Berita Palembang

Bebas Antrean Panjang, BBM Rendah Emisi Masih Jadi Pilihan Konsumen

Tak lama ia pun membawa secangkir kopi dan roti cokelat bungkusan. Alex menjelaskan bahwa motor yang dipakainya bukanlah miliknya pribadi,

|
Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Slamet Teguh
Tribunsumsel.com/ Linda Trisnawati
Beberapa Pengendara Mengisi BBM non subsidi di SPBU Coco Plaju beberapa waktu lalu 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG -Seorang pria berkemeja biru terlihat membonceng seorang wanita saat memasuki area SPBU Coco Plaju. Keduanya langsung berhenti di salah satu dispenser SPBU berkarpet merah. 

Sembari membuka jok motor matik, ia pun memasang standar penyanggah motornya. "Pertamax. Full ya mas," kata pria yang bernama Alex Novriadi kepada petugas SPBU yang tersenyum menyapanya, Kamis (31/10/2024).

Alex pun melakukan pembayaran secara non tunai dengan mengunakan aplikasi MyPertamina dari handphone miliknya. Usai mengisi BBM dan menutup jok motornya, ia pun langsung menuju ke Bright Store yang ada di SPBU tersebut.

Tak lama ia pun membawa secangkir kopi dan roti cokelat bungkusan. Alex menjelaskan bahwa motor yang dipakainya bukanlah miliknya pribadi, melainkan motor sewa.

"Saya bukan orang Palembang, saya orang Aceh. Ke Palembang bersama istri karena menemui sanak keluarga. Karena ribet jika membawa kendaraan sendiri, maka kami sewa motor,” kata Alex.

Ia mengaku mengisi BBM non subsidi bukan tanpa sebab, hal itu lantaran kalau beli BBM Pertalite antreannya ramai.

Selain itu, di Aceh, iapun terbiasa mengisi BBM Pertamax.

"Di Aceh, saya sudah terbiasa isi BBM Pertamax. Meski ini motor sewaan, tapi saya tetap memilih Pertamax. Tanggungjawab saja karena meminjam motor orang, dan juga efisien waktu karena tidak antre jika harus membeli Pertalite,” kata dia.

Untuk lebih mengefisiensi waktu, Alex pun memilih melakukan pembayaran dengan non tunai. Selain tidak perlu menunggu kembalian, ia selama ini mengumpulkan poin di aplikasi tersebut.

"Setiap tahun, saya kumpulkan poin dan ikut undian di MyPertamina. Jadi sayang jika aplikasinya tidak dipakai. Harapan saya bisa menjadi pemenang di MyPertamina Tebar Hadiah,” kata pria berusia 38 tahun itu.

Sementara itu, Shilvira Utami, salah satu staff administrasi di Rental Mobil Palembang mengatakan, dari semua konsumen yang menyewa motor di tempatnya, rata-rata bukan berasal dari Palembang maupun Sumsel melainkan dari luar Sumsel.

"Jadi setiap yang menyewa motor, memang selalu mengembalikan motor dengan kondisi BBM full, sesuai dengan kondisi awal saat mereka sewa. Rata-rata mereka mengisi Pertamax, karena tidak mau mengantri saat mengisi BBM,” kata Shilvira.

Namun diakui Tami, sapaan akrabnya, pihaknya tidak mengharuskan hal tersebut. Sebab, pilihan tersebut dikembalikan ke konsumen masing-masing.

“Kalau beli BBM non subsidi kan antre dan lama, sementara mereka banyak kepentingan, sehingga rata-rata memang memilih BBM non subsidi,” kata dia.

Baca juga: VIDEO Warga Siram Mobil Pelat Merah Setiap Hari Isi BBM Subsidi, Berujung Adu Jotos & Guling-guling

Baca juga: Hasil Investigasi Awal di Pertashop 2P.323.77 OKU Timur, BBM Bercampur Air Diduga dari Mobil Tangki

Kini Pilih Beralih ke BBM Non Subsidi

Sama halnya dengan Alex, seorang pengemudi ojek online di Palembang bernama Susanto mengatakan lebih memilih Pertamax dibanding BBM subsidi.

Hal itu karena selisih harganya tak begitu jauh, yakni Rp 12.400 per liter.

