Pilgub Sumsel 2024
Paslon Pilgub Sumsel 2024 Berpotensi Tandem APK Dengan Para Paslon di Pilkada Kabupaten/Kota
Termasuk di OKU Timur ada calon Bupati petahana Lanosin, yang notabenenya adalah adik kandung Cagub Sumsel Herman Deru.
Penulis: Arief Basuki Rohekan | Editor: Slamet Teguh
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Beberapa Kabupaten maupun kota di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), berpotensi melakukan 'tandem' Alat Peraga Kampanye (APK) atau berkampanye dengan pasang calon kepala daerah, baik untuk Pasangan Bupati- Wakil Bupati atau Walikota- Wakil Walikota dengan Gubernur- Wakil Gubernur di Pilkada serentak 2024.
Beberapa APK pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati atau Walikota- Wakil Walikota dengan Gubernur- Wakil Gubernur, bisa saja terjadi di Kabupaten Lahat, Ogah Ilir (OI) maupun Ogan Komering Ulu (OKU) Timur maupun di kota Prabumulih. Mengingat empat daerah itu, terdapat calon Bupatinya memliki hubungan emosional dengan calon Gubernur Sumsel.
Di Lahat ada pasangan Lidyawati-Haryanto yang bisa dikatakan sepaket dengan pasangan nomor urut 1 Herman Deru- Cik Ujang (HDCU) di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumsel. Mengingat Lidyawati adalah istri Cik Ujang.
Termasuk di OKU Timur ada calon Bupati petahana Lanosin, yang notabenenya adalah adik kandung Cagub Sumsel Herman Deru.
Kemudian di OI, ada Calon Bupati petahana Panca Wijaya Akbar yang merupakan anak kandung dari Cagub Sumsel nomor urut 3 Mawardi Yahya.
Sedangkan di Prabumulih, ada calon Walikota Suryanti Ngesti Rahayu yang merupakan istri dari mantan Walikota Prabumulih Ridho Yahya yang juga adik Cagub Sumsel Mawardi Yahya.
Tim pemenangan pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumsel nomor urut 1, Herman Deru- Cik Ujang (HDCU) Alfrenzi Panggarbesi tak menampik jika terjadi tandem pasangan HDCU dengan pasangan Bupati-Wakil Bupati, Walikota- Wakil Walikota, untuk mempermudah kemenangan di Pilgub Sumsel.
"Prinsipnya harus terbangun Camistry antara HDCU dengan Paslon Bupati wabup atau walikota- Wawako, termasuk partai pendukung. Kalau ada urusan partai pendukungnya memungkinkan untuk dilakukan tandem," kata Alfrenzi, Jumat (27/9/2024).
Ojie sapaan akrab Alfrenzi menerangkan, tandem itu tidak tidak bisa serta merta harus dilakukan, karena situasi di lapangan berbeda- beda dan bisa lebih efisien, sehingga bagi tim HDCU saat ini fokus untuk pemenangan ke pasangan HDCU.
"Jadi, kalau tandem sepanjang irisan partai pendukung masuk bisa saja tetapi tentu fokus berbeda-beda, HDCU fokus dengan Pilgub Sumsel tidak serta merta mengandalkan tim dibawah tapi koordinasi, komunikasi dengan sesama yang didukung satu partai atau sama kepartaiannya pasti dilakukan komunikasi dan koordinasi.
Namun yang terpenting terbangun Camistry baik itu antar Paslon dan dengan tim pemenangan, " ucapnya.
Terbangun Camistry dan partai pendukung, dan situasi di lapangan berbeda dan fokus kami ke HDCU.
Sementara Ketua harian Tim Pemenangan pasangan nomor urut 2,Eddy Santana Putra- Riezky Aprilia (ERA) MA Gantada mengatakan, potensi terjadinya tandem penyebaran APK ataupun berkampanye dengan pasangan calon Bupati-wakil Bupati maupun Walikota dan Wakil Walikota yang ada tetap terbuka di beberapa daerah.
"Kalau kita khusus untuk tim yang di kabupaten kota yang tidak ada kader PDIP wajib linear, dan jika ada kader PDIP maju Pilkada, PDIP harus dan wajib linear" jelas Gantada.
Mantan ketua DPRD Sumsel ini mengungkapkan, ada beberapa kader PDIP yang maju Pilkada Kabupaten dan kota di Sumsel. Diantaranya, di Kabupaten Lahat, Empat Lawang, Muaraenin, PALI, OKI, OKU Selatan. Sedangkan di kota ada Prabumulih dan Pagar Alam.
"Namun yang daerah ada bergandengan dengan partai lain, kita perkuat dengan tim dari provinsi, " ungkap Gantada.
Sedangkan tim pemenangan pasangan calon nomor urut 3 Mawardi Yahya- RA Anita Noeringhati (MATAHATI) Amrah Muslimin menyatakan kemungkinan tandem itu bisa terjadi di beberapa daerah terutama di OI.
"Karena sistem penetapan pengusungan parpol, ada yang tidak sama dan rata- rata tidak sama seperti di Musi Banyuasin (Muba), meski partai pengusung Matahati di Sumsel mayoritas ada di calon Bupati Lucianty, namun ada juga PKB di Pilgub ke kita namun dukung pasangan Toha Tohet, ataupun di daerah lain seperti Banyuasin, Palembang dan sebagainya. Jadi format satu paket sulit dilakukan sehingga kampanye tidak bisa berbarengan karena tidak beririsan," tutur Amrah.
Mantan Ketua KPU Sumsel ini pun menerangkan, dengan kondisi dukungan partai tidak beririsan dengan dukungan di Kabupaten kota, maka Paslon kepala daerah ataupun tim serta relawan yang ada, berusaha memperjuangkan pasangan calonnya sendiri
"Sehingga kita (tim) fokus di masing-masing. Temasuk Gerindra di OKU Timur tidak mendukung penuh HDCU namun di Pilbup kita mendukung Lanisin, maka Gerindra akan mati- matian menenangkan Matahati disana, " tandas Amrah.
Dilanjutkan Amrah, peluang tandem pasangan Matahati di Pilkada Kabupaten dan kota memang tetap ada termasuk di OI, karena disana akan melawan kotak kosong.
"Jadi, kesimpulannya tidak bisa satu paket, di OI bisa saja karena lawan kotak kosong, karena dari keluarga calon sendiri. Termasuk OKU Timur kalau terjadi lawan kotak kosong maka bisa saja tandem. Nah, daerah lain sulit karena parpol dukungan di provinsi ke kabupaten kota untuk Paslon rata- rata tidak linear, dan strategi kampanye tidak bisa berbarengan, " pungkas Amrah.
Baca juga: Herman Deru Cagub Paling Tajir di Pilgub Sumsel 2024, Riezky Aprilia Paling Sedikit
Baca juga: Harta Kekayaan Para Paslon di Pilgub Sumsel 2024, Herman Deru Capai Rp 143 M, Mawardi Yahya Rp 43 M
Sulit Diterapkan di Lapangan
Menurut pengamat politik dari Universitas Sriwijaya (Unsri) Prof Dr Febrian, meski di beberapa daerah bisa tandem pasangan calon Bupati- Wabup, Walikota dan Wawako dengan Pilgub Sumsel, namun hal itu akan sulit untuk diterapkan di lapangan, dikarenakan karekter di daerah berbeda.
"Inikan (tandem) teknis meraih popularitas dan elektabilitas, kalau dalam partai yang sama (In Line) diusung di Pilgub atau Pilbup/Pilwako bisa saja. Tapi pengaruhnya efektif atau tidak harus diuji juga," kata Febrian.
Selain itu, dengan melakukan tandem dalam APK apakah bisa pengaruh juga bagi masyarakat untuk model seperti itu, yang juga harus diuji.
"Inilah kalau bilang Pilgub, pilbup atau Pilwako ada sama anak dan bapak yang barengan maju. Pertama kan tidak ada larangan aturan termasuk dari partai manapun maupun partai sama, jadi tidak ada larangan model seperti ini, kalau dibilang dinasty ya dinasty juga itu, tidak ada masalah, " ucapnya.
Namun, persoalan tujuannya pemasangan baleho atau APK secara tandem itu bisa menarik simpatik masyarakat atau tidak belum tentu sama yang terjadi di daerah satu dengan daerah lain.
"Mungkin ada ukuran lain seperti cost itu yang dilakukan dan bisa juga diatur oleh KPU, tidak boleh pilbup, pilwako dan Pilgub di tandem melainkan harus masing-masing, sehingga tidak boleh tandem itu. Tapi sepanjang sifat KPU vertikal tetap jalanlah seperti itu," jelasnya.
Febrian sendiri menambahkan, tandem calon kepala daerah berbeda dengan tandem pada Pemilu legislatif (Pileg). Mengingat di Pilkada koalisi parpol di daerah relatif cair dan tidak ada yang linear.
"Pastinya, kalau di Pilkada sulit untuk tandem tidak persis seperti legislatif, bisa tandem meski bukan dinasti. Karena dia di provinsi, kota dan kabupaten, tapi ini berbeda kewenangannya masing-masing, " tukasnya.
Baca Berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News
Ikuti dan Bergabung Dalam Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com
Herman Deru-Cik Ujang Santai, Pelantikan Pigub Sumsel 2024 Batal Digelar Pada 6 Februari 2025 |
![]() |
---|
DPRD Sumsel Resmi Tandatangani Berita Acara Penetapan HDCU Sebagai Cagub dan Wagub Sumsel Terpilih |
![]() |
---|
KPU Sumsel Sudah Serahkan Hasil Pilgub Sumsel 2024 ke DPRD, Pelantikan Tunggu Pemerintah Pusat |
![]() |
---|
'Kemenangan Masyarakat' Kata Herman Deru-Cik Ujang Usai Ditetapkan Jadi Pemenang Pilgub Sumsel 2024 |
![]() |
---|
Jelang Herman Deru-Cik Ujang Ditetapkan Menang Pilgub Sumsel 2024, Jubir : Tak Ada Persiapan Khusus |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.