Belanda & China |
![]() |
---|
Petani di Wonokerto Musi Rawas Ciptakan Alat Tanam Padi Baru, Lebih Irit Biaya dan Panen Lebih Cepat |
![]() |
---|
Ruwatan Bumi di Karang Binangun OKU Timur, Lestarikan Budaya Leluhur dan Pererat Persaudaraan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.