“Kalau mau isi BBM subsidi kan harus antre panjang mau di SPBU manapun pasti sama. Sedangkan kalau BBM non subsidi antrean nya tidak banyak, jadi saya bisa lebih gesit untuk melanjutkan kerja. Kalau ojek online ini, waktu adalah hal berharga,” katanya.

Selain efisiensi waktu, menggunakan BBM non subsidi juga berdampak besar bagi kendaraannya. Sebab, kualitas BBM tersebut lebih baik, sehingga performa kendaraannya lebih terjaga.

“Menurut saya ada beda antara dua BBM ini. Jadi yang dulu saya pakai BBM subsidi, sudah 5 bulan belakang ini saya beralih jadi Pertamax. Ini juga berkat edukasi dari sesama rekan-rekan saya,” kata dia.

Sementara itu, Sopir angkutan salah satu toko bangunan di Plaju Juki mengatakan, dirinya membawa kendaraan pengangkut semen dan batu bata. Ia memilih mengisi BBM jenis Dexlite setiap harinya di SPBU tersebut.

“Saya selalu mengisi Dexlite di sini. Ini karena perintah dari bos, karena bos maunya cepat. Kalau mengisi BBM subsidi Solar, pasti harus mencari lokasi SPBU yang menjual Solar dan itu pun pasti antriannya lama,” kata dia.

Pihaknya memilih mengisi Dexlite di SPBU itu karena dekat dari toko bangunan tempatnya bekerja.

“Toko kami tak jauh dari sini. Jadi lebih dekat dan efisien waktu saja. Sekali isi, bisa capai Rp 300 ribu sampai tangki mobil ini penuh,” katanya.

Sementara itu Area Manager Communication, Relation & CSR Sumbagsel, Tjahyo Nikho Indrawan mengatakan, saat ini masyarakat Sumsel sudah banyak yang beralih menggunakan BBM non subsidi.

Menurutnya, BBM non subsidi diperuntukkan bagi konsumen yang mampu dan ingin lebih mengefisiensi waktunya. Selain itu, masyarakat juga sadar bahwa jenis kendaraan yang mereka miliki membutuhkan BBM dengan kadar oktan yang tinggi atau kandungan sulfur yang rendah. 

“Pertimbangannya, untuk menjaga performa dan daya tahan mesin kendaraannya. Jadi memakai BBM non subsidi adalah pilihan yang tepat,” kata Nikho

Nikho menerangkan kuantitas pemakaian BBM non subsidi memang meningkat. Berdasarkan data, realisasi harian per 17 Oktober di Sumsel, konsumsi Pertamax mencapai 6.575 kilo liter, Pertamax Turbo 16 kilo liter. Sementara konsumsi Dexlite tercatat 86 kilo liter dan Pertamina Dex mencapai 21 kilo liter.

“Untuk mendukung konsumsi tersebut, saat ini di Sumsel sudah ada 146 SPBU yang menyebar luas. Agar lebih memberikan pelayanan optimal kepada konsumen, kami sudah menyediakan layanan karpet merah di 76 SPBU,” kata dia.

Ia berharap ke depan akan semakin banyak masyarakat yang sadar dan beralih menggunakan BBM non subsidi untuk kendaraannya. Hal ini juga terus disosialisasikan pihaknya secara kontinu.

Selain itu, ia juga terus menggencarkan penggunaan MyPertamina bagi konsumen, agar mereka bisa mendapatkan program penawaran yang menguntungkan pelanggan. Juga ada berbagai event dan program-program yang bisa diikuti oleh pelanggan dari poin-poin yang dikumpulkan setiap pembelian BBM dari aplikasi tersebut.

"Keuntungan lain dari MyPertamina ini yakni poin yang didapatkan bisa ditukarkan dengan voucher atau kupon BBM, maupun merchandise lainnya,” kata dia.

Dilansir situs resmi MyPertamina, harga Pertamax di Sumsel per 1 Oktober Rp 12.400 per liter. Harga itu turun sebesar Rp 850 dari bulan sebelumnya yakni Rp 13.250. Pertamax Turbo turun sebesar Rp 1.250 dari harga Rp 14.800 menjadi Rp 13.500. Dexlite berada di angka Rp 13.000 dari Rp 14.400 dan Pertamina Dex Rp 13.450 dari Rp 14.900. 

 

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved