Berita Lahat

Harga Tak Kunjung Naik, Banyak Petani Karet di Lahat Beralih ke Sawit dan Kopi

Luas kebun karet di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan saat ini terus berkurang. 

|
Penulis: Ehdi Amin | Editor: Shinta Dwi Anggraini
TRIBUNSUMSEL.COM/M. ARDIANSYAH
Ilustrasi -- Petani karet di Lahat kini mulai beralih menanam sawit karena harga karet yang terus anjlok. 

TRIBUNSUMSEL.COM, LAHAT -- Luas kebun karet di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan saat ini terus berkurang. 

Dari catatan Dinas Perkebunan Kabupaten Lahat sisa lahan karet milik masyarakat Lahat saat ini mencapai 29.909,51 hektar. 

Angka ini cenderung menurun dibandingkan sebelumnya.

Salah satu pemicu adanya penurunan adalah alih fungsi lahan perkebunan karet menjadi sawit dan kopi.

Berdasarkan data Angka Tetap (Atap) Dinas Perkebunan Lahat tahun 2023, dari total 29.909,51 hektar luas lahan perkebunan karet, yang tersebar di 19 kecamatan dari 24 kecamatan yang ada di Kabupaten Lahat. 6.609,5 hektar merupakan tanaman belum menghasilkan (TBM), 22.350 hektar tanaman menghasilkan (TM) dan 950,01 Tanaman Tua/Tanaman Rusak (TT/TR).

Dari total luasan kebun karet yang ada itu, dimiliki 23.609 kepala keluarga (KK), dengan total hasil produksi di tahun 2023 sebanyak 25.148 ton.

Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Lahat, Vivi Angraeni SSTP MSi menerangkan, pada tahun 2023 terjadi pengurangan luas areal kebun karet sebanyak 5.017,5 hektar.

Pengurangan luas areal itu dikarenakan sejumlah faktor.

Seperti adanya alih fungsi lahan karet menjadi tambang batu bara seluas 242 hektar, di Kecamatan Merapi Selatan dan Merapi Timur.

Lalu adanya alih komoditi dari karet menjadi sawit seluas 4.725,75 hektar, di Kecamatan Kikim Barat, Kikim Timur Kikim Tengah, Kikim Selatan, Pagar Gunung, Mulak Ulu dan Mulak Sebingkai.

Ada juga alih komoditi dari karet ke tanaman kopi seluas 0,75 hektar di Kecamatan Pagar Gunung.

Lalu ada alih komoditi dari karet ke tanaman durian seluas 1 hektar, di Kecamatan Pagar Gunung.

"Selain ada pengurangan, tahun 2023 ada juga penambahan luas areal, seluas 110 hektar di Kecamatan Lahat dan Pajar Bulan. Kemungkinan, peralihan luas area lahan karet ini bisa saja terus bertambah," terang Vivi, Jumat (1/11/2024).

Vivi menjelaskan, banyak penyebab petani karet mengalihfungsikan lahannya.

Salah satunya karena harga karet di tingkat petani yang tidak kunjung naik, ada juga petani yang masih terjerat sistem ijon, dan juga terkait tenaga kerja yang lebih memilih menjadi pemanen sawit ketimbang menyadap (Deres) karet.

"Pertama pasti soal harga. Untuk harga saat ini sebenarnya sudah diangka Rp 12.000 perkilogram di pabrik, tapi petani menjual ke pengepul bisa dibawah Rp 10.000 perkilogram. Belum lagi masih banyak petani karet kita yang terjerat sistem ijon, buat harga jual karet semakin rendah," jelas Vivi.

Sementara itu, dari luasan tersebut, kecamatan yang miliki lahan karet terluas ialah Kecamatan Kikim Selatan, seluas 4.287 hektar, dengan 890 TBM, 3.397 TM, tanpa ada (TT/TR), dimiliki 3.275 KK dengan total hasil 3.791 ton pertahun.

Posisi terluas kedua ialah Kecamatan Pseksu seluas 3.553 hektar, dengan 192 TBM, 3.290 TM, 71 (TT/TR), dimiliki 2.611 KK dengan total hasil 3.711 ton pertahun. Lalu Kecamatan Gumay Talang seluas 2.927 hektar, dengan 300 TBM, 2.617 TM, 71 (TT/TR), dimiliki 1.746 KK dengan total hasil 2.983 ton pertahun.

Dari 24 kecamatan yang ada, hanya lima kecamatan yang tidak miliki kebun karet.

Diantaranya Kecamatan Jarai, Muara Payang, Sukamerindu, Tanjung Sakti Pumi dan Tanjung Sakti Pumu.

Karena lima kecamatan itu merupakan wilayah perkebunan kopi. 

"Kita tidak bisa melarang petani lakukan alih fungsi komuditi. Namun kita tetap berupaya terus menambah luasan lahan pertanian karet, karena karet salah satu komoditi unggulan di Kabupaten Lahat," sampai Vivi.

 

 

Baca artikel menarik lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